Jaddding anak kelima dari 9 bersaudara. Sejak kecil memperlihatkan semangat dan tanggung jawabnya mengurus adik-adiknya. Bahkan membantu orang tuanya di kebun dia sangat gemar. Sedari kecil selalu punya cita-cita ingin bersekolah meski tempatnya jauh di kota. Akhirnya dia sukses menjalani pendidikan dari SD hingga tamat SMP dengan biaya sendiri, dengan cara menjual hasil berkebun di samping rumahnya. Hingga dia bisa lulus tes masuk di sekolah negeri di kota yaitu SMA Negeri 1 Masamba tahun 2005. Sedangkan kakak dan adik-adiknya tidak ada yang bersekolah hingga SMP semua hanya tamat SD dan tinggal menggarap tanah di sekitar rumah mereka.
Menjelang pukul 04.00 subuh jadding sudah selesai mandi dan menyiapkan keperluan sekolahnya. Langsung berangkat dengan berjalan kaki menempuh jarak 15km ke kota, melintasi kebun sawah hingga tiba di pasar menyimpan jualan lomboknya, dan salat subuh. Setelah shalat , dia melanjutkan perjalanannya ke kota yang berada di Kota Masamba dengan berlari kecil. Dengan tubuhnya yang kurus kecil itu mudah saja berlari melintasi jalan raya hingga tiba di gerbang sekolah tepat pukul 06.30.
Setiap hari tidak pernah terlambat sehingga menjadi contoh untuk teman-temannya. Bahkan diangkat menjadi ketua kelas karena guru melihat dia sangat bertanggung jawab. Untuk menebus harga buku cetak seharga Rp 45.000, dia bernego dengan pihak sekolah agar bisa menyicilnya Rp5.000 hingga lunas. dan itu diperbolehkan.
Setiap guru ingin menyuruh mengambil sesuatu segera dia yang bertindak.”saya saja Bu’begitu dia selalu menawarkan dirinya untuk menolong orang lain.
Saat pelajaran bahasa Indonesia berlangsung, ibu guru menyampaikan materi hari itu.
“Anak-anak hari ini kita belajar menulis puisi”
“Baik’, bu” serempak anak-anak yang jauh dengan gembira. Bu guru memulai membimbing cara menulis puisi.
“Tulislah semua apa yang terlintas di benak kalian apapun yang kalian lihat, kalian ingat, kalian pikirkan, tulislah dalam bentuk berbaik-bait.”
Segera saja Jadding menulis kata yang lancar mengalir dari benaknya. Lalu segera berlari ke depan kelas menemui ibu guru.
“Bu saya sudah selesai” kata Jadding.
“Oke baik, jadi paling pertama menyelesaikan puisinya. Yang lain segera menyusul ya, bawa ke meja ibu guru kemudian ibu periksa.”
“Setelah itu, ibu memberi kesempatan pada kalian untuk membacakan hasil karya kalian masing-masing di depan kelas.”
“Karena Jadding paling pertama menyelesaikan puisinya , berarti dia juga yang pertama tampil”. Kata bu guru.
” Baiklah Bu” kata Jadding.
Mulailah Jadding membaca puisinya yang berjudul”IBU”.
Kata demi kata diucapkan perlahan air matanya menitik satu persatu. Hingga tidak sanggup menyelesaikan membaca puisinya karena air matanya semakin deras dan tangisnya sudah meledak. Lalu ibu guru mempersilahkan untuk duduk kembali di tempat.
Seketika teman-temannya berhamburan menuju ke meja bu guru ingin melihat lanjutan isi puisi yang ditulis Jadding. Ternyata kisah tentang perjuangan ibunya yang susah payah membesarkan dan mencari biaya hidup keluarganya yang beranggotakan 11 orang, untuk tetap bertahan hidup.
Kreator : Dra. Heriyana
Comment Closed: Puisi Untuk Ibu
Sorry, comment are closed for this post.