Sebuah angkot berhenti di tepi jalan dekat sekolah SMA di Salatiga, lalu keluar Bu Kus bersama Arsyanendra serta tiga pemuda dengan pakaian lusuh dan di punggung mereka ada ranselnya.
Gerak gerik ketiga pemuda itu, menunjukkan kalau mereka adalah para mahasiswa dari klub pendaki gunung. Di samping kanan lengan baju ketiga pemuda itu terjahit nama dan sebuah bordiran lambang klub pecinta alam dari universitas di Jogjakarta.
Mereka masuk ke halaman sebuah rumah sederhana yang terparkir mobil mini bus di halaman. Di samping mobil itu, ada gadis manis berlesung pipit baru selesai mencuci mobil. Arsyanendra menyapa gadis itu.
“Hai Rya, kamu sudah di sini?”
“Saya menginap di sini sejak kemarin.”
“Berarti tadi pagi kamu telepon aku dari sini ya. Kukira di Jogja.”
“Nggak jadi ke Jogja, karena ibu saya sedang ke Solo.”
“Oooo…. Rya, kenalkan….. Ini para mahasiswa pecinta alam dari Jogja. Kami berkenalan saat kami baru sama-sama turun dari puncak gunung Merbabu tadi pagi.” Kata Arsyanendra.
Ketiga mahasiswa anggota pecinta alam itu, lalu berkenalan dengan Naryama, lalu mereka berbincang bincang di halaman dan tak lama kemudian keluar seorang perempuan yang mirip Naryama, hingga Arsyanendra terkejut. Dan entah mengapa, tiba-tiba jantung Arsyanendra berdetak kencang sampai dia berpikir apakah ada yang aneh pada diri perempuan itu?
Perempuan itu kemudian memperkenalkan diri sebagai kakak kandung Naryama dengan nama Tiana Vinanda. Wajahnya sangat mirip dengan Naryama termasuk lesung pipit di pipinya. Hanya saja, kakak kandung Naryama kulitnya lebih putih dan rambutnya lebih panjang dari pada rambut Naryama.
“Mbak Tavi, ini Bu Kus, menantunya eyang Surabaya yang tinggal di kaki Gunung Kelud. Dan, ini Mas Syanen, putra beliau.”
“Kalau yang lainnya? Apakah mereka adalah temanmu kuliah di Surabaya?” Tanya Tiana, sambil melirik Arsyanendra.
Tiana terkejut melihat Arsyanendra dan entah mengapa, dia risau dan detak jantungnya menjadi cepat.
“Bukan, Mbak. Kami baru kenalan saat turun dari mendaki Gunung Merbabu.” Sahut Arsyanendra.
“Ooo….. ” Komentar Tiana.
Ketiga mahasiswa itu maju untuk memperkenalkan diri. Namun, ketika Tiana memandang satu persatu mahasiswa tersebut, wajah Tiana berubah saat dia melihat salah satu dari mereka.
Tanpa diduga oleh Arsyanendra dan Naryama, Tiana tiba-tiba membuang muka serta tidak mau bersalaman untuk berkenalan dengan ketiganya dan wajah Tiana sekarang menunjukkan kalau dia tidak ingin menerima ketiga mahasiswa itu di rumahnya.
Hal yang sama juga terjadi pada salah satu mahasiswa yang datang, yaitu terkejut ketika dia memandang wajah Tiana. Namun, mahasiswa tersebut hanya diam saja lalu menundukkan wajahnya.
Arsyanendra menduga Tiana dan salah satu mahasiswanya sudah kenal dan saling tidak suka pada salah satu dari mereka. Akan tetapi, Bu Kus mempunyai pendapat berbeda.
Sepintas beliau menilai kalau Tiana sangat tertarik pada Arsyanendra, tapi dia kurang bisa menerima mahasiswa kenalan baru Bu Kus.
Sambutan Tiana yang kurang baik, menyebabkan salah satu dari mahasiswa kenalan Bu Kus pamit dengan alasan ingin tiba di Jogja sore ini karena hari Senin besok mereka kembali kuliah.
Naryama merasa ada yang aneh pada kakaknya sebab tidak biasanya kakaknya tak bereaksi saat akan diperkenalkan pada orang baru dan yang membuat Naryama heran, Tiana membiarkan saja ketiganya pulang tanpa menyapa mereka.
Keanehan lainnya adalah mata Tiana menunjukkan kalau dia gugup ketika berkenalan dengan Arsyanendra.
Melihat gelagat aneh seperti itu, Naryama penasaran. Dia ingin tahu mengapa Tiana bersikap dingin. Padahal, Naryama tahu kalau Tiana adalah kakak yang sangat ramah dan selalu baik pada orang lain. Selain itu, kakaknya adalah perempuan tertutup pada lelaki sejak dia putus dengan pacarnya ketika kuliah di Semarang.
“Kenapa Mbak Tavia sikapnya gitu?” Tanya Naryama.
Tiana menarik nafas panjang, lalu masuk rumah sambil berkata, “Rya, Bu Kus, Syanen. Ayo masuk.”
Mendengar ajakan itu, ketiganya mengikuti Tiana masuk rumahnya dengan perasaan heran. Namun, beberapa saat kemudian, Bu Kus tersenyum, kemudian mendekati Tiana.
“Tidak ada gunanya larut pada masalah lampau. Ingatlah kalau kita hidup untuk masa yang mendatang. Masa lampau adalah pelajaran agar mengambil maknanya untuk dijadikan pijakan dalam melangkah ke masa depan agar kita tidak salah langkah.”
Tiana berhenti lalu terdiam dan mengambil nafas panjang. Karena itu, Bu Kus mendahului Tiana. Saat mendahului dan berjalan di depannya, beliau melihat di sudut mata Tiana ada setitik air mata dan bibirnya bergetar perlahan, seolah ingin mengatakan sesuatu pada Bu Kus. Akan tetapi, Bu Kus tidak menunggu perkataan dari Tiana tapi justru berkata pada Arsyanendra.
“Syan, bisakah Ibu minta tolong membeli karet gelang? Ibu perlu banyak karet gelang.”
“Bisa aja sih, tapi dimana ada orang jualan karet gelang?”
“Ayo, Mas. Saya antar. Saya tahu tokonya.” Sahut Naryama.
Tanpa bicara banyak, keduanya pergi mencari penjual karet gelang. Setelah Arsyanendra tidak nampak, Bu Kus mendekati Tiana.
“Kamu patah hati ya pada kakaknya Prasojo, salah satu mahasiswa yang tadi datang dengan saya.”
Air mata Tiana makin banyak. Ia diam dan dalam diamnya, Bu Kus melihat dada Tiana naik turun, suatu tanda kalau nafasnya memburu karena menahan rasa jengkel atau marah.
Melihat hal tersebut, Bu Kus mendekati Tiana kemudian merangkul bahunya dan membopong agar Tiana duduk di kursi. Ajakan Bu Kus diikuti oleh Tiana seolah Bu Kus adalah ibunya.
Di saat melangkah ke ruang tamu, Tiana tersenyum getir sambil mengusap air matanya beberapa kali karena itu keadaan di ruang tamu langsung menjadi hening, namun keheningan itu tidak berlangsung lama.
“Terima kasih, Bu Kus.”
“Saya tadi mendengar Rya memanggilmu Tavi. Apakah itu nama panggilan?”
“Iya, Bu. Nama panggilan saya Tavia.”
“Saya suka mendengar nama itu.” Kata Bu Kus, lalu beliau tersenyum karena merasa berhasil membuat Tiana bicara.
“Maaf ya, Bu Kus. Saya tadi bersikap kurang sopan pada Bu Kus yang datang dari jauh.”
“Nggak masalah. Saya tidak merasa Tiana kurang sopan.”
“Bu Kus mau minum apa?”
“Saya mau air putih saja.” Jawab Bu Kus.
Tiana lalu menuju ke ruang makan untuk mengambil air minum, kemudian dia kembali ke ruang tamu.
Bu Kus menerima air putih dengan mata terus memandang segala gerak gerik Tiana dan ternyata, beliau menangkap adanya kesedihan di wajah Tiana.
Bu Kus sebagai seorang ibu, tentu saja cukup peka pada keadaan seperti itu. Namun beliau tak akan memulai untuk bertanya, walaupun Bu Kus sudah mengetahui penyebab hatinya Tiana sedih.
Di lain sisi, saat berhadapan dengan Bu Kus, Tiana merasa Bu Kus bisa dijadikan sebagai teman berbagi, karena itu Tiana mulai terbuka, yang diawali dengan perkataan, “Maaf bu, tadi saya nggak mampu mengontrol diri setelah melihat Prasojo.”
“Nggak masalah. Saya bisa terima tentang itu.”
“Perkataannya sangat menyakiti saya beberapa tahun lalu.”
Bu Kus menghampiri Tiana kemudian mengajaknya duduk di sofa agar beliau bisa bicara berdekatan dan Tiana menangkap ajakan Bu Kus sebagai uluran tangan untuk membantunya hingga dia merasa nyaman.
Sejak ayahnya meninggal dunia karena sakit, Tiana dan Naryama kehilangan kasih sayang seorang ibu sebab ibunya kerja banting tulang, sampai sangat jarang berinteraksi dengan Tiana dan Naryama, sedangkan waktu itu, Tiana masih duduk di kelas 3 SD dan Naryama masih belum sekolah. Selama ini, Tiana dan Naryama terbiasa hidup keras sejak kecil dan kerasnya kehidupan mereka di Jogja, membuat keduanya selalu berusaha mencari uang sambil sekolah dan mereka merasa sangatlah tidak mungkin hidup layak kalau mengandalkan penghasilan ibunya, karena ibunya hanyalah pedagang baju batik beromset kecil di pasar Beringharjo.
Sejak di SMA, Tiana mencari penghasilan tambahan dari mengajar les privat pada anak SD dan SMP serta membuka jasa pengetikan skripsi bagi mahasiswa.
Kekerasan hidupnya membuat Tiana jarang didekati lelaki sebab tidak ada laki-laki yang tahan mengikuti semua kegiatannya.
Akan tetapi, ketika dia kuliah di Semarang, ada seorang mahasiswa lelaki anak kenalan ibunya dari Jogja yang didekatkan padanya oleh ibunya. Mahasiswa tersebut berusia dua tahun lebih tua darinya serta berbeda fakultas dengannya.
Singkat kata, mahasiswa tersebut menjadi kekasih Tiana atas permintaan ibunya di Jogja. Namun karena kurang pengalaman dalam pergaulan, Tiana sangat rentan pada rayuan. Sampai suatu saat dia jatuh pada rayuan si mahasiswa hingga Tiana menuruti semua kemauan sang kekasih.
Akhirnya ia rela memberikan kehormatannya pada sang kekasih tanpa pikir panjang bila itu akan berakibat buruk baginya.
Rencana mengayuh bahtera kehidupan bersama, terpaksa kandas karena si lelaki tiba-tiba menikah dengan perempuan lain. Hal itu membuat dia sempat masuk rumah sakit jiwa dan masuknya Tiana ke rumah sakit jiwa tidak diketahui oleh keluarganya karena di rumah sakit jiwa dia diurus oleh pada sahabatnya satu fakultas.
Pada saat di rumah sakit jiwa, Prasojo sebagai adik kecilnya sang kekasih, sering kali menjenguk akan tetapi di saat menjenguk, Prasojo selalu bicara kotor pada Tiana dan sering menghina dengan menganggap kalau Tiana perempuan nakal pengganggu sehingga kakaknya terjebak pada perbuatan tidak semestinya.
Ketika itu, Prasojo lebih mendukung pernikahan kakaknya dengan perempuan lain tanpa dia tahu kenapa kakaknya harus menikah dengan orang tersebut.
Ketidaktahuan itu disebabkan disamping Prasojo masih SMP atau terlalu muda, dia juga tidak mendapat informasi secara jelas dari kakak tersayangnya.
Setelah menjelaskan keadaannya, ia terisak dan memeluk Bu Kus, seakan Bu Kus adalah ibu kandungnya. Kelembutan Bu Kus sebagai figur seorang ibu, rupanya benar-benar membuat hati Tiana cepat luluh dan semakin membuat Bu Kus mudah untuk membantu Tiana menguatkan hatinya.
Keinginan Bu Kus dalam membantu Tiana dimulai dengan membelai dan mengucap kata-kata bijak untuk membesarkan hati.
Beliau mengatakan hal-hal sederhana yaitu, segala kejadian dimasa lampau tak mungkin diubah. Namun, menyesali masalah sedih di masa lampau secara terus menerus akan membuat susah untuk melangkah kedepan.
Bu Kus memberi nasihat bahwa penyesalan harus ada batas waktunya. Jadi, ketika waktu nya sudah habis, kita harus bangkit kembali untuk melangkah di dunia luas dengan langkah tegap dan kepala tegak ke depan, menyongsong kehidupan di masa mendatang.
Mendengar ucapan lembut namun tegas, hati Tiana merasa lebih mantap dan siap untuk menjalani hari-hari mendatang. Tiana yakin perkataan Bu Kus benar. Karena itu, Tiana berjanji tidak akan bersembunyi dari kenyataan seperti ketika dia pindah ke Salatiga dan melamar menjadi pegawai bagian IT di rumah sakit di Salatiga.
Kepindahannya ke Salatiga setelah lulus kuliah, sebenarnya sebuah pelarian dari Semarang sebab ia merasa nyaman karena tak punya kenalan.
Dia merasa dirinya kotor dan berpikiran tidak akan ada lelaki yang mau padanya bila mereka tahu kalau dirinya sudah tidak suci, walaupun Tiana adalah seorang programer komputer terkenal dan baru saja lulus S3 bidang IT dari perguruan tinggi di Bandung.
Awal bekerja di Salatiga, Tiana merasa tenang namun sejak melanjutkan kuliah S3 di Bandung karena dikirim dari tempatnya kerja di Salatiga, dia merasa keadaannya sudah banyak berubah, dikarenakan ada beberapa dosen muda dan para pemilik perusahaan IT di Bandung berusaha mendekatinya.
Akan tetapi, Tiana tak pernah membuka hati untuk mereka walaupun tidak jarang para pemuda itu mengejarnya sampai datang ke Salatiga. Namun, sikap Tiana pada mereka selalu baik, walaupun menghindar ketika ada indikasi para pemuda tersebut memintanya untuk menjadi pacar atau dilamar menjadi istri.
Kisah sedih yang diceritakan pada Bu Kus, membuat Bu Kus menaruh iba, karena itu beliau lalu memberi beberapa tips agar Tiana mampu menghadapi segala cobaan.
Salah satu tips yang sangat mengena dihati Tiana adalah, Tiana tidak harus menutup diri dari lelaki, bila didekati dan tips itu akan selalu diingat oleh Tiana.
Disaat keduanya sedang asyik bicara tentang bagaimana Tiana sebaiknya bersikap pada lelaki yang berusaha mendekatinya, tiba-tiba terdengar suara dengan volume kencang, “Bu!… Coba tebak, aku tadi ketemu dengan siapa?”
Tak lama kemudian, masuklah Arsyanendra dan Naryama bersama seorang gadis cantik dengan rambut pirang dan dipotong pendek. Mata gadis itu berwarna biru dan tinggi badannya hampir sama dengan Arsyanendra.
Gadis berkulit putih itu tersenyum manis sehingga bibirnya yang berwarna merah alami serta tipis menjadikan wajahnya makin menarik bagi siapapun yang melihatnya.
“Itu siapa? Apakah temanmu dari USA?” Tanya Bu Kus.
“Hahaha…. Ibu lupa ya, padahal aku sering kirim fotonya.”
“Kirim foto? Apakah pacar barumu?” Tanya Bu Kus lagi, sambil tersenyum menggoda.
“Ibu ini sungguh keterlaluan. Padahal aku dekat dengannya sejak kami masih di SMP.”
“Ooooo….. Maaf ibu lupa…. Ini Angel? (Enjel) Waw…… Kamu cantik sekali.” Kata Bu Kus lalu menggandeng Angel dan mengajaknya duduk.
Ketika melihat sikap hangatnya Bu Kus pada Angel, Tiana dan Naryama merasa sedih. Mereka menduga Angel adalah teman dekat Arsyanendra saat dia sekolah di USA.
Naryama sedih, karena dia merasa kalau Arsyanendra pasti lebih memilih perempuan itu bila dibandingkan dirinya bahkan bila dibandingkan dengan Tyana, sebab perempuan itu sangat cantik dan badannya langsing serta murah senyum.
Sedangkan Tiana yang diam-diam sudah merasa tertarik pada Arsyanendra, tiba-tiba minder melihat kecantikan Angel.
Sejak bicara terbuka dengan Bu Kus, Tiana merasa sudah mantap menjalani masa depannya karena diberi semangat oleh Bu Kus dan berharap Bu Kus menjodohkannya dengan Arsyanendra.
Rupanya, Tiana masih belum tahu Naryama juga sangat menyukai Arsyanendra. Bahkan Bu Kus mengharap Arsyanendra dekat dengan Naryama.
“Ibumu kabarnya gimana?” Tanya Bu Kus.
“Mama baik dan titip salam buat tante Maria.” Sahut Angel.
“Tiana, Rya, kenalkan ini keponakan saya, si Angel. Dia adalah anak dari adik perempuan suami saya. Jadi, dia adalah saudara sepupunya Syanen.”
“Oooooo…… ” Sahut Tiana dan Naryama, secara bersamaan.
Tiana dan Naryama menjadi sangat gembira sebab mereka salah duga siapa Angel. Karena itu, Tiana dan Naryama langsung bersikap ramah dan mereka segera mengajak berjabatan tangan.
“Sepupunya Syanen mirip orang asing. Bu Kus namanya Maria ya?” Tanya Tiana sambil memandang dan tersenyum.
“Ayahnya dia orang Amerika tulen….. Soal nama Maria…. kamu benar….. Itu, adalah nama saya waktu saya masih muda…… Eh Angel, kamu gimana bisa sampai disini?” Tanya Bu Kus.
“Saya diajak jalan-jalan oleh Subiantoro. Sekarang dia sedang mengisi bahan bakar untuk mobilnya, setelah itu dia akan menyusul kemari.” Jawab Angel.
“Kemarin Syanen mengatakan kalau kamu pacaran sama Subiantoro. Wah, saya nggak menyangka kalau kamu pacaran sama orang Indonesia.” Kata Bu Kus dengan tersenyum senang.
“Tiga bulan lagi mereka mau nikah.” Sahut Arsyanendra.
“Waw….. Selamat ya.” Kata Bu Kus.
“Iya, saya akan nikah dengan Subiantoro dan kedatangan saya kemari karena mama menyuruh saya mengundang eyang, tante Mira sekeluarga, dan tante Arni sekeluarga. Kata mama, saya harus bisa membawa ayahnya Syanen pada saat pernikahan saya. Mama sangat mengharapkan om Uko datang ke pernikahan saya. Tante Maria tahu ya kalau mama merasa om Uko adalah orang yang paling bisa membuat hidupnya mama menjadi tegar dan kuat.
“Kalau saya gimana?” Tanya Bu Kus.
“Hihihi…. Mama juga mengatakan kalau para tante harus datang diacara pesta pernikahan saya. Mama juga mengatakan sangat rindu pada para tante.”
“Lho…… Kamu kenapa tertawa?” Tanya Arsyanendra.
“Ayahmu hebat…. Itu yang membuat aku tertawa….. Dan tanteku jadi banyak sekali…”
“Hahahaha………. Memang, ayahnya Syanen hebat…. Saya juga merasa sangat jatuh cinta dan tergila gila pada ayahnya Syanen walaupun ayahnya Syanen sudah punya istri banyak sebelumnya.”
“Ih.. Ibu ini.. Buka rahasia didepan Mbak Tiana dan Rya.”
“Lebih baik mereka tahu.” Kata Bu Kus dengan acuh.
Sebenarnya, Tiana dan Naryama sudah tahu kalau tetangga mereka di Jogja yaitu ibu dokter Ningrum adalah salah satu istri dari pak Uko yang beristri lebih dari satu dan Bu Kus salah satunya.
“Selamat siang…. ” Terdengar suara orang di luar.
“Itu pasti Subiantoro.” Sahut Arsyanendra.
“Rya, tolong diajak masuk tamunya.” Kata Tiana.
“Iya Mbak.” Lalu Naryama menuju pintu.
“Maaf, mau tanya… Apakah Syanen dan Angel ada disini.”
“Ada, ayo silahkan masuk.” Ajak Naryama.
Mereka lalu berbasa basi dan tiba-tiba Naryama berpikiran kalau ternyata Subiantoro pemuda ramah dan baik hati.
Kesan itu juga timbul bagi Tiana. Karena itulah Naryama merubah persepsinya tentang Subiantoro yang awalnya Naryama menduga dia pemuda sombong bila dilihat dari penampilannya.
Perubahan persepsi itu membuat Naryama menebus dengan memberi servis pada Angel dan Subiantoro berupa penyediaan makanan khusus dan minuman menyegarkan untuk mereka.
Angel rupanya tergolong gadis ramah dan senang bercerita tentang keindahan di Indonesia. Hingga mereka jadi lupa waktu.
Pada kesempatan ini mereka bicara terus hingga menjelang malam dan pada akhirnya mereka makan malam bersama.
Selesai makan malam, Subiantoro kembali ke Semarang sedangkan Angel, tinggal di Salatiga bersama lainnya.
Sebenarnya, Angel ingin langsung pergi ke Jakarta untuk menjumpai ayahnya Arsyanendra. Namun, setelah Angel berjumpa dengan kakek dan neneknya serta tente tantenya di Surabaya, dia mendapat kabar kalau Arsyanendra sedang di Semarang. Jadi, dia menunda ke Jakarta untuk mencari Arsyanendra terlebih dahulu.
Pembicaraan antara Angel dengan Tiana dan Naryama, terus bergulir sampai pada kisah tentang percintaan Arsyanendra dengan pacarnya yang berakhir dengan menyedihkan. Keduanya putus gara-gara menganggap Arsyanendra berasal dari keluarga kurang mampu dan bisa sekolah di USA karena dibiayai ibunya Angel yang dikenal sebagai orang kaya.
Kedua orang tua Angel adalah pemilik berbagai macam usaha dan tersebar di beberapa negara termasuk di Indonesia yaitu di Bali, Jogja, Semarang dan Jakarta.
Tiana mendengarkan cerita itu dengan penuh perhatian. Tampaknya, dia ingin mengetahui latar belakangnya Arsyanendra lebih dalam guna mendapatkan gambaran lebih utuh tentang siapa sebenarnya Arsyanendra.
Tiana juga ingin mengukur dirinya apakah memungkinkan untuk jadi pasangannya Arsyanendra. Pikiran itu rupanya terbaca oleh Bu Kus, karena itu Bu Kus kemudian mendekati Tiana sambil terus tersenyum padanya, kemudian menjelaskan bila Arsyanendra memang masih sendiri tapi bisa jadi Tiana sulit mendapatkannya.
Akan tetapi bila Tiana memang ingin bersanding dengan Arsyanendra, Bu Kus tidak akan menghalangi. Beliau menyerahkan soal siapa perempuan yang disukai oleh Arsyanendra, sepenuhnya pada diri Arsyanendra sendiri, walaupun sebenarnya, Bu Kus lebih menyukai Arsyanendra bersanding dengan Naryama.
Cara pendekatan Bu Kus dengan mengatakan kalau beliau memilih Naryama, membuat Tiana terkejut. Ia sama sekali tidak menyangka kalau dia harus bersaing dengan adik kandungnya. Keadaan itu sangat membuat Tiana menjadi serba salah.
*
Sehari telah terlewati bagi Tiana dalam menerima tamu. Dalam sehari Tiana merasa seperti hidup di padang pasir. Hawa kota yang sejuk terasa panas. Tiana belum sepenuhnya mampu menguasai diri akibat terkejut saat tahu kalau Naryama juga sangat mengharapkan bisa berjodoh dengan Arsyanendra.
Kegundahan Tiana membuatnya tidak bisa tidur sampai membuat wajah Tiana kusut dan matanya terlihat sembab.
Malam kedua terima tamu, Tiana kembali tidak bisa tidur hingga larut malam. Pada pukul 00.05, malam kedua Bu Kus tinggal dirumahnya, dia keluar dari kamarnya lalu jalan seorang diri.
Tiana tidak punya tujuan pasti. Karena itu, saat berjalan di jalan raya yang dekat dengan rumahnya, dia terlihat seperti orang tidak normal. Kadang tersenyum, kadang menangis dan sering menoleh kebelakang.
“Mbak Tiana mau kemana?” Panggil Arsyanendra dari dalam sebuah tempat minum kopi yang buka 24 jam.
Tiana sangat terkejut mendengar ada orang memanggilnya ditengah malam seperti ini. Ketika tahu kalau Arsyanendra adalah si pemanggil, jantungnya berdetak lebih kencang. Akan tetapi, Tiana mencoba untuk bersikap tenang.
“Eh, ada Syanen dan Angel. Kalian belum tidur?”
“Ayo Mbak, gabung sama kami.” Ajak Angel.
Tiana melangkah masuk, tapi ia hanya memesan teh panas tanpa gula, kemudian berkata, “Kalian kelihatan akrab sekali.”
“Kami sudah akrab sejak SMP dan selalu menjadi teman sekelas sampai lulus SMA. Jadi, setiap hari mulai bangun tidur sampai akan tidur lagi, selalu bersama.” Kata Arsyanendra sambil tersenyum dan melirik Angel.
“Begitulah Mbak kedekatan saya dan Syanen. Mama saya membuat kami saling perduli bila satu diantara kami ada masalah.”
“Wah, saya anggap, hebat sekali mamanya Angel. Eh…. Kami maksudnya apa?”
“Kami tinggal dengan banyak orang. Jadi saudara sepupu yang juga saudara tirinya Syanen satu ayah tapi lain ibu, juga tinggal bersama mama sejak mereka lulus SD di Indonesia.”
“Kalian kompak sekali ya dengan saudara.” Sahut Tiana.
“Maklum Mbak, kata mama, ayahnya Syanen dulu selalu baik hati pada mama padahal mama selalu bersikap kasar dan suka memukul ayahnya Syanen.
Jadi, itulah cara mama menebus kesalahan pada ayahnya Syanen yaitu kakak kembarnya mama. Nah, karena mama saya ingin menebus kesalahan di waktu masih muda, mama minta dengan sangat agar diperbolehkan mengurus sebagian besar anaknya om Uko, yaitu kakak kembarnya mama.”
“Lho…. Orang tua kalian kembar?”
“Iya…… “
“Ooooo…. ” Sahut Tiana.
Ketiga orang itu lalu saling cerita tentang latar belakang keluarganya masing-masing. Pada giliran Tiana bercerita, keadaan menjadi sedih. Tiana cerita tentang kerasnya hidup yang dijalani setelah ayahnya meninggal.
Ketika mendengar cerita sedih dari Tiana, Arsyanendra tiba-tiba merasa iba, lalu dia mengatakan kalau Arsyanendra sangat prihatin dan berjanji akan membantu Tiana agar orang tuanya lepas dari penderitaan akibat keadaan ekonomi yang serba pas pasan.
Rasa simpati Arsyanendra membuat Tiana lega, sampai Tiana menitikkan air mata karena terenyuh pada sikap Arsyanendra.
“Syan…… Terima kasih kamu mau membantu kami. Tapi, dengan kakekmu memberi tempat tinggal dan menanggung biaya kuliahnya Rya, buat kami sudah lebih dari cukup.. Syan….. Kami sekeluarga sudah terlalu banyak nerima uluran tangan keluargamu.”
“Sudahlah Mbak, nggak usah menolak usulan saya. Soal Rya kuliah, saya baru tahu dari ibu kalau semua biaya ditanggung oleh ibu Ningrum. Jadi, saya juga ingin membantu ibunya Mbak Tiana supaya bisa lebih meluangkan waktunya untuk Mbak Tiana dan Rya. Kalau tidak keberatan, saya ingin bertemu dengan ibunya Mbak Tiana di Jogja supaya saya bisa cepat membantu beliau.”
“Kamu mau ke Jogja dan kenalan dengan ibu saya?”
“Tapi, kalau Mbak Tiana keberatan, saya nggak memaksa.”
“Saya nggak keberatan. Besok ya kita berangkat sekitar jam 10 pagi. Kalau kamu setuju, besok sebelum jam sepuluh saya minta cuti mendadak ke tempat kerja saya.”
Pembicaraan kedua orang itu, terlihat oleh Angel sebagai hal menarik. Angel menilai kalau masing-masing ada perasaan saling mengisi dan saling peduli seolah mereka sepasang kekasih.
Namun, karena Angel sudah lama tidak bertemu dengan Arsyanendra, dia tak berani langsung menebak kalau Arsyanendra dan Tiana ada kontak batin atau ada getar rasa saling suka.
Kreator : Hepto santoso
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Rahasia Butiran Karang Bab 9
Sorry, comment are closed for this post.