Mujaer Bakar
Tanpa terasa tiga bulan sudah berlalu, namun saya masih belum juga berhasil bertemu dengan pak Andre. Dua bulan lalu saya coba menghubungi beliau sesuai janjinya, namun dikatakan ada tugas mendadak, ada pertemuan penting, menghadiri seminar dan sebagainya.. sehingga pertemuan kami selalu saja tertunda. Ternyata tidak sesuai dugaan saya ‘cukup sulit juga memegang janji orang ini. Mungkin juga karena memang beliau orang yang punya jadwal cukup sibuk.
Saya membayangkan padatnya jadwal CEO ini seperti jadwal kereta api Jakarta-Surabaya yang terus menerus ada setiap hari. Setiap kali saya mengontak beliau untuk membuat janji, beliau mengatakan masih ada kesibukan, dan seperti kaum musafir lokasinya juga selalu berubah-rubah, sekali waktu ketika saya kontak ada beliau di Jakarta, selanjutnya tiba-tiba sudah berada di Paris, dan berpindah lagi ke Singapore, Bandung.. arghhh… begitu rupanya kesibukan seorang CEO.
Kondisi ini terkadang membuat saya sedikit ragu, mampukan saya menjalankan dan menyelesaikan misi tugas penting dari perusahaan saya. Apakah saya akan sukses melakukan negosiasi dengan beliau?………. Namun saya tidak ingin patah semangat. Saya yakin suatu hari saya bisa mendapatkan hati pak Andre untuk membuka celah diskusi dengan saya. Saya terus bersabar dan berdoa. Ya, Saya yakin suatu hari akan berhasil !
Terpikir juga entah bagaimana Pak Andre ini mengatur waktu untuk keluarganya. Mendengar jawaban demi jawabannya saja yang selalu berpindah-pindah lokasi, berada disini dan disana sudah membuat perut saya mules. Saya membayangkan bagaimana kesepian yang menghinggapi keluarganya terutama istrinya. Apakah mungkin semua jadwal CEO di dunia ini begitu padat seperti beliau?….
Pernah terlintas untuk mengontak melalui sekretarisnya, namun buat apa?
Saya sudah berhasil langsung berkomunikasi ke nomor Pak Andre langsung. Jadi saya pikir akan membuang waktu jika saya berhubungan melalui sekretarisnya, lagian juga pak Andre tidak pernah meminta saya untuk membuat janji melalui sekretarisnya. Sejauh ini beliau selalu merespon semua pesan saya langsung. Ya sudah lah..saya coba tetap memiliki pikiran yang positif untuk memastikan saya bisa melakukan negosiasi terbaik dengan beliau.
Well, akhirnya setelah tiga bulan dari kedatangan pertama saya ke Papua, saya tetap harus berangkat kembali ke tanah Papua untuk pekerjaan-pekerjaan lain yang harus diselesaikan dalam pengembangan produk perusahaan, dan saya masih tetap bertekad untuk mencoba mencari beliau lagi kali ini. Karena saya yakin kerjasama dengan perusahaannya akan membuat kredibilitas tempat kerja saya meningkat tajam. Dan juga perusahaan beliau pasti akan mendapatkan manfaatnya juga. Saya harus membuktikan keberhasilan tugas ini ke atasan saya yang sudah memberikan mandat ini. Bagaimanapun pada akhirnya semua ini akan berdampak di performance kerja saya, dan insentif yang akan saya terima.
“Selamat siang pak Andre, ini saya lagi Ambar. Apakah bapak ada waktu minggu ini?
kebetulan saya ada di Jayapura untuk satu minggu ke depan. Jika ada waktu maka saya akan sangat senang sekali untuk bertemu dengan bapak”
Terkirim lagi pesan ke pak Andre, dengan harapan misi kali ini bisa sukses untuk bertemu dengan beliau.
“Hayuk Ambar ‘hei dimana ko? Hayo kita makan sekarang” tiba-tiba saja teriakan Wakum rekan kerja saya mengagetkan saya yang masih bergelut dengan berbagai dokumen kerja siang itu.
“Siap, saya segera bergabung, makan dimana kita?“ balas saya.
“Ada mujaer bakar terkenal sekali disini, sedikit mahal, namun sekali kau coba sambelnya pasti kau akan langsung jatuh hati” ujar Wakum sambil tersenyum
“Ahhh.. aku mau ..aku mau.. aku suka sekali Mujaer. Yah mau gimana lagi kalau mahal, di Jayapura ini semua kan memang serba mahal” kedip ku riang …
“Mantap sudah..”
Kami-pun meluncur ke salah satu restoran kecil yang menjual mujaer bakar terkenal tersebut.
Wakum terus menerus membanggakan resto mujaer tersebut ke saya sepanjang perjalanan. Jadi menurut rekan kerja saya ini, mujaer tersebut dipelihara di danau Sentani, dan mujaer ini sangat berbeda dengan ikan mujaer di pulau Jawa. Rasa mujaer di Jayapura ini manis, ditambah dengan sambal andalannya. Luar biasa sepertinya rekan kerja saya sudah dilantik menjadi ambassador dari resto Mujaer tersebut’ pikir saya.
Wah antrinya luar biasa.. kami masih harus menunggu antrian dulu sebelum akhirnya kami mendapat tempat duduk dan meja di sudut ruangan..kami-pun melangkah masuk kedalam. Restaurant ini cukup sederhana, jauh dari kata mewah. Namun memang pengunjungnya cukup padat. Saya jadi semakin penasaran merasakan kelezatan mujaer bakar, dan sambalnya yang begitu top ini.
Saya memesan mujaer bakar, nasi, dan es jeruk. Cukup terbelalak benar kata Wakum harganya cukup mahal, 1 porsi seharga RP 125.000,- mungkin dengan harga ini saya bisa mendapatkan lebih dari 1 kg mujaer di pulau Jawa. Tak lupa Wakum rekan kerja berpesan ke pelayannya agar mujaer dibakar dengan rata dan tidak terlalu gosong. Saya hanya bisa tersenyum melihat semangat rekan kerja saya ini demi seekor mujaer bakar.
Sambil menunggu hidangan tiba, Kulirik terus Iphone yang tergeletak di meja, dan masih belum ada notifikasi jawaban apapun dari pak Andre. Saya berpikir untuk mengirimnya text lagi, namun akhirnya saya putuskan untuk menikmati makan siang terlebih dulu.
Selagi menikmati sambal dari mujaer mahal ini, saya kok merasakan ada seseorang yang terus memandang kehadiran saya disana. Akhirnya saya telusuri asal pandangan itu, dan yippee…………. terlihat seorang profesional muda, hitam manis sedang memandang tajam ke arah saya, dan sekelebat beliau langsung memalingkan mukanya ketika tertangkap basah oleh kedua mata sendu saya. Hmm….wajahnya terasa cukup familiar namun siapa dia, karena saya tidak memiliki teman di Papua selain Wakum dan Alen rekan kerja saya di kantor.
Well… baiklah, mungkin siang itu saya terlihat menarik ‘ gumam saya dalam hati. Ternyata saya punya pengagum rahasia di resto Mujaer ini. Sedikit ada rasa bahagia dan auto GR tersirat dalam hati, ternyata cukup menarik juga ya diri ini… ha ..ha… hibur saya kepada diri sendiri. Suapan demi suapan-pun semakin terasa nikmat … Sambil sesekali saya juga memandang lelaki hitam manis tersebut yang saat ini terlihat terus berfokus ke piring di depannya.
Sekembali dari makan siang, saya kembali fokus ke laptop di meja kerja.. saya coba mengembangkan kembali matrix perencanaan produk baru yang akan segera dilaunching di Papua ini. Dan tiba-tiba ting tung .. notifikasi pesan baru masuk, dan saya lihat notifikasi tersebut berasal dari pak Andre.
“Selamat siang Ambar, saya sedang ada di Jayapura. Sepertinya saya bisa bertemu Ambar besok pagi jam 10 pagi di kantor ya.. saya juga tadi sudah melihat Ambar di resto Mujaer, apakah benar itu Ambar? karena saya melihat kemiripan dengan foto di profil Ambar”
Whattttttttttt… jadi cowok manis yang memandang saya tadi itu adalah pak Andre …
Oh my God ! …
Kenapa saya tidak mengenalinya?
Dan kenapa dia tidak menyapa saya?
Kenapa bisa saya tidak menyadari itu beliau? dan
Kenapa saya harus GR tadi?
Pfuihhhh…………………. Bodohnya Ambar ! Bodohnya diri ini… terus saya menggerutu dalam hati… Serasa saya melewatkan kesempatan emas di depan mata. Ugh…
Kreator : Ayu Ambarini
Comment Closed: RASA (Bab 2)
Sorry, comment are closed for this post.