Pada zaman dahulu kala, ada seorang janda. Ia hidup sederhana di sebuah gubuk tua. Tempat tinggal mereka tidak jauh dari istana kerajaan. Walaupun berupa gubuk tua yang reyot tapi gubuk tua itu nampak terawat bersih, bahan-bahan kayunya pun terbuat dari kayu pilihan.
Maka tak heran gubuk tua itu aman-aman saja berdekatan dengan istana kerajaan. Gubuk itu dianggap barang antik yang perlu dilestarikan. Lagi pula hanya dihuni seorang janda dan anaknya yang masih kecil. Setiap sebulan sekali pihak istana mengirim bahan makanan untuk menyumbang kelangsungan hidup si janda dan anaknya.
Kerajaan itu dipimpin oleh raja yang baik hati, arif, dan bijaksana. Sang Raja sangat dekat dengan rakyatnya. la mampu bergaul dengan semua kalangan, baik bangsawan maupun rakyat jelata, dari kaum tua sampai anak Kecil sekalipun. Karena sikapnya yang baik hati maka rakyatnya sangat menyayanginya.
Setiap sore, banyak anak kecil yang bermain di halaman istana. begitu juga halnya dengan anak janda tersebut. Karena miskin maka mainan anak itu pun hanya seekor nyamuk yang diikat dengan benang. Kemana pun anak itu pergi, nyamuk itu selalu dibawanya.
Pada suatu hari, karena terlalu asyik bermain di halaman istana, anak janda miskin itu baru menyadari jika hari sudah hampir gelap. Karena takut dimarahi oleh ibunya, anak itu ingin bergegas pulang. Sebelum ia kembali ke gubuknya, ia sempat menemui sang raja.
“Baginda yang baik, hamba harus segera pulang, sebab jika hamba telat sampai rumah itu pasti akan marah. Bolehkah hamba menitipkan nyamuk ini di istana? Besok hamba akan bermain ke sini lagi,” pinta anak itu dengan wajah memelas.
“Boleh saja nak. Kau bisa ikatkan nyamukmu di tiang depan istana,” kata sang raja.
Esok harinya, anak itu kembali ke istana untuk bermain di halaman bersama teman-temannya. Namun, nyamuk kesayangannya sudah tidak ada lagi. Ia melihat ke samping, ternyata ada seekor ayam jantan di dekat tiang tersebut. Ia pun berpikir ayam jantan itu yang telah memakan nyamuk kesayangannya.
Anak itu segera menemui sang Raja. “Baginda, nyamuk hamba hilang. Sepertinya dimakan oleh ayam jantan milik Baginda.”
“Kalau begitu, kamu ambil saja ayam jantan itu sebagai ganti nyamuk yang dimakannya,” kata raja yang baik hati itu.
“Terima kasih Baginda,” jawab anak itu.
Anak itu kembali bermain bersama teman-temannya. Kemanapun ia pergi, ayam itu selalu dibawanya. Ayam jantan itu juga diikatnya dengan tali. Ketika ia sedang asyik bermain, ayam jantan itu lepas. Anak itu kemudian mencari-cari ayam jantan miliknya. Ternyata, ayam jantan itu pergi ke tempat lbu-ibu yang sedang menumbuk padi dengan lesung. Karena lapar, ayam jantan itu berusaha mematuk bulir-bulir padi yang berada di lubang lesung. Meskipun sudah dihalau berkali-kali, tapi tetap saja ayam itu naik ke lubang lesung. Karena kesal, seorang ibu memukulkan lesungnya ke arah ayam jantan tersebut hingga ayam itu jatuh menggelepar-gelepar ke tanah dan mati.
Melihat ayamnya mati, anak itu sangat sedikit lalu berlari menemui sang Raja. Raja berkata, “Sudah, kau jangan menangis lagi. Sekarang, kau ambil lesung itu sebagai ganti ayam jantanmu yang telah mati.”
Betapa bahagianya hati anak itu. Ia berniat, lesung itu nantinya akan diberikan kepada ibunya. Karena hari sudah sore, ia menitipkan lesung tersebut kepada Raja.
“Sandarkanlah lesung itu di bawah pohon yang terdapat di halaman istana,” ucap sang raja. Anak itu pun menuruti perintah sang Raja. Ia menyandarkan lesungnya di bawah pohon.
Esok harinya, anak itu kembali ke halaman istana untuk bermain. Ketika selesai bermain dan akan kembali ke rumahnya, ia teringat akan lesung miliknya. Namun, ia mendapati lesungnya itu telah patah. Betapa kaget dan kecewanya ia karena lesung miliknya itu yang akan ia berikan kepada ibunya sudah tidak seperti waktu ia tinggalkan kemarin.
Ternyata, anak itu menaruh lesung itu dibawah pohon nangka yang terdapat buah nangka yang sangat besar. Anak itu kembali melapor kepada Raja.
“Baginda, lesung hamba telah patah tertimpa buah nangka,” keluhnya kepada sang Raja.
Sambil tersenyum sang Raja berkata, “Kalau begitu kamu ambil nangka itu sebagai pengganti lesungmu yang patah.”
“Terima kasih Baginda. Tapi, hari sudah mulai malam, hamba tidak bisa membawa nangka yang besar itu sampai ke rumah hamba. Bolehkah hamba menitipkan nangka itu di istana. Besok hamba akan mengambilnya bersama teman-teman.”
Raja yang baik dan bijaksana itu sambil tersenyum dan berkata, “Kalau begitu, letakkan saja nangka itu di samping pintu dapur istana.”
Nangka itu pun diletakkan itu dapur istana. Nangka yang matang itu mengeluarkan bau yang sangat menggoda. Setelah anak itu pergi, putri raja yang sebaya dengan anak itu mencium bau harum dari nangka itu.
“Mmm…. baunya sangat enak sekali. Wah, aku ingin memakan nangka itu. Tapi, dimana nangka itu berada? Mungkin bibi meletakkannya di dapur sengaja menyimpannya untukku,” gumam putri raja.
Sang putri pergi menuju dapur mencari nangka yang berbau harum itu, ia terus mencari nangka itu. Akhirnya, ia melihat sebuah nangka yang sangat besar dan ranum berada di samping pintu dapur.
“Ini dia nangka yang aku cari-cari,” ujar sang putri dengan mata berbinar-binar. Ia pun menyuruh pelayan istana untuk memecah nangka tersebut. Setelah nangka itu pecah, sang putri memakannya sampai puas. Ia tidak mengetahui bahwa nangka tersebut ada pemiliknya.
Seperti biasa esok harinya, anak itu kembali ke halaman istana untuk bermain, hari itu ia akan mengambil nangka tersebut bersama teman-temannya. Tapi nangka itu ternyata sudah tidak ada di tempatnya. Kemudian, ia melihat ke arah tempat sampah milik istana. Ternyata banyak biji-biji nangka berikut kulitnya berada di tempat sampah itu. Hati anak itu kembali kecewa, nangka miliknya sudah dimakan oleh orang lain.
Anak itu kembali menghadap raja. Sang Raja dengan arif dan bijaksana berkata, “Sudahlah kau jangan bersedih, karena nangka itu dimakan oleh putriku maka putriku akan kuberikan kepadamu.
Si anak tidak mengerti perkataan sang Raja karena masih terlalu kecil. Namun, ketika anak itu sudah beranjak dewasa dan menjadi pemuda yang tampan, sedangkan putri raja sudah menjadi gadis yang sangat cantik, Raja menikahkan keduanya. Mereka hidup berbahagia, sang ibu juga diboyong ke istana.
Pesan dan pelajaran dari kisah ini adalah jangan pernah berhenti untuk terus berbuat baik, semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah ini. Sekian terima kasih.
Kreator : Nadya Putri
Comment Closed: Raja Yang Baik Hati
Sorry, comment are closed for this post.