Rama adalah nama panggilan salah satu dari murid Taman Kanak-Kanak ternama yang ada di desa Bambe. Dia anak yang rajin dan disiplin masuk sekolah. Lancar dalam melafalkan doa pembuka dan penutup serta hafalan-hafalan surat pendek dan doa harian. Anak kedua dari tiga bersaudara ini sangat penyayang kepada adik dan kakaknya. Senantiasa momong atau menjaga adiknya yang masih kecil serta patuh pada kakaknya yang sudah duduk di Sekolah Dasar.
“Ayo pulang, Nak. Salim sama Bu Guru semua.” Ajak Mama yang menjemput saat pulang sekolah TK.
Tanpa menjawab mamanya, dia langsung berlari menuju bu Guru dan bersalaman satu persatu kemudian mendekati ibunya dan langsung naik sepeda motor.
Bu Guru spontan berteriak.
“Mas Ramaaa, ini tas-nya ketinggalan.”
Dengan secepat kilat si Rama langsung turun dan kembali ke halaman sekolah mengambil tas yang sudah disiapkan untuk dibawa pulang. Bu Guru dan mamanya dengan refleks tertawa serentak melihat aksi si Ramadhanis itu.
“Diingat-ingat dong, Mas. Kalau sekolah itu membawa tas, jadi saat pulang tas juga harus dibawa.” Ujar Bu Eny, guru kelasnya, yang tak bisa membiarkan hal itu cukup dengan tertawa.
“Bukankah kemarin juga ketinggalan tas-nya? Kemarin lusa tempat bekal yang ketinggalan. Ayo, mulai sekarang diingat-ingat ya apa yang dibawa. Untung bukan celananya yang ketinggalan.” Lanjut Bu Eny yang tak bisa diam itu memberi nasehat kepadanya.
Mamanya yang masih tertawa di atas sepeda motornya menambahkan cerita tentang anaknya yang unik itu.
“Jangankan tas, Bu. Sepeda onthel itu lo juga ketinggalan. Berangkat beli jajan ke toko naik sepeda onthel. Pulangnya lo jalan kaki, sepedanya ketinggalan di toko. Ngaji sore juga gitu Bu, berangkat ngaji naik sepeda onthel pulang juga jalan kaki Bu, sepedanya ketinggalan di masjid. Kadang-kadang juga tas ngajinya yang ketinggalan di masjid. Baru setelah dia sampai di rumah saya di WA ustadzahnya, memberi tahu bahwa tas Rama ketinggalan di masjid. Subhanallah Leee…kataku.” Mama menceritakan peristiwa lainnya disambut tawa oleh Bu Guru yang standby di depan sekolah.
“Saya heran kok Bu sama si Rama ini. kakaknya itu tidak seperti itu lo. Padahal setelah kejadian tertinggal satu-dua kali selalu saya ingatkan setiap mau berangkat.” Lanjut Mama bercerita sambil tertawa.
“Iya, ini adalah PR bagi kita. Tak boleh lelah mengingatkan dan mengarahkan. Karena Mas Rama ini unik, Ma. Sering ketinggalan barang-barang yang dibawanya. Kita amati dan kita pelajari dulu, seringnya barang-barang ketinggalan itu memang lupa atau anaknya yang kurang teliti dalam bertanggung jawab memelihara terhadap barang miliknya.” Bu Eny menanggapi curhatan mama Rama dengan datar.
“Lha iya, Bu Guru. Kalau lupa kok seperti orang sudah tua saja jadi pelupa. Tapi kalau tidak karena lupa kok terus menerus seperti itu terulang. Gak tahu Bu, anak saya ini memang beda dengan kakaknya.” Sahut Mama Rama.
“Baiklah, Ma. Kita eratkan kerjasama beberapa minggu ke depan fokus pada daya ingat dan menanamkan rasa tanggung jawab pada Mas Rama.” Sahut Bu Eny sembari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan pada Mama Rama yang sudah siap tarik gas untuk pulang.
#####
Kreator : Endah Suryani, S. Pd AUD
Comment Closed: Rama Lupa Versus Teliti
Sorry, comment are closed for this post.