Hidup Adalah Pilihan
Hidup itu pilihan, kamu tidak bisa menyalahkan diri kamu !…
Begitulah ucapan pertama sahabat saya Yanti ketika saya menceritakan kisah hubungan cinta saya dengan kak Andre.
Yah, pada akhirnya saya memang tidak bisa lagi merahasiakan ini. Walau kak Andre sudah berjanji tidak akan meninggalkan saya dan akan terus menghubungi saya. Namun tiba-tiba Indonesia memasuki masa karantina COVID, dimana saya juga harus lagi-lagi memendam kerinduan yang teramat besar merasakan untuk tidak bisa bertemu kak Andre … dan sekarang sudah hampir 4 bulan kami tidak bertemu karena karantina ini. Kami hanya bisa berkomunikasi jarak jauh melalui whatsapp, dan terkadang telepon serta video call yang terbatas.
Jelas karena kak Andre sedang berada dirumahnya bersama mbak Sulis di Jayapura sana, dan saya ada di Jakarta. Situasi COVID yang terus meninggi, membuat adanya pembatasan perjalanan dari satu kota ke kota lainnya di Indonesia, dan hampir satu tahun kami-pun terpisahkan. Kami sama-sama merasakan kerinduan yang teramat sangat, namun apa daya..
Kerinduan terhadap kak Andre inilah akhirnya yang membuat saya bercerita ke Yanti sahabat baik saya tentang hubungan terlarang ini. Tak diduga, ternyata Tante tidak menjudge saya begitu buruk, dia begitu paham akan posisi saya.
Yanti dengan bijaknya mengatakan ke saya, yang jelas sekarang apakah saya siap terhadap pilihan hidup ini. Pilihan sekecil apapun akan berdampak fatal jika kita yang memilih tidak yakin akan pilihan tersebut.
Setiap pilihan pasti akan ada konsekuensinya, pertanyaan yang harus saya jawab adalah apakah saya siap dengan semua konsekuensi ini?.. begitulah petuah Yanti di sambungan telepon dengan saya malam itu.
Dalam kesendirian malam ini, saya juga merenungi pilihan saya ini. Ya benar apakah saya siap dengan semua konsekuensinya?
Tidak bertemu seperti ini jelas adalah sebuah konsekuensi dari hubungan ini.
Dan bagaimana jika kedua orang tua saya nanti mengetahui hal ini? Bagaimana jika teman-teman saya mengetahui? Dan Bagaimana jika mbak Sulis mengetahui? …
Bukankah artinya saya hanya akan membawa aib dan kesedihan untuk banyak orang untuk sebuah rasa yang begitu tinggi egonya ini.
Pilihannya adalah saya harus mundur dan mengubur dalam-dalam rasa ini.
Tidak semua rasa bisa dinikmati…..
Tidak semua rasa membawa kebahagiaan…..
Manusia bisa bahagia dengan sebuah rasa ‘
Namun manusia juga harus menjadi bijak dengan sebuah rasa…
Bagaimana jika saya mengakhiri rasa tak berujung ini?
Apakah saya sanggup menjalani hari?
Begitu banyak ragu dan pertanyaan bermunculan ke kepala ini, namun ada sebuah keyakinan…….yah, tiba-tiba saya berpikir bahwa saya yang harus berani mengakhiri hubungan ini… seberapa besarpun rasa sayang saya terhadap kak Andre…
Langkah pertama yang saya lakukan adalah saya menghapus semua foto kak Andre dari galeri HP saya.. biarkanlah ini menjadi awal saya menghapus semua rasa ini!
Kreator : Ayu Ambarini
Comment Closed: RASA (Bab 15)
Sorry, comment are closed for this post.