Suamiku
Suatu hari kelak diantara kita akan saling meninggalkan.
Entah engkau yang akan meninggalkan aku, atau
Aku yang akan meninggal kan engkau
Saat itulah kita akan sendiri
Di sini aku sendiri
dan di sana engkau sendiri
atau
di sini engkau sendiri
dan di sana aku sendiri.
Sendiri kita menjalani hidup
Hidup fana dan
hidup abadi
Dikehidupan yang fana, kesendirian
membuat ku atau membuatmu
Nelangsa
Hampa
Kehilangan senyum
Tak ada yang mengerti kita kecuali diri kita sendiri.
Maka bila saat itu tiba
Akan terasa bila kita
Tak melihat kehadiran Allah di sisi kita.
Ya Allah,
alangkah beratnya menanggung
rasa ini
menyesakkan dadaku
rasa pilu
seakan mengiris jantungku
sakit tak bernama
menghujam dadaku sangat dalam
Ini Sakit apa ya Allah?
Merasa sepi di dekat orang tercinta
kenapa?
Kalasan, Awal November 2021
Aku tak mengerti akan apa yang aku rasakan akhir-akhir ini. Pikiranku tertuju ke alam sesudah kematian. Adakah itu kegelisan atau
kekhawatiran atau
Kerinduan?
Gelisah akan anak-cucu yang akan aku tinggalkan.
Khawatir akan bekalku yang belum tentu cukup.
Tetapi jauh di lubuk hatiku yang paling dalam, aku memendam rindu yang amat sangat kepada Baginda Rasulullah yang mulia.
Duhai…alangkah agung pertemuan itu kelak. Aku tak dapat membayangkan bagaimana rasanya melihat langsung wajah manusia paling agung sejagat raya itu?
Bulu kudukku meremang. Ya Allah hadirkanlah diriku ini di sana, di Balairung super megah yang tak ada satupun kemewahan dan kemegahan dunia yang dapat menandinginya dari sisi manapun. Kemewahan berbalut keagungan milik Allah Yang maha Pengasih lagi maha penyayang yang diperuntukkan bagi para Nabi dan para hamba-hamba yang Sholih yang selama hidup di dunia Istiqomah dan sabar dalam menjalankan perintah Allah dan sabar menahan hawa nafsu untuk menjauhi larangan Allah.
Pikiranku beralih ke sana, akhir-akhir ini. Mungkin inilah yang menghadirkan rasa tak bernama itu. Aku tak dapat menjabarkannya dengan jelas.
Sepi yang membalut jiwaku menghadirkan rasa yang tak kumengerti. Sesuatu yang mendera kalbu. Menghentak pelan namun meninggalkan rasa pilu tak terperi.
Kucari cara bagaimana memulihkannya namun dalam ribuan helaan nafas, aku tak menemuinya.
Namun demikian, jujur aku katakan sesungguhnya aku sangat menikmati nya.
Ini kepedihan yang nikmat. Sesuatu yang aku inginkan untuk menghalau kebosanan yang mulai mengintipku. Aneh rasanya… tapi itulah adanya.
Allahu Akbar. Maha besar Allah yang telah memelukku dengan cara-Nya yang ajaib.
Ma shaa Allah, akhirnya aku mendapatkan jawabannya. Alhamdulillah.
5 November 2021
Suara Kokok ayam telah terdengar
Saat ini pukul 03:18. Aku kembali duduk untuk menulis setelah mengerjakan sholat Tahajjud.
Aku merasakan kenikmatan tak biasa. Berdialog dengan bathinku dalam diam. Diskusi seru mengenai sesuatu yang telah menimpa beberapa hari ini. Pergulatan batin yang kurasakan, yang membuatku seperti kasmaran dengan sesuatu yang tak berwujud. Sesuatu yang melahirkan kepedihan yang nikmat dan aku suka namun akibatnya akupun menderita karenanya.
Comment Closed: Rasa Ini Apa Namanya?
Sorry, comment are closed for this post.