Terinspirasi dari bunyi sebuah hadis Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, yang berbunyi:
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia lain. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan hutangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beritikaf di masjid ini, yakni masjid Nabawi, selama sebulan penuh.” (HR. Imam Thabrani).
Beberapa hari ini tubuhku tak merasa lelah, kontak sana sini, menemui banyak orang untuk melakukan lobi dan komunikasi tentang rumah wakaf, untuk seorang janda.
Kebetulan seorang janda yang baru ditinggal meninggal suaminya ini, mendapatkan penawaran dari dua pemilik rumah wakaf, yang memang menyediakan rumah untuk janda yang memiliki anak yatim.
Sebagai pihak penengah, ternyata tak mudah menjembatani komunikasi, guna menjaga perasaan kedua wakif, yang bersemangat ini, agar tidak ada yang merasa dikecewakan.
Akhirnya pilihan dijatuhkan kepada salah satu rumah wakaf, yang bertempat satu kompleks perumahan khusus janda, sebanyak 40 unit rumah layak pakai.
Malam itu tubuhku terasa lelah, seharian rekreasi bersama ibu-ibu taklim binaan. Namun hati merasa harus segera menyampaikan keputusan janda tersebut kepada kedua pemilik rumah wakaf.
Kuguyur tubuhku, agar terasa segar kembali, aku minum teh hangat, sambil memikirkan perkataan apa yang harus aku sampaikan kepada dua orang ini. Aku khawatir salah satu dari mereka kecewa.
Setelah salat isya, aku berdoa, ”Ya Allah lapangkan dadaku, mudahkan urusanku dan hilangkan kekakuan di lidahku.”
Aku berharap Allah Subhanahu wa Taala membantuku dan membuat kedua orang baik ini menerima keputusan kami dengan lapang dada.
Aku putuskan ke rumah pemilik kompleks perumahan khusus janda lebih dahulu, karena jarak rumah kami berdekatan. Aku sampaikan bahwa janda, sepupuku itu memilih tinggal di salah satu unit rumah miliknya.
Alhamdulillah kunci rumah langsung mereka serahkan kepadaku, sebagai perantara. Aku keluar dengan perasaan lega, satu persoalan telah selesai.
Kemudian aku naik becak, menuju rumah pemilik satu rumah wakaf yang berada di kampung sebelah. Karena semangat di hati, tak ada keinginan menunda meskipun kaki mulai terasa pegal-pegal.
Aku bawakan sedikit oleh-oleh, kemudian aku mulai membicarakan hal-hal yang menyenangkan terlebih dahulu. Kemudian, dengan hati-hati, aku sampaikan bahwa sepupuku memilih tinggal di kompleks perumahan janda, bukan rumah wakaf beliau.
Terlihat kekecewaan di wajah beliau, aku pun dengan sigap menyentuh tangannya, sambil berkata, “Apakah yang menempati rumah tersebut harus seorang janda?”
“Aku sih berharap begitu, karena pahala membantu janda dan anak yatim sangat besar.” Ujarnya.
“Pintu kebaikan itu sangat banyak, orang yang perlu dibantu itu sangat beragam masalahnya. Bagaimana kalau rumah wakafmu, untuk sepasang suami istri guru ngaji, anaknya tiga orang, yang sekarang ini terpaksa tinggal di salah satu ruangan masjid, tanpa sekat.” Ucapku menerangkan.
Beliau berpikir sejenak, sambil menatap mataku, beliau berujar, “Baiklah, besok guru ngaji tersebut suruh ke rumah.”
“Alhamdulillah, terima kasih ya Allah Kau mudahkan segala urusan ini, dua orang sedang kesusahan telah mendapat solusi dengan mudah.” Bisikku dalam hati.
“Semoga pahala wakaf rumah Ibu kamu, selalu mengalir untukmu dan Ibumu. Memberi kebahagiaan dengan menyediakan sebuah rumah adalah sesuatu yang luar biasa.” Lanjutku.
“Amiin ya Robb…” Sahutnya lirih.
Aku pun segera berpamitan, sebelum berpisah, kami berpelukan. Betapa bahagia hati ini, bila berhasil menyatukan beberapa potensi kebaikan, membuat saudara sesama muslim tersenyum bahagia.
Setibanya di rumah, segera aku tawarkan rumah wakaf tersebut, kepada temanku yang tinggal di masjid itu. Terdengar suara temanku bergetar karena terharu. Semoga urusannya dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Taala.
Keesokan harinya temanku ke rumah pemilik rumah wakaf tersebut, ternyata mereka berdua selama ini sudah saling mengenal, karena pemilik rumah tersebut salah satu donatur, masjid yang mereka tempati.
Semua berjalan lancar, tak lama kemudian guru ngaji itu menempati rumah sederhana itu dengan senang hati. Bukankah puncak kebahagiaan seorang muslim, apabila berhasil membuat saudaranya bahagia. Dan perantara kebaikan itu pun, akan mendapat pahala sebesar orang yang melakukan amalan kebaikan tersebut.
Sedianya bukanlah hasil usahaku yang berhasil menyelesaikan masalah mereka, tapi Allah jua yang membuat hati-hati ini saling menyatu, dan kemudian saling membantu.
Ya Allah hanya kepada-Mu kami berserah dan memohon pertolongan, hanya ridho-Mu pula yang kami harapkan.
Comment Closed: Proyek Kebaikan 1
Sorry, comment are closed for this post.