KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » R A T I H

    R A T I H

    BY 21 Okt 2024 Dilihat: 175 kali
    R A T I H_alineaku

    Suara ayam, gemercik air, dan cicit burung adalah hiasan alam yang selalu menemani pagi Ratih di desa Boro-boro. Desa tempat tinggal Ratih yang berhawa sejuk karena terletak di lembah sungai Boro-Boro.

    “Aaaah…,” Ratih menguap dan merentangkan badan.

    Ratih adalah murid kelas VI SDN I Boro-Boro, seorang anak yang ulet dan pantang menyerah. Dia menoleh ke kiri ternyata adiknya belum bangun, biasalah si Ruri, panggilan untuk adik Ratih yang baru duduk di kelas III sekolah dasar, bangun agak siang sebab sekolahnya masuk pukul 10.00 setelah kelas I pulang. Kakak Ratih, Joko, sudah lebih dulu bangun dan bersekolah di SMPN Angkasa.

    Hari ini, hari Senin, Ratih harus cepat bangun dan bersiap-siap ke sekolah. Ratih meninggalkan tempat tidurnya dan bergegas ke kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Ratih sudah berada di dalam kamarnya kembali. Ingin sekali ia membereskan tempat tidurnya, tapi tidak sampai hati membangunkan adiknya yang masih tertidur pulas. 

    “Bu, baju seragam hari Senin mana?” Tanya Ratih kepada Ibu yang berada di dapur menyiapkan sarapan.

    “Di gantung di belakang pintu dekat baju Kakak,” jawab Ibu tanpa menoleh ke Ratih.

    “Iya, Bu.” Ratih segera beranjak dari dapur.

    Dengan agak tergesa, Ratih mengenakan baju seragam hari Senin yaitu putih merah, lengkap dengan dasi dan topinya. Hari Senin akan dilaksanakan upacara bendera jadi kelengkapan pakaian seragam menjadi faktor utama yang harus diperhatikan. Begitu halnya dengan Ratih.

    Setelah selesai menghabiskan makan pagi yang disiapkan Ibu, Ratih berpamitan untuk segera berangkat ke sekolah, disusul Joko. Jarak sekolah Ratih dengan rumah lumayan jauh kira-kira 2 kilometer, sedangkan kakaknya lebih jauh lagi dan harus ditempuh menggunakan kendaraan.

    Jalan setapak yang dilalui Ratih dan dua orang temannya, Emi dan Iva, memang agak sepi. Tanpa canda yang biasa mereka lakukan, hanya dedaunan yang melambai dan semilir angin yang ikut mengiringi langkah mereka. 

    “Ayo, cepat nanti kita terlambat,” ajakan Emi memecah kebisuan.

    “Iya,” jawab Ratih.

    Ratih dan kedua temannya, berlari kecil saat terdengar sayup bunyi lonceng sekolah yang dipukul oleh batu. Lonceng yang terbuat dari sisa besi tua berbentuk balok. 

    Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, tanpa terasa tibalah mereka harus menghadapi ulangan caturwulan I yang disingkat dengan Cawu I, zaman kurikulum lama menggunakan istilah untuk ulangan semester adalah ulangan Cawu I, Cawu II, Cawu III. Dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana terutama buku-buku pelajaran, membuat Ratih dan beberapa temannya kesulitan dalam mencari informasi tentang beberapa materi yang kurang mereka kuasai. Tapi itu bukanlah satu-satunya hambatan untuk meraih yang terbaik.

    Selama seminggu Ratih berjuang mengerjakan yang terbaik yang dapat ia lakukan, perasaan lega bercampur penasaran untuk mengetahui hasil yang telah mereka capai. Akankah nilainya bagus? Ataukah? Segala pikiran timbul di benak Ratih. 

    Hari Sabtu, hari yang amat ditunggu-tunggu oleh Ratih dan semua murid SDN I Boro-Boro sebab hari ini pengumuman ranking kelas mulai dari kelas I sampai kelas VI di masing-masing kelas. Berbagai perasaan timbul di hati Ratih dan teman-teman sekelasnya, saat mereka harus masuk ke kelas. Terlihat Bu Wayan, wali kelas Ratih berjalan masuk kelas sambil membawa setumpuk buku laporan yang berwarna merah. Senyumnya tak pernah hilang saat menyapa kami.

    “Pagi, anak-anak.”

    “Pagi, Bu Guru!” jawab seluruh murid serempak.

    “Hari ini Ibu akan membagikan buku laporan kalian sekaligus mengumumkan ranking kelas untuk caturwulan pertama ini. Ibu berharap setelah membagikan dan mengumumkan ranking dan kalian melihat hasil yang kalian peroleh pada buku laporan ini, kalian akan lebih giat belajar agar nilai kalian dapat ditingkatkan dan yang mendapat peringkat pertahankan cara belajarnya, agar prestasinya tetap bertahan pada catur wulan berikutnya.”

    Seisi kelas terdiam mendengar apa yang disampaikan Bu Wayan kepada kami. Si Yopi teman yang paling bandel dan usil juga terdiam dan menunduk, memperhatikan ujung meja. 

    “Ratih Dwi Ningsih, meraih ranking I, dengan jumlah nilai 75 rata-rata 7.5,”

    Ratih sempat kaget dan terkejut, mungkinkah ini? Ratih segera menguasai diri dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    Ratih Dwi Ningsih, maju ke depan untuk menerima buku laporan dari Bu Wayan, wali kelas VI. Tepuk tangan teman-temannya bergemuruh memenuhi ruangan kelas karena ia dinyatakan sebagai juara pertama catur wulan I ini. Keberhasilan Ratih ini dilengkapi dengan hadiah berupa buku tebal, pensil dan bolpoin sebagai penambah semangat belajar baginya dan motivasi untuk anak-anak yang lain, kata bu Wayan setelah Ratih dan beberapa teman yang juga memperoleh ranking dan hadiah serupa. Tak dapat kami tutupi rasa bahagia pada wajah kami.

    *** 

    “Pelajaran yang kita dapatkan dari cerita Ratih bahwasanya dengan keterbatasan sarana dan prasarana sekolah bukanlah masalah dalam menyurutkan semangat untuk meraih prestasi. Kerja keras dan pantang menyerah menjadi prinsip Ratih kecil.”

     

     

    Kreator : Indarwati Suhariati Ningsi

    Bagikan ke

    Comment Closed: R A T I H

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021