Tidur delapan jam adalah tidur yang sehat, begitu petuah yang sering kudengar sejak aku kecil. Tapi itu adalah sebuah keajaiban untukku. Sulit tidur sudah jadi bagian dari kehidupan yang kujalani sejak muda dulu. Bisa tidur dua atau tiga jam benar-benar anugerah bagiku.
Dan, kali ini lagi-lagi aku terbangun terlalu pagi. Baru jam 01.30 dini hari. Sungguh menjengkelkan, padahal aku sudah berusaha untuk tidur sebelum jam 12 semalam. Entah bagaimana aku bisa tertidur, mungkin ada pengaruhnya juga pada audio binaural yang aku dengarkan. Aku masih bisa melihat jarum jam di dinding di angka sebelas lewat, sebelum aku jatuh terlelap dalam alunan musik binaural itu. Tapi tetap saja aku terbangun terlalu awal lagi. Setelah ke kamar kecil sebentar, aku naik lagi ke atas kasur, dan berusaha untuk tidur lagi. Sungguh sulit untuk memejamkan mata kembali. Rasa kantuk itu tak kunjung datang.
Akhirnya aku baik ke kamar mandi untuk berwudhu. Barangkali dengan sholat sunah aku bisa mendatangkan kantuk kembali. Aku sholat malam dua raka’at. Dan tambah lagi dua raka’at. Lalu duduk di tikar sajadah sambal berzikir. Sejam tak terasa berlalu, dan mataku semakin segar. Subuh masih lama, akhirnya aku beranjak ke meja kerjaku alih-alih balik ke kasur. Percuma juga, mataku akan sulit terpejam dan ujung-ujungnya aku akan lelah dengan pikiran yang melompat kesana-kemari. Apakah begini ya jika usia semakin bertambah? Tapi, sejak muda pun aku sudah seperti ini. Dan ini seringkali membuatku merasa sesak. Bingung harus melangkah kemana. Berharap matahari segera muncul, suara cerewetnya burung-burung yang terbangun di dahan pohon di belakang rumah yang ribut bercuitan segera terdengar. Tapi malam masih tetap menghidangkan gelap di kaca jendela yang kusingkap sedikit gordennya.
Kuregangkan sedikit tubuhku di atas kursi. Kupejamkan mata sejenak, apa yang akan kulakukan sekarang? Kakiku terasa sedikit kebas. Penyakit usia, pikirku selintas. Begini rasanya jika sudah melewati kepala lima, pikirku sambal tersenyum getir. Akhirnya sampai juga aku di usia itu. Dan kemana masa-masa muda itu? Sejenak aku tertegun, berpikir, mencari-cari ,di mana aku melewati masa mudaku? Aku seperti berjalan dalam kabut yang tebal. Berusaha untuk melihat di mana masa mudaku berada, apa yang sudah kulakukan selama ini?
Rasanya aku memang sudah melewati masa muda itu. Masa di mana kakiku tak pernah bisa diam, dan selalu melangkah dan berlari – mengejar sesuatu – Aku memang sudah melewati masa muda itu, tapi kenapa aku tetap tidak tahu, ke arah mana hidupku yang penuh tanda tanya ini akan mengalir.
Barangkali itu sebabnya tidurku selama ini tak pernah nyenyak. Aku khawatir terlambat berjalan, dan harus berlari lagi untuk mengejar ketinggalan. Masya Allah, rupanya secemas itu aku melalui masa muda? Jadi, selama ini aku melalui masa muda itu untuk mengejar mimpi. Padahal aku baru sadar, mimpi itu hanya ada saat kita tidur. Jadi kalau tidurmu tak nyenyak bagaimana kamu bisa mengejar mimpi? Kenapa tak pernah terpikirkan selama ini? Betapa bodohnya aku.
Tanpa sadar aku tertawa. Setelah melewati masa muda baru sadar betapa sia-sianya apa yang kulakukan selama ini ? Aku pasti dulu anak muda yang terobsesi dengan mimpi sukses. Sebab sukses menjanjikan hal-hal seperti ketenaran, harta, dan kebahagiaan. Begitu katanya dari yang kudengar entah keluarga, guru, teman atau siapa pun yang dulu kutemui. Meskipun definisi sukses itu sendiri setiap orang pasti berbeda.
Waktu kecil, orang tuaku selalu menasehati supaya rajin belajar, agar bisa masuk sekolah yang unggulan. Setelah itu aku harus berjuang untuk bisa masuk universitas idaman. Sebab itu jaminan sukses masa depan, katanya. Dan di masa-masa muda perjuangan itu aku melihat banyak hal, mimpi yang kukejar seolah melayang seperti layangan yang diterbangkan oleh angin sepoi-sepoi. Seakan bisa kuraih, namun melayang lagi, dan aku harus terus berlari untuk bisa mengejar dan meraihnya. Menjengkelkan sebenarnya. Aku pernah ingin berhenti mengejar itu, sebodo dah- kamu mau terbang ke mana, terserah. Tak akan ku kejar lagi. Tetapi egoku merasa terluka, apa lagi kadang orang-orang di sekitarku seperti meledek, “Mengejar begitu saja sudah menyerah?” Dan, itu membuatku terpaksa berlari lagi untuk bisa menangkapnya.
Jika layangan satu sudah bisa kutangkap, seringkali aku tergoda lagi untuk berlari mengejar layangan yang lain. Kadang aku juga tak ingat berapa banyak luka yang kudapat karena harus mengejar layang-layang. Tapi masa muda membuatku tak terlalu peduli dengan semua luka, walau sekarang baru kusadari betapa banyaknya bekas parut itu.
Duduk diam di kursi ini sambal merasakan kegelapan dinihari yang terus merambat, pikiranku menjadi lebih tenang. Sejenak seperti ada rasa nyaman menyelimuti ketika memikirkan kembali mencari masa-masa muda yang kucari di dalam kabut kenangan.
Dan sebenarnya bukan aku saja yang seperti itu.Banyak teman-temanku dulu juga yang mengalami hal yang sama. Kami orang muda selalu bangga dengan pencapaian, apa pun itu. Jatuh bangun mengejar mimpi, padahal mungkin sekarang aku baru sadar, itu bukan mimpiku sebenarnya. Tapi mimpi orang lain, entah orang tua, saudara, guru atau siapapun itu yang kudengar dengan patuh. Aku malah lupa mimpiku sendiri apa. Pernahkah aku mengejarnya? Atau setidaknya pernahkah aku mengikutinya? Jangan-jangan aku selama ini malah mengabaikannya. Itu sebabnya seringkali apa pun pencapaian yang kuraih, tak membuatku bahagia. Aku hanya senang ketika orang lain senang.
Atau mungkinkah aku selama ini salah paham? Mengira mimpi-mimpi yang diberikan oleh guru, orang tua, saudara, teman atau orang-orang yang aku idolakan adalah mimpiku, padahal mungkin itu mimpi mereka yang ku wujudkan? Dan itu artinya aku menghabiskan waktu mudaku untuk mewujudkan mimpi orang lain, bukan mimpiku. Lalu layang-layang apa yang kuraih selama ini, kukejar sebagai pencapaian diri, namun aku tak pernah merasa benar-benar bahagia dengan itu semua? Andai aku bisa tahu kemana arus masa muda ini akan mengarah, setidaknya aku akan belajar berenang yang lebih baik, daripada hanyut terbawa arus seperti ini. Dan sampai detik ini masih tetap kebingungan ke mana aku akan hanyut oleh derasnya air kehidupan.
Pikiran yang tersadarkan seperti itu membuatku tertegun. Hello.. Apakah ada yang salah dengan hidup masa mudaku? Dulu aku ingat, dari kecil aku ingin jadi penulis. Karena aku senang membaca. Dan menjadi penulis pasti bisa membuatku bisa membaca lebih banyak. Lalu sedikit lebih besar aku ingin jadi penyiar TV. Rasanya senang wajahku tiap hari bisa muncul di layar kaca dan dilihat banyak orang. Membayangkannya saja membuatku bergetar saking senangnya. Tapi kapan mimpi itu terlewatkan ya? Sepertinya ada yang mengatakan mimpi seperti itu tidak keren. Jadi penulis tidak ada uangnya, jadi penyiar TV apalagi. Dan sungguh ternyata aku meninggalkan mimpi-mimpi masa kecilku itu. Aku kejar yang kata orang lebih keren, lebih menjanjikan. Meskipun itu harus mengorbankan kesenanganku, rasanya lebih baik melihat orang lain senang dengan apa yang ku hasilkan. Dan begitulah aku melupakan mimpiku sendiri.
Lalu salahkah apa yang sudah kulakukan dengan masa mudaku? Lama aku merenungkan pertanyaanku sendiri. Jika ku runut ke belakang, hati kecilku bilang tidak ada yang salah juga dengan itu. Buktinya aku sudah sampai di sini walau dengan tetap bingung seperti saat memulai dulu. Tetapi sudah benarkah apa yang kulakukan? Dan hati kecilku bilang tidak sepenuhnya benar, karena aku menyimpan banyak kekecewaan dalam perjalananku sampai saat ini.
Jadi, sebenarnya mungkin tidak ada yang bisa tahu dengan pasti dengan masa-masa muda itu sendiri. Seingatku aku juga tidak pernah bertanya, bagaimana melewatinya atau mau kemana melangkahnya. Aku tidak pernah bertanya pada diriku sendiri sejak dulu, aku mau kemana, apa yang ingin kulakukan. Aku cuma mengikuti orang lain yang ada di sekitarku. Kadang aku juga tidak sadar sudah mengikuti langkah mereka, karena aku terlalu cepat berlari. Di masa itu, seharusnya aku belajar berhenti berlari untuk melihat arah sejenak. Itu yang terlupakan.
Seharusnya aku juga tidak terlalu mengikuti mimpi yang dikatakan orang lain, atau juga menjalani hidup yang biasa seperti orang lain. Masa muda harusnya bisa membuatku hidup luar biasa, atau juga menjalani mimpi yang tidak biasa. Karena masa muda hanya terlewati satu kali saja, jadi ada bagusnya kita bertanya pada diri sendiri, mimpi seperti apa yang sesungguhnya kita inginkan? Bagaimana kita ingin menjalani hidup kita?
Jangan terpaku pada apa yang menjadi tolok ukur orang lain. Seharusnya sejak dulu aku menentukan sendiri tolok ukur untuk diriku, dan tentukan sendiri versi suksesku sendiri. Tidak perlu sama dengan orang lain. Mungkin dengan begitu aku bisa menjalani hidupku yang sesungguhnya.
Bisa jadi jalan berliku yang sudah kulewati ini sebenarnya adalah jalan setapak taman bunga yang indah, tapi kulewati keharuman bunga-bunganya karena sibuk berlari. Lalu hari-hari yang terasa menyesakkan itu, barangkali adalah hari yang penuh dengan kejutan, tapi ku lewatkan kotak-kotak misterius hadiahnya, karena aku hanya terfokus pada layangan yang harus kuraih. Aku lupa di setiap masa ada waktu-waktu yang harus kunikmati karena keindahannya hanya ada pada waktu itu saja.
Jadi, sebenarnya tidak ada yang tahu pasti jawaban tentang masa muda. Seringkali orang yang sampai di masa itu hidupnya jadi bingung dan tertekan, karena banyak yang ingin dikejar dan diraih, sehingga lupa mempelajari situasinya dulu.
Namun, sesungguhnya kalau direnungkan tidak ada yang terlalu special juga dengan masa muda. Yang bisa kuingat adalah di masa itu kita semua memiliki potensi yang tidak terbatas. Jadi jangan sia-siakan waktu yang kita miliki itu dengan melakukan hal-hal yang mungkin kelak kita sesali.
Persiapkan diri ketika masa muda itu mulai memasuki usiamu. Bertanya pada orang yang kita kagumi, pada orang tua yang memiliki pengalaman hebat, pada guru yang berpengetahuan luas, pada buku-buku yang menulis banyak hal tentang masa muda. Kita bisa buat banyak pilihan untuk memulai dan mengisinya dengan apa yang kita sukai. Jangan meniru, karena belum tentu sesuai dengan kepribadian kita. Rasakanlah semangat masa muda itu setiap saat. Karena ada banyak sekali yang tidak bisa dirasakan lagi kelak kecuali saat ini, ketika masa muda masih hadir di sini.
Denpasar, 13 Juni 2025
Kreator : Adiz Firdaus
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: PUDARNYA MASA MUDA
Sorry, comment are closed for this post.