KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Misteri
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Sains
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » PINTER DIKITLAH

    PINTER DIKITLAH

    BY 16 Des 2022 Dilihat: 124 kali

    Oleh : Umi Nadhifah.

    Bude 3 menit yang lalu baru bisa tidur, bunyi suara itu kembali muncul, aku berusaha mencari asal suara, tapi tak ketemu.


    ” Iki opo se, kok nganggu aku ae” bude mengibaskan tangan ketelinga, kadang diusap seperti ada sesuatu yang menempel. Gangguan itu tetap mengikuti, kemudian telinga ditepuk tepuk dengan keras.


       Aku melotot heran, ada apa gerangan yang dirasakan bude.

    ” Ada apa to bude, kok telinganya dipukuli” aku mencoba bertanya.

    ” Iki lo awet wingi ganggu kupingku terus”( Ini lo dari kemaren ganggu kupingku terus) . Kuperhatikan dengan hati2 disekeliling bude, tak ada siapa2 dan tak ada apa2. 

    ” Iki lo singkerno”( iki lo usir), bude masih memaksaku membuang barang yang dimaksud, agar tidak terus menerus mengikuti dan mengganggu. Namun aku belum faham apa yang dimaksud bude.


       Iiik , iik heerr iiik iiik heerr, begitu kata bude suaranya, jika bude mulai menggerakkan badan.Bude sudah kesal dengan suara itu, aku berusaha mencari asal bunyi suara ” kemresek” ujarnya.


       Kurebahkan tubuh bude dengan posisi datar tanpa bantal, sekarang sedikit  kumiringkan , agar aku bisa memeriksa telinganya, barang kali kemasukan semut atau binatang lainya. Hasilnya nihil. Telinga bude bersih dari kotoran dan binatang kecil.


       10 menit posisi bude minta dirubah. dari semula kaki berada di sebelah timur, kini minta diputar, menjadi kaki di sebelah barat, sedangkan untuk pindah posisi butuh tenaga ektra . Karena bude sudah hampir 3 th berada diatas tempat tidur, tak bisa jalan .Harus dibantu untuk mengangkatnya..


       Dadanya mulai ngos ngosan, kubantu mengangkat badanya yang beratnya mencapai 60kg. Kucoba mencari bantuan untuk mengangkat, karena sangat berat dan gak mungkin kuangkat sendiri.


       Kebetulan ada ponakan yang sudah besar, Salwa dan Alin yang semalam menemaniku jaga bude.

    ” Nduk, kalian berdua, tolongin bupuh” mereka kalau manggilku ” bupuh= ibu sepuh atau bude= ibu gede.

    ” Nggeh bupuh, bantuin nopo” Jawab mereka serempak. Wweeer secepat kilat mereka berdua sudah berada didepanku.


       Keduanya selalu kompak. Aleh aleh umur sama, sekolah sama , kls sama, cengengesan sama, seriusnya juga sama, satu paket pass. Ini yang membuat aku seneng.

    ” Nih, bupuh bantuin ngangkat mbah, pindah posisi” perintahku.

    ” Caranya?” heh kali ini masih dengan jawaban yang kompak, sambil tanganya menjentikkan kedua jari ” Klik” tanda mereka siap bekerja dengan senyumnya yang khas.


       Bude duduk diatas celemek perlak selebar 1,50 cm.Kedua ponakan saya beri tugas pegang dua ujung celemek perlak, sedang dua ujung lainya saya sendiri yang pegang.

    ” Okey, siap!” kuberi aba aba.

    ” Siaaap!” 

    ” Ok, ambil nafas dalam,…satu,…dua,…tiga mulai.


      Auww,…..auh,…sungguh berat, kami bertiga perempuan lho, mengangkat beban berat diatas tempat tidur. Beruntung tempat tidurnya kuwat, tidak jeblok atau patah, hanya 15 detik , pekerjaan pindah posisi sudah beres.


       Ngos ngosan, ya sudah pasti, yang penting posisi bude suda h enak dan tidak merasa diganggu suara yang berisik. Kutata kembali tempat tidur berikut bantal dan selimut agar lebih rapih.


    ” Sudah, sekarang monggo bude istirahat” kubisikkan ditelinganya lebih dekat hampir menempel telinga.Bude sepuh mulai rebahan ditopang 4 bantal kanan dan kiri.

    ” Semoga nyenyak tidurnya”.


       Kutunggui bude sepuh, jarak kami 5m, tanpa terhalang penyekat, loos, sehingga bisa mengawasi jika bude menginginkan sesuatu. BAB,pipis, makan, minum, sholat semua harus dibantu.


       Bude rupanya belum juga bisa tidur, rebahan 2menit, duduk lagi, tangan grayah grayah seperti mencari sesuatu, rebahan lagi, duduk lagi. Tengok kanan tengok kiri.

    ” Pasti tasbih yang dicari” pikirku. Karena keseharian waktu senggangnya tak pernah lepas dengan berdzikir.


       Kuselipkan tasbih dijarinya. Bibir yang tak pernah kering, selalu basah oleh kalimah Thoyyibah, berharap kemaslahatan diri dan sekitarnya. Jari2 masih bermain  teratur memutar tasbih.


       Wweer tangan menyibakkan benda yang ada di dekatnya. Tasbih terlempar lepas karena gerakan tangan, untaian tasbih berhamburan.

    ” Bude pindah kamar wae, nduk”  pintanya untuk pindah kamar sebelah.

    ” lhoo kenapa bude” 

    ” Suoro iki ganggu aku terus” . Aku lari kebelakang, sanyo yang lagi nyala langsung kumatikan, ganti keruang tengah, TV juga kumatikan, kemricik air kran dikamar mandi juga mati, kipas angin, kulkas sementara kumatikan.


      Ku telephon mbak Indah, tetangga komplek yang biasanya dengan senang hari dimintai tolong.Kebetulan mbak Indah ini kerja sebagai perawat di RSUD kotaku.

    ” Assalamu ‘ alaikum, mbak Indah”

    ” Alaikum salaam, ada apa Ndik”jawab mbak Indah dari sebrang sana.

    ” Cepet mbak, datang kerumah, bude sakit” .


       Kutunggu mbak Indah didepan pintu, 15 menit sudah muncul dengan sepeda motor merah. Setelah turun dari sepeda motor segera kugandeng kedalam untuk menemui bude.

    ” Emangnya bude kenapa Ndik?” mbak Indah biasa memanggilku nama, Ndik, Nandik, karena dulu kami satu sekolah , dia kakak kelas dan melanjutkan sekolah perawat, sedang aku dilamar mas Aris.

    ” Sejak bude ditinggal pak de, sering berbicara aneh” 

    ” Anehnya gimana sih Ndik”

    ” Terutama kalau tengah malam menjelang pagi mbak, nafasnya itu ngos ngos, ngongsrong, katanya ada suara yang mengikuti, hus, hus sana pergi, gitu mbak”

    “Sudah diperiksakan ke Dokter?” tanya mbak Indah

    ” Ya belum sih, takutnya bude kerasukan roh pakde. Sudah , mbak Indah saja yang periksa” 

    ” Eeee, aku bukan Doktet, tapiii……tak coba dulu ya” mbak Indah kuajak masuk kekamar, melihat bude sedang duduk menunduk sambil tangan kiri pegang dada. Bolak balik kuping dikibas kibas dengan tangan kanan.

    ” Heeh, hus , hus” seperti mengusir sesuatu. Bude berusaha pindah posisi, tapi tidak kuat , nafas makin ngos ngosan.


       Mbak Indah mendekat, kemudian jongkok memperhatikan bude. Dikeluarkan stateskop dari tasnya kemudian ditempelkan kedada bude, bergantian kanan kiri, atas bawah.

    “Ndik” 

    ” Ya mbak”

    ” Cepat! ambil ambulan desa, bawa bude ke RS” 

    ” lhoo bude bukan sawanan pakde to mbak?”

    ” Bukan,….suara itu, ngiik ngiik dari dalam dada, asma bude kambuh, cepat harus ditolong sebelum kehabisan oksigen”

    ” Oksigen itu apa mbak” 

    ” Ya Alloh Ndiiiik, sudah ayo berangkat”

    ” Iya mbak”


       Indah geleng geleng kepala, Ndiik Nandik, kapan kamu berubah, dari dulu kok pancet.

       ” MBOK PINTER SEDIKIT”


    Bagikan ke

    Comment Closed: PINTER DIKITLAH

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021