Jesi, seorang siswi yang penuh dengan prestasi dan kesuksesan, telah menyelesaikan pendidikannya di tingkat sekolah menengah pertama. Setelah lulus, dia melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah atas yang dia pilih sendiri. Di SMA tersebut, Jesi dihadapkan dengan tiga pilihan jurusan, yaitu IPA, IPS, dan IBB. Awalnya, Jesi memilih Jurusan IBB, tetapi ibunya memilih Jurusan IPA dengan alasan bahwa jurusan IPA memberikan fleksibilitas untuk memilih jurusan pendidikan lanjutan di masa depan. Pertama kali mendengar usulan Ibunya, Jesi merasa tertekan dan tidak suka. Jadi Jesi merenungkan sedikit atas pilihan ibunya itu. Jesi berpikir bahwa selama ini ibunyalah yang selalu memenuhi kebutuhan hidupnya dan Jesi hanya sedikit berkontribusi di rumah. tugas-tugas rumah pada umumnya, seperti menyapu, mengepel lantai, melipat baju, menjemur baju, mencuci baju, dan sebagainya. Meskipun ragu, Jesi akhirnya memilih Jurusan IPA untuk membahagiakan ibunya.
Tahun-tahun pertama di SMA sangat menantang bagi Jesi. Dalam situasi pandemi, mereka harus menghadapi pembelajaran jarak jauh yang dilakukan melalui platform Zoom dari pagi hingga sore. Tak hanya itu, mereka juga diberikan tugas yang kadang tidak masuk akal banyaknya. Dan guru mereka memberikan deadline/batas pengumpulan tugas yang sangat sempit. Jadi mau tidak mau, tugas tersebut harus segera diselesaikan karena tugas dari mata pelajaran lain juga akan menghampiri.
Tugas-tugas diberikan secara daring dan harus dikumpulkan di rumah guru. Kadang-kadang jalanan untuk masuk ke pemukiman rumah guru-guru tersebut sangat ekstrim. Ada tanjakan yang terjal, dipenuhi dengan bebatuan dari gunung. Ada juga yang jalanannya turunan curam dan licin, terlebih lagi waktu musim hujan. Ban kendaraan akan tergelincir di medan jalanan yang seperti itu. Meskipun sulit, Jesi tetap bersemangat dan berusaha untuk tetap fokus dalam belajar.
Pada tahun kedua di SMA, mereka mulai menerapkan sistem sesi di sekolah. Mereka memasuki sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat, memastikan keselamatan dan kesehatan siswa dan staf pengajar. Meskipun masih dalam situasi yang tidak biasa, Jesi merasa lega karena dapat bertemu teman-teman sekelasnya dan belajar secara langsung di lingkungan sekolah. Di tahun kedua itu pula, Jesi bertemu teman lamanya yang di TK yaitu Suci. Jesi tidak menyadari bahwa Suci adakah teman sekelasnya pada waktu TK. Lalu Jesi bertemu dengan teman lain yaitu Rai, Efa, dan Dhea. Mereka yang awalnya tidak dekat, langsung menjadi teman akrab. Mereka suka mendiskusikan pelajaran yang telah lalu, karena banyak sekali hal yang terlewat pada saat lockdown karena pandemi di rumah. Mereka bersaing secara sehat demi mendapatkan peringkat di kelas.
Tiba saatnya di tahun ketiga di SMA, mereka kembali memasuki sekolah dengan penuh semangat. Mereka mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian sekolah berbasis Android yang menjadi salah satu bagian penting dalam penilaian akhir mereka. Jesi dan teman-temannya belajar dengan tekun dan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi ujian tersebut.
Selain itu, mereka juga harus mendaftar melalui Seleksi Nasional Bersama Perguruan Tinggi Negeri (SNBP) untuk masuk ke perguruan tinggi negeri. Jesi berusaha sebaik mungkin dan berdoa dengan sungguh-sungguh untuk masa depannya. Akhirnya, dengan kerja keras dan doa yang tulus, Jesi berhasil lulus SNBP dan mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negeri. Teman akrab Jesi, Efa pun lulus seleksi tersebut. Walaupun sebelumnya banyak sekali drama yang terjadi sebelum pembentukan akun untuk mendaftar SNBP. Pada hari itu semua perwakilan Wali siswa diutus untuk datang ke sekolah guna mengambil laporan hasil belajar para siswa. Di situ bisa terlihat bahwa ada sedikit kecurangan yang terjadi karena ada satu siswa yang melakukan tindakan nepotisme terhadap Jesi. Sebenarnya Jesi yang mendapatkan peringkat 1 kata wali kelasnya. Namun karena ada siswa yang memiliki keluarga yaitu seorang guru di sekolah tersebut alhasil siswa tersebutlah yang mendapat peringkat satu. Jesi merasa sangat kecewa dengan keputusan wali kelas tersebut karena menurut Jesi tidak ada hubungannya antara keluarga guru dengan peringkat yang didapatkan dari kepintaran seseorang. Sudah tentu Jessie menangis pada saat mengetahui hal itu tetapi Jessie tidak patah semangat untuk terus berjuang karena dengan keikhlasan itulah Jesi dapat lulus di seleksi nasional bersama masuk perguruan tinggi negeri atau yang biasa disebut dengan SNBP.
Prestasi dan kesuksesan Jesi tidak datang dengan mudah. Dia harus melewati berbagai tantangan dan menghadapi situasi yang tidak biasa. Namun, dengan semangat dan tekad yang kuat, Jesi berhasil mengatasi semua rintangan tersebut. Dia belajar bahwa kesuksesan tidak hanya tentang nilai atau peringkat, tetapi juga tentang kegigihan, kerja keras, dan keyakinan pada diri sendiri.
Ketika masa SMA berakhir, Jesi merasa bangga dengan pencapaian dan perjuangannya selama tiga tahun tersebut. Dia siap untuk melangkah ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi dengan keyakinan dan semangat yang menggebu-gebu. Jesi adalah contoh inspiratif bagi semua orang yang ingin meraih prestasi dan kesuksesan dalam hidup. Dengan kerja keras, ketekunan, dan keyakinan pada diri sendiri, kita semua dapat mencapai impian dan meraih kesuksesan yang kita inginkan.
Kreator : JESINTA DEWI SRIKANDI
Comment Closed: Prestasi dan Kesuksesan
Sorry, comment are closed for this post.