Penulis : Nurhayati (Member KMO Alineaku)
Begitu lagu Himne Guru dan Terima Kasihku dilantunkan oleh siswa yang diiringi instrumen dari sound system yang cukup menggema memenuhi lapangan upacara, suasananya sangat khidmat tidak terasa tetes – tetes jatuh membasahi pipi, ada rasa haru juga bangga berkecamuk di dada apa bisa menjadi seorang guru seperti yang digambarkan dalam lirik, ke dua lagu tersebut di atas.
Agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pada peringatan Hari Guru yang ke 77 tahun 2022 di sekolahku terasa lebih khidmat dan meriah dengan tampilan drama kolosal dari anak-anak OSIS dan persembahan puisi yang bertema hari guru. Pagi hari matahari sudah mulai panas siswa siswi dan para guru tidak ada yang beranjak dari lapangan upacara, satu-persatu siswa antri menyalami guru-guru yang berdiri rapi di depan panggung mereka mengucapkan terimakasih, memberikan bunga sambil berurai air mata seolah-olah mereka baru menyadari kalau guru-gurunya sangat berarti.
Setelah salam-salaman dengan peserta didik, guru-guru dan stap tata usaha yang jumlahnya kurang lebih 600 orang, acara berlanjut dengan sesi foto bersama anak wali masing-masing. Saya sebagai wali kelas XI MIPA-1 mencari-cari anak wali saya, tapi kok tak seorang pun yang kelihatan di sekitar lapangan, jujur dalam hati pengen seperti teman-teman wali kelas yang lain berpose dengan memegang buket bunga dan dikelilingi oleh anak-anaknya. Dengan sedikit kecewa saya menuju kantor sambil memegang dua buket kecil yang dirangkai dari jajanan coklat dan bunga kertas. Saya bergegas ke kantor bermaksud meletakkan buket tersebut, namun dalam benak masih bertanya-tanya apakah mereka lagi makan di kantin, atau apa mereka marah dan kecewa dengan saya?, kok tidak ada yang inisiatif menemui saya untuk foto bersama seperti biasanya.
Seorang teman masuk ke ruangan dan bertanya “ Ibu Nur kenapa kok buketnya dari tadi di pandangi saja, coklatnya dimakan dong?. Oh iya bu, dengan sedikit curhat “ ini loh Bu saya merasa ada yang aneh dengan anak wali saya”, “anehnya gimana to bu? “Gini setelah salam-salaman tadi teman-teman kan dikasih bunga, buket, berfoto dengan anak-anak walinya, saya mencari anak wali saya tak seorang pun yang saya temukan, mereka pun tidak ada yang menemui saya. Teman bertanya lagi “nah buket yang ibu pandangi dari tadi itu dari siapa? Sambil mengangkat buket tersebut , “ Oh ini loh bu dari kls X . Kayaknya anak-anak saya marah atau mungkin mereka salah paham, soalnya dalam pembimbingan sebagai wali kelas saya kadang keras dan cerewet. Teman berucap “ Eh, paling ibu nanti dikasih surprise sama anak-anaknya. “ iya kh bu?.
Setelah mengajar di kelas XI MIPA-4, seorang anak wali saya meminta saya mampir ke kelasnya sebentar katanya, sebenarnya tanpa diminta pun tetap akan mampir ke sana dengan maksud untuk meminta maaf kepada mereka, setelah merefleksi diri di hari yang sangat spesial bagi seorang guru, dikala teman-teman bergembira ria dengan anak-anak walinya saya kok merasa jadi wali kelas yang dijauhi anak-anaknya, tidak ada ucapan selamat hari guru, tidak ada bunga, tidak ada foto bersama, ya intinya harus minta maaf karena belum bisa memberikan yang terbaik untuk mereka.
Belum sempat terucap kata maaf, salah seorang dari mereka memberikan bingkisan tas yang berisi dua buah jilbab lengkap dengan hiasan bros cantik-cantik, ada yang memberikan buket ukuran sedang dan seorang lagi memberikan kue tart khas ulang tahun, dengan suara lantang mereka kompak mengucapkan “Selamat Hari Guru Ibu”
Seperti orang kebingungan, berdiri kaku, tangan kanan memegang kue tart, tangan kiri megang tas dan buket bunga dengan penuh haru mata berkaca-kaca saya hanya bisa berucap “Terimakasih ya anak-anakku yang hebat hari ini kalian berhasil ngeprank ibu, ini ibu jadi nangis loh, terharu gara-gara kalian. Saya hanya bisa berdoa semoga kalian selalu sehat, semangat dalam belajar menjadi anak yang sholeh/sholehah serta sukses di kehidupannya kelak. Mereka bilang, “kami sengaja bu menjauh tadi karena memang udah niat mau ngeprank ibu” setelah berbincang-bincang dengan mereka akhirnya kita foto bersama di kelas. Mereka menemani saya sekaligus membawakan hadiahnya ke kantor, dengan senang hati saya menceritakan kepada teman-teman di kantor kalau ternyata anak wali saya berhasil ngeprank saya hari ini, teman yang mendengar curhatan saya tadi pagi ketawa, “Betul kan bu, anak wali ibu siapkan surprise. “ia bu saya ndak nyangka kalau mereka begitu kompak menyiapkan semua ini, ayo kita potong kuenya kita nyicip bersama-sama !
Dari peringatan hari guru tahun ini, apa yang mereka tampilkan/lakukan entah itu dengan cara ngeprank atau tidak pada dasarnya mereka sayang, respek dan hormat kepada guru-gurunya cara mengekspresikannya yang agak berbeda dari yang lainnya. Anak didik sekarang punya kreativitas dan inovasi yang berbeda-beda, tentu kita sebagai guru terutama saya pribadi harus banyak belajar bagaimana bisa memahami, membimbing dan mendidik mereka menuju masa depannya yang gemilang.
Peringatan hari guru yang dilakukan di sekolah setiap tahunnya mewakili sebuah kepedulian, pemahaman dan apresiasi yang ditampilkan demi peran penting guru, yaitu mengajarkan ilmu pengetahuan dan membangun generasi. Hari guru adalah hari dimana kita memperingati jasa yang selama ini telah diberikan oleh sang pahlawan tanpa tanda jasa yaitu guru.
Guru dengan ikhlas mewariskan ilmu yang bertahun-tahun dipelajarinya dengan susah payah, kepada murid-muridnya sebagai generasi penerus bangsa. Sebagai seorang siswa atau murid janganlah memandang sebelah mata kepada gurunya. Muliakan dan hormati mereka, amalkan ilmu yang telah mereka ajarkan kepada kita sebagai balasan atas jasa-jasanya.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Prank di Hari Guru
Sorry, comment are closed for this post.