Kring … kring … kring …
Aduh berisik banget, sih suara telpon jadul itu. Dengan malas Barbie mengangkat telpon peninggalan neneknya itu.
“Halo, assalamualaikum,” kata Barbie dengan suara cemprengnya yang begitu keras.
“Waalaikum salaam, Bar, kamu mau ngaji nggak?” Terdengar suara di ujung lain telpon yang lebih cempreng dibandingkan suara Barbie.
“Bar… Bar, emang namaku Bubar!” Barbie bersungut-sungut. Terdengar tawa melengking-lengking di ujung telpon. Barbie langsung menutup telinganya. Idih, Princess emang suaranya luar biasa kerasnya.
“Jangan marah, dong Bie. Ha.. ha.. ha.. kamu lebih senang dipanggil Bar apa Bie, semuanya kedengaran aneh,” kata Princess lagi, tawanya berderai-derai. Barbie makin keki. Dia ingin menutup telponnya, tapi diurungkan. Biar sajalah.
“Heh, Incess, ketawa mulu. Aku mau ngaji. Aku kan udah tobat,” kata Barbie memotong tawa Incess yang berhenti-berhenti. Princess terdiam.
“Kok kamu mau ngaji sekarang?” bisik Princess yang biasa dipanggil Incess. Dia kecewa mendengar jawaban Barbie.
“Ya, iya, dong. Aku kan udah bilang aku tobat,” jawab Barbie lagi. Kali ini dia merasa lebih baik dari pada Princess Incess yang nggak jelas itu.
“Sombong amat udah tobat, aku belum bisa tobat,” kata Incess sedih.
“Whaaat?? Niat, dong,” kata Barbie keras-keras. Balas dendam dengan ketawa Incess tadi yang membuat telinga Barbie berdenging.
“Aku kan sedang mencret,” jawab Incess, membuat Barbie tertawa berderai.
“Apa? Kok bisa mencret? Nggal elite banget, sih,” kata Barbie sambil menggigiti kukunya.
Incess bersungut-sungut.
“Makanya sama pak Ustadz yang nurut biar nggak mencret,” kata Barbie lagi.
“Emang pak ustadz bilang apa Bie?”
“Pak ustadz berpesan supaya kita nggak boleh bohong lagi, iya, kan? Masak kamu nggak inget?” jawab Barbie sombong.
“Barbie udah telponnya ya, sayang, nanti bayar telponnya mahal, lo.” Terdengar suara lembut di belakang Barbie. Barbie menoleh dan tersenyum lebar.
“Oke, tunggu sebentar, ya,” kata Barbie.
“Incess udah dulu, semoga mencretmu cepat sembuh, ha… ha… ha…,” kata Barbie tanpa peduli pada tanggapan Incess.
“Barbie mau mengaji?”
“Iya, Bu. Barbie mau ngaji. Tapi Incess nggak mau ngaji. Dia lagi mencret,” kata Barbie sambil tertawa berderai.
“Sebelum ngaji makan obatnya dulu, ya,” kata perawat itu dengan sabar.
“Tapi habis ini ngaji, kan?” tanya Barbie matanya bersinar-sinar. Sang perawat mengangguk.
“Ngajinya di kamar, ya,” kata sang perawat, Barbie mengangguk senang.
**
Perawat melihat dari luar pemandangan yang memilukan itu. Wanita muda yang selalu memanggil dirinya Barbie itu sedang berpura-pura mengaji sendiri di kamarnya di rumah sakit ini. Dia selalu mengajak teman imajinasinya yang dipanggil Princess untuk mengaji tapi selalu tidak mau dengan berbagai alasan. Kali ini alasannya Princess sedang mencret.
Ada-ada saja.
**
Comment Closed: Princess Mencret dan Barbie Tobat
Sorry, comment are closed for this post.