Emon dan Emin dua orang saudara kembar hidup di Kampung Rambutan. Mereka sangat suka bermain di hutan kecil yang berada di belakang rumah mereka. Hutan itu menjadi tempat bermain yang menyenangkan bagi mereka. Namun, di ujung hutan, ada sebuah rumah kecil yang terlihat sangat kumuh. Di rumah itulah tinggal seorang pak tua yang selalu terlihat murung dan sering bergumam sendiri.
Karena keanehannya, warga desa sering menyebut pak tua itu sebagai orang gila. Mereka mengatakan bahwa pak tua itu sering berbicara dengan pohon dan hewan-hewan di hutan. Emon dan Emin pun awalnya takut pada pak tua itu. Mereka sering mendengar cerita-cerita seram tentang pak tua tersebut.
Suatu hari, saat Emon dan Emin sedang bermain di hutan, bola mereka terjatuh ke halaman rumah pak tua. Dengan hati-hati, mereka mendekati rumah itu untuk mengambil bola mereka.
“Permisi, Pak,” sapa Emon dengan suara pelan.
Pak tua itu menoleh dan tersenyum. “Oh, hai Nak. Bola kalian ya? Ambil saja.”
Emon dan Emin saling pandang. Mereka tidak menyangka bahwa pak tua itu akan se ramah ini. Mereka pun mengambil bola mereka dan mengucapkan terima kasih.
Sejak saat itu, Emon dan Emin sering berkunjung ke rumah pak tua. Mereka sering diajak pak tua untuk berjalan-jalan di hutan. Pak tua itu banyak bercerita tentang tanaman-tanaman dan hewan-hewan yang hidup di hutan. Ia juga sering bernyanyi lagu-lagu lama sambil memetik gitar bututnya.
Lama-kelamaan, Emon dan Emin menyadari bahwa pak tua itu bukanlah orang gila. Ia hanyalah seorang yang sangat mencintai alam dan semua makhluk hidup di dalamnya. Pak tua itu sering berbicara dengan tanaman dan hewan karena ia merasa bahwa mereka adalah sahabatnya.
Suatu hari, Emon dan Emin bertanya kepada pak tua mengapa ia tinggal sendirian di hutan. Pak tua itu pun menceritakan kisah hidupnya. Ia bercerita bahwa dulu ia memiliki keluarga yang bahagia. Namun, karena suatu peristiwa, ia kehilangan segalanya. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk menyendiri di hutan.
Mendengar cerita pak tua, Emon dan Emin merasa sangat iba. Mereka berjanji akan selalu menemani pak tua. Mereka ingin membuat pak tua merasa tidak kesepian lagi.
Sejak saat itu, kehidupan pak tua menjadi lebih berwarna. Rumahnya yang dulu sepi kini selalu ramai dengan kehadiran Emon dan Emin. Mereka sering bermain bersama, belajar banyak hal dari pak tua, dan menikmati keindahan alam bersama-sama.
Pesan Moral:
- Jangan pernah menilai seseorang dari penampilan luarnya.
- Setiap orang memiliki cerita hidup yang berbeda.
- Alam adalah rumah kita bersama. Kita harus menjaganya.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa di balik penampilan yang aneh, terkadang tersimpan hati yang baik. Kita harus selalu berbaik sangka kepada orang lain dan tidak mudah menjatuhkan penilaian.
Kreator : arif fauriyuddin
Comment Closed: Rahasia di Balik Senyum Pak Tua
Sorry, comment are closed for this post.