Bude baru saja tidur 3 menit yang lalu, bunyi suara itu dirasa kembali muncul mengganggu istirahatnya.
“Ini apa sih kok ngganggu aku terus” kulihat Bude mengibas kibaskan tanganya ketelinga. Sekali kali diusap seperti ada sesuatu yang menempel, kemudian kedua telinganya ditepuk tepuk dengan keras.
Aku melotot heran, ada apa gerangan yang dirasakan Bude. Aku benar2 tidak mengerti.
“Ada apa to Bude kok telinganya dipukuli?” aku mencoba bertanya.
“Ini lho, dari kemaren kupingku kok diganggu terus” kemudian kuperhatikan dengan hati2 di sekeliling kepala dan telinga Bude, namun tidak menemukan siapa2 dan tidak ada apa2.
“Ini lho usir dan buang jauh2″ lanjut Bude masih memaksaku untuk membuang barang yang di maksud, agar tidak terus menerus mengikuti dan mengganggu. Namun aku masih mencoba untuk mencari dan memahami hingga beberapa menit. Ternyata tetap saja aku belum paham apa yang dimaksud.
Ik,…iiik,…herr. Ik,…iiik,…herr, begitu kata Bude suaranya, sambil ngos ngosan terputus putus bercerita.Aku berusaha mencari suara yang kemresek sangat mengganggu menurut Bude.
Kurebahkan tubuh Bude yang sering sakit sakitan itu,semula dengan posisi datar tanpa bantal,sekarang sedikit agak dimiringkan , agar aku bisa memeriksa telinganya. Mungkin telinganya kemasukan semut atau binatang kecil lainnya.Namun hasilnya tetap nihil.Telinga Bude bersih dari kotoran dan binatang kecil lainnya.
Sepuluh menit posisi Bude tiba2 minta dirubah. Semula kaki Bude berada disebelah timur, kini minta diputar balik menjadi kaki Bude berada disebelah barat.
Untuk pindah posisi, jelas membutuhkan tenaga ekstra,karena sudah 3 tahun kondisi kesehatan Bude harus berada ditempat tidur akibat operasi patah tulang di pangkal paha.
Jelas aku butuh tenaga bantuan untuk mengangkat berat badan Bude yang mencapai 60 kg.
Kebetulan ada keponakan yang sudah besar, Salwa dan Alin yang semalam menemaniku jaga Bude. Bisa kumanfaatkan tenaga mereka.
“Eh nduk cah ayu, sini kalian berdua, tolongin Bupoh” kupanggil kedua ponakanku. Mereka biasa memanggilku Bupoh. Bupoh itu kepanjangan Ibu sepuh, atau Bude itu kepanjangan Ibu gede.
“Iya, Bupoh minta bantuan apa?” jawab mereka serempak, mak wwess dengan cepat kilat mereka berdua sudah berada didepanku.
Kedua keponakanku ini memang selalu kompak,aleh aleh umur sama,sekolah sama, kelas sama, cengengesanya sama,seriusnya juga sama, tapi dari ibu yang berbeda, nah ini yang membuatku tambah sayang.
“Nih, Bupoh bantuin ngangkat Mbah pindah posisi” perintahku.
“Caranya?” Hallahh, kali ini masih dengan jawaban yang kompak, sambil menjentikkan kedua jarinya “klik” tanda siap kerja dengan senyumnya yang khas.Aku jadi gemes melihat gayanya
Kemudian kuberi penjelasan bahwa si Mbah akan kududukkan di atas celemek perlak selebar 1,5 cm.Kedua keponakan ku beri tugas memegang kedua ujung celemek perlak.Sedang kedua ujung yang lainya kupegang sendiri.
“Oke siap?” ku beri aba2
“Siaap” jawabnya bebarengan.
“Nanti setelah kuberi hitungan 1,2,3 maka langsung angkat dan putar arah kanan, sehingga kaki Mbah jadi ke posisi sebelah barat, mengerti!” mereka ku beri penjelasan lagi.
“Mengerti”
“Ok, ambil nafas dalam2,…satu,…dua,…tiga mulai”
Auww, uuh , sungguh berat sekali, beruntung tempat tidurnya kuat, tidak jeplok atau patah. Hanya 15 detik pekerjaan memindahkan posisi Bude telah selesai.Alhamdulillah.
Ngos ngosan, ya sudah pasti, capek? Ya sudah gak perlu ditanya lagi. Gak papalah yang penting posisi Bude sudah agak enak dan tidak merasa diganggu suara berisik.
Kutata kembali tempat tidur berikut bantal dan selimut agar lebih rapi.
“Sudah, sekarang Bude monggo istirahat” kubisikan ditelinganya lebih dekat hampir menempel telinga. Bude sepuh mulai rebahan ditopang 4 bantal kanan dan kiri.
“Semoga istirahatnya nyenyak” kubisikkan lagi di telinganya.
Kutunggui Bude sepuh hanya berjarak 5 m, tanpa terhalang sesuatu pun.Aku Pun mulai rebahan meluruskan tulang2 yang terasa remuk karena pekerjaan menunggu orang sakit itu kelihatannya enteng tapi mampu membuat badan terasa pegal2.
Sekali kali kulirik keadaan Bude sambil jari2ku bermain dengan dunia maya, kadang buka2 fb, IG, bahkan sekedar chat dengan teman.
Rupanya Bude belum bisa tidur dengan nyenyak. Rebahan 2 menit duduk lagi, rebahan lagi.Tangan grayah2 seperti mencari sesuatu, namun tidak menemukan suatu.Kemudian duduk lagi, rebahan lagi, tidak tenang.Tengok kanan, tengok kiri
“Pasti tasbih yang dicari Bude” pikirku.Karena keseharian waktu senggang Bude tak pernah bibirnya lepas dari berdzikir.
Kuselipkan tasbih dijari jarinya. Bibirnya yang tak pernah kering oleh kalimah thoyyibah, berharap kemaslahatan diri dan anak keturunan.Hal ini yang membuatku semakin ihlas menjaga Bude,paling tidak kecipratan do’anya.
Jari2 masih bermain teratur memutar butiran tasbih. Tiba2 wweer, tangannya menyibakkan benda yang ada didekatnya. Tasbih terlempar jauh. Untaian tasbih putus dan butiran tasbih berhamburan.
“Nduuk, Bude pindahin kamar sebelah saja ya” pintanya
“Lho kenapa Bude?” aku belum paham kenapa tiba2 minta dipindahkan kamar sebelah.
“Suara brisik ini masih mengganggu Bude terus” aku segera berlari ke belakang, mesin pompa air yang sedang menyala segera kumatikan.Kemudian aku lari ke ruang tengah, TV yang sedang nyala juga segera kumatikan.Gemricik air kran di kamar mandi juga langsung kumatikan . Kipas angin, kulkas sementara kumatikan pula.
Barangkali Bude menginginkan suasana sepi, tenang, tanpa ada suara bising.
Setelah semua alat2 yang menimbulkan suara sudah kumatikan. Kutunggu beberapa saat, barangkali Bude ada perubahan menjadi tenang.Ternyata Bude masih belum tenang juga, masih merasa ada suara yang mengikutinya.
Terus terang aku mulai resah dan bingung, sebenarnya ada apa dengan keanehan Bude.Jangan,…jangan Bude kena…ah aku tak berani mengucapkan, takut benar2 terjadi.
Tiba2 muncul ide untuk minta tolong mbak Indah tetangga komplek yang biasanya senang bila dimintai tolong. Kebetulan mbak Indah ini kerjanya di RS sebagai perawat.Mudah mudahan mbak Indah ada dirumah. Segera aku menelpon mbak Indah.
“Assalamu ‘alaikum mbak Indah”
“Walaikum salam, Ndik?” Jawab mbak Indah dari seberang sana.Dia biasa memanggilku Ndik, karena namaku Nandik.
“Cepat datang kerumah mbak, tolong Bude sakit”
Kutunggu mbak Indah didepan pintu,15 menit mbak Indah sudah muncul dengan sepeda motor merahnya. Setelah turun dari sepeda segera mbak Indah kugandeng dan kuajak masuk untuk menemui Bude.Masih diruang depan mbak Indah sudah gak sabar bertanya.
“Emangnya Bude kenapa Ndik?” Mbak Indah biasa memanggilku Ndik dengan sebutan nama saja. Karena dulu kami satu sekolah,dia kakak kelas dan melanjutkan sekolah perawat, sedang aku langsung dilamar mas Aris.
“Sejak Bude ditinggal Pakde, Bude sering berbicara aneh” jawabku
“Anehnya gimana” mbak Indah nanya lagi.
“Ya, terutama kalau tengah malam menjelang pagi mbak. Napasnya itu ngos ngosan, ngongsrong, katanya ada suara yang mengikuti”
“Sudah diperiksakan ke Dokter”
“Ya belum sih, takutnya Bude kerasukan roh Pak de. Sudahlah mbak Indah saja yang meriksa” saranku.
“Eeee, mbak Indah bukan Dokter.Tapi,…tak coba lihat dulu ya” kata mbak Indah.Langsung saja mbak Indah kuajak masuk kekamar melihat kondisi Bude yang sedang duduk merunduk sambil tangan kiri pegang dada. Bolak balik telinga dikibas kibas dengan tangan kanan.
Mbak Indah mendekati Bude, kemudian perlahan berjongkok memperhatikan Bude.Setelah itu mbah Indah mendekatkan kepalanya ke dada Bude dan menempelkan kupingnya persis didada, untung Bude nurut manut.
“Ndik”
“Iya, ada apa mbak”
“Cepat!, hubungi orang laki suruh ambil ambulan desa, bawa Bude ke RS”
“Kenapa tidak minta tolong orang yang mengerti saja mbak”
“Yang mengerti penyakit Bude ya Dokter, bukan orang pintar”
“Lho, Bude bukan kena sawan almarhum Pakde to Mbak”
“Bukan,…suara ngik ngik itu dari dalam dada, asma Bude kambuh, cepet harus segera ditolong sebelum kehabisan oksigen”
“Oksigen itu apa Mbak”
“Ya Allah Ndiik,sudah ayo cepat berangkat”
“Iya Mbak”
Indah geleng2 kepala, kapan kamu berubah Ndik. Mbok jadi orang pinter dikit lah.
Kreator : Pinter dikitlah
Comment Closed: Pinter dikitlah
Sorry, comment are closed for this post.