Di tahun 1990-an, kota kecil Sokaraja di Kabupaten Banyumas selalu dipenuhi hiruk-pikuk pembeli getuk goreng , terutama pada waktu akhir pekan. Setiap akhir pekan banyak pembeli getuk goreng terutama dari luar kota untuk dijadikan oleh-oleh.
Pak Harjo membuat getuk goreng dari singkong pilihan, dicampur gula jawa asli, lalu digoreng hingga kecoklatan. Aromanya harum, legit, dan rasanya sulit ditandingi. Pembeli selalu rela antre panjang untuk mendapatkan seporsi getuk gorengnya, yang disajikan dalam bungkus dari bambu bernama besek.
“Ini getuk paling enak di Sokaraja,” ujar Bu Suminah, seorang pelanggan setia.
“Manisnya pas, gurihnya mantap. Nggak ada yang bisa nyamain.”
Waktu terus berlalu. Pada tahun 2023, Sokaraja sudah banyak berubah. Toko-toko kecil berganti rupa menjadi pusat oleh-oleh modern, dan getuk goreng kini dijual di toko-toko besar dengan kemasan yang lebih mewah. Salah satu toko paling terkenal adalah Getuk Goreng Kekinian yang dikelola oleh anak Pak Harjo, Arman.
Arman melihat peluang bisnis dari popularitas getuk goreng Sokaraja. Ia memutuskan untuk mengembangkan usaha ayahnya dengan menambahkan varian rasa seperti cokelat, keju, stroberi, dan pandan. Ia juga mengganti bungkus daun pisang dengan kotak karton berdesain menarik.
Namun, di balik kesuksesan tokonya, ada kritik dari pelanggan lama.
“Getuk goreng sekarang memang lebih modern, tapi rasanya beda sama dulu,” kata Bu Suminah yang sudah berusia lanjut.
“Rasanya nggak seotentik buatan Pak Harjo. Dulu lebih terasa tradisionalnya.”
Mendengar ini, Arman merasa dilema. Ia tahu inovasi diperlukan untuk mengikuti zaman, tetapi ia juga tak ingin melupakan akar tradisi keluarganya.
Suatu hari, Arman mengunjungi rumah ibunya, Bu Harjo, yang masih menyimpan cetakan getuk tradisional milik almarhum suaminya. Ia meminta ibunya mengajarkan kembali cara membuat getuk goreng seperti dulu.
“Kalau kamu mau tetap mempertahankan rasa khasnya, jangan lupakan kesederhanaan,” pesan ibunya.
“Rasa getuk itu bukan cuma dari bahan, tapi juga dari hati.”
Arman pun mulai memproduksi Getuk Goreng Legendaris di tokonya, menggunakan resep asli Ayahnya. Ia menjualnya dalam kemasan daun pisang untuk pelanggan yang rindu dengan rasa dan suasana lama.
Pelanggan seperti Bu Suminah pun kembali tersenyum.
“Ini baru getuk goreng Sokaraja yang sebenarnya!” katanya sambil menikmati potongan getuk goreng yang legit dan harum.
Kini, toko Arman menawarkan dua pilihan: getuk goreng kekinian untuk generasi muda dan getuk goreng tradisional untuk mereka yang ingin bernostalgia. Meski dunia terus berubah, Arman belajar bahwa menjaga warisan dan menghormati tradisi adalah hal yang tak boleh dilupakan.
Getuk goreng Sokaraja telah berkembang, namun rasa dari masa lalu tetap hidup di hati para penikmatnya.
Kreator : Safitri Pramei Hastuti
Comment Closed: Rasa yang Berubah, Kenangan yang Tetap
Sorry, comment are closed for this post.