KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Prinsip Politik

    Prinsip Politik

    BY 25 Agu 2024 Dilihat: 150 kali
    Prinsip Politik_alineaku

    Dalam dunia yang serba cepat ini, tempat hiruk-pikuk politik menjadi latar belakang yang tak pernah sunyi, ada baiknya kita berhenti sejenak dan merenungkan—seperti seseorang yang duduk di sebuah kafe kecil, mengaduk kopi perlahan-lahan, dan menatap ke luar jendela. Hukum dan konstitusi adalah fondasi dari rumah besar yang kita sebut negara. Mengawalnya adalah hak setiap warga, seperti menjaga pagar rumah sendiri dari kerusakan atau pembusukan. Namun, di luar sana, ada suara-suara yang menganggap bahwa mengawal hukum dan konstitusi sama dengan menjadi pembenci, seorang antagonis dalam drama politik.

    Saya tidak berdiri di bawah bayang-bayang tokoh mana pun. Tidak ada politisi yang bisa mengikat saya dengan janji-janji atau slogan-slogan. Yang saya ikuti adalah prinsip dan nilai yang telah lama menjadi kompas dalam perjalanan hidup saya. Dari situ, saya kemudian memilih politisi yang sekiranya paling mendekati atau mencerminkan nilai-nilai tersebut.

    Politisi, siapa pun mereka, hanyalah sosok sementara di atas panggung yang bisa sewaktu-waktu kehilangan arah. Ketika mereka menyimpang dari prinsip dan nilai yang saya junjung tinggi, saya tak segan untuk melepaskan dukungan. Seperti layang-layang yang tak lagi mengikuti angin, politisi yang tak lagi selaras dengan prinsip saya harus dilepas, bukan dipegang erat-erat dengan mata tertutup.

    Tak ada keputusan politik, tak ada tokoh politik yang tak bisa dipertanyakan. Kita hidup dalam dunia yang penuh warna, dan mempertanyakan adalah cara kita memastikan bahwa kita tidak terjebak dalam kegelapan. Ketika ada yang tidak beres, kita harus melawan—dengan pikiran jernih dan hati yang teguh, bukan dengan kebencian buta.

    Mendukung tokoh secara buta adalah benih yang berbahaya, benih yang mudah tumbuh menjadi pohon indoktrinasi yang akarnya menyebar jauh ke dalam tanah pemikiran kita, mencengkeram kuat, dan sulit dicabut. Politisi suka memelihara pendukung seperti ini, seperti seorang penjual yang menjaga pelanggan setianya. Mereka tahu, pendukung buta adalah komoditas yang paling mudah dimobilisasi—bahkan ketika jalan yang mereka tempuh sudah menyimpang dari nilai-nilai yang seharusnya dijaga.

    Pada akhirnya, mendukung dengan mata tertutup menandai kondisi psikologis yang rigid, seperti jalan buntu yang tak memberi pilihan lain selain mundur atau tersesat. Tak peduli seberapa tinggi pendidikan seseorang, atau berapa banyak pengikut yang ia miliki, mendukung tanpa pertimbangan kritis bukanlah konsistensi. Itu hanyalah bukti dari kegagalan untuk mengubah persepsi, meskipun fakta dan bukti objektif telah terbentang jelas di hadapan kita. Seperti melihat matahari tenggelam dan bersikeras bahwa langit masih siang.

     

     

    Kreator : Wista

    Bagikan ke

    Comment Closed: Prinsip Politik

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021