Dalam dunia yang serba cepat ini, tempat hiruk-pikuk politik menjadi latar belakang yang tak pernah sunyi, ada baiknya kita berhenti sejenak dan merenungkan—seperti seseorang yang duduk di sebuah kafe kecil, mengaduk kopi perlahan-lahan, dan menatap ke luar jendela. Hukum dan konstitusi adalah fondasi dari rumah besar yang kita sebut negara. Mengawalnya adalah hak setiap warga, seperti menjaga pagar rumah sendiri dari kerusakan atau pembusukan. Namun, di luar sana, ada suara-suara yang menganggap bahwa mengawal hukum dan konstitusi sama dengan menjadi pembenci, seorang antagonis dalam drama politik.
Saya tidak berdiri di bawah bayang-bayang tokoh mana pun. Tidak ada politisi yang bisa mengikat saya dengan janji-janji atau slogan-slogan. Yang saya ikuti adalah prinsip dan nilai yang telah lama menjadi kompas dalam perjalanan hidup saya. Dari situ, saya kemudian memilih politisi yang sekiranya paling mendekati atau mencerminkan nilai-nilai tersebut.
Politisi, siapa pun mereka, hanyalah sosok sementara di atas panggung yang bisa sewaktu-waktu kehilangan arah. Ketika mereka menyimpang dari prinsip dan nilai yang saya junjung tinggi, saya tak segan untuk melepaskan dukungan. Seperti layang-layang yang tak lagi mengikuti angin, politisi yang tak lagi selaras dengan prinsip saya harus dilepas, bukan dipegang erat-erat dengan mata tertutup.
Tak ada keputusan politik, tak ada tokoh politik yang tak bisa dipertanyakan. Kita hidup dalam dunia yang penuh warna, dan mempertanyakan adalah cara kita memastikan bahwa kita tidak terjebak dalam kegelapan. Ketika ada yang tidak beres, kita harus melawan—dengan pikiran jernih dan hati yang teguh, bukan dengan kebencian buta.
Mendukung tokoh secara buta adalah benih yang berbahaya, benih yang mudah tumbuh menjadi pohon indoktrinasi yang akarnya menyebar jauh ke dalam tanah pemikiran kita, mencengkeram kuat, dan sulit dicabut. Politisi suka memelihara pendukung seperti ini, seperti seorang penjual yang menjaga pelanggan setianya. Mereka tahu, pendukung buta adalah komoditas yang paling mudah dimobilisasi—bahkan ketika jalan yang mereka tempuh sudah menyimpang dari nilai-nilai yang seharusnya dijaga.
Pada akhirnya, mendukung dengan mata tertutup menandai kondisi psikologis yang rigid, seperti jalan buntu yang tak memberi pilihan lain selain mundur atau tersesat. Tak peduli seberapa tinggi pendidikan seseorang, atau berapa banyak pengikut yang ia miliki, mendukung tanpa pertimbangan kritis bukanlah konsistensi. Itu hanyalah bukti dari kegagalan untuk mengubah persepsi, meskipun fakta dan bukti objektif telah terbentang jelas di hadapan kita. Seperti melihat matahari tenggelam dan bersikeras bahwa langit masih siang.
Kreator : Wista
Comment Closed: Prinsip Politik
Sorry, comment are closed for this post.