Penulis : Aprilia Dwi Lestari (Member KMO Alineaku)
Hujan deras yang mengguyur itu mengingatkan akan kenangan masa lalu Nania. Kala itu dia datang untuk menjemput Nania yang ada di jalan ketika ia baru pulang dari kampusnya tapi sudah malam. Dani namanya. Yang malam – malam rela untuk hujan demi menjemput gadis manis itu.
Jangan tanyakan perasaanku jika kau pun tak bisa beralih
dari masa lalu yang menghantuimu karena ini sungguh tak adil
Petir menyambar dengan kilat yang begitu cepat hingga menyadarkan lamunan Nania di balik jendela kaca. “Astaga, ah,! Apaan si gue mikirin Dani yang jelas – jelas itu masa lalu gue. Udah – udah…“
“Ya ampun kenapa si loe Nan, melamun melulu, udah dong, hujan nih, kamu mau tidur sini aja apa gimana?” tawaran Liza si pemilik kamar kos kepada Nania.
Waktu sore hari menjelang maghrib, dia masih berada di kos temannya untuk mengerjakan tugas kuliah. Hujan deras sore itu membuat Nania tidak bisa pulang.
“Iya Za, makasih tawarannya, tapi gue harus pulang, ada urusan yang harus gue selesin nanti malem”.
“Yaudah, tapi loe pulangnya gimana, loe ngga bawa jas hujan kan, apa mau gue anter?”
“Ngga usah Za, kan jas hujan loe juga cuma satu. Gampanglah gue nanti minta tolong siapa kek”.
Entah siapa yang mau dimintai tolong oleh Nania. Seketika dia ingat orang yang selalu ada buat Nania.
“Oiya, gue inget, Reza. Ya dia pasti bisa buat jemput gue”
“Reza? yakin loe mau minta tolong sama dia ?”, tanya liza yang agak terkejut.
Tanpa pikir panjang Nania langsung menghubungi Reza melalui ponselnya untuk meminta menjemput Nania di kosnya Liza.
Nania: “Hey.. Kak”
Reza:” iya,”
Nania: “Lagi dimana kak ?” Reza: “Ini di jalan mau pulang”
Nania: “Kebetulan kita searah, nanti Kakak mampir di kos depan kampus itu ya, gue kejebak hujan nggak berani pulang”.
Reza: “Iya”
Nania: “Oke kak, makasih ya, nanti kalau udah sampai kos kabari ya” Reza: “Oke”
Tidak lama Reza langsung memberi kabar bahwa ia sudah sampai di depan gerbang kos.
Reza: “Gue udah di depan gerbang” Nania: “Oke kak, bentar aku turun” Reza: “Oke”
Sambil menggendong ransel hitam miliknya, dia berlari keluar menuju lantai satu dan pamitan pada Liza.
“Makasih Za, gue udah dijemput kak Reza, baik – baik di sini, sampai ketemu besok ya, muach”,
“Oke deh, ati – ati loe di jalan, dasar cewek ribet banget deh, yaudahlah,,” Liza merebahkan tubuhnya ke kasur empuk. Menikmati hujan sambil menonton drama korea favoritnya.
Perawakan tinggi besar dengan keadaan rambut yang masih basah membawakan payung. Kemeja biru dongker panjang dipadukan dengan celana jeans hitam menambah manis tampilannya. Nania langsung turun dari kamar kos yang berada di lantai dua.
“Maaf kak, udah lama ya ?”
“Belum kok” sembari menyodorkan payungya pada Nania yang tingginya hanya sedada Reza.
“Terus kakak gimana ?”
“Yaudah itu dipakai loe aja si kenapa, gue gampang deh bisa lari ke mobilnya.”
“Tapikan kak, nanti kakak basah kuyup”
“Yaudah sini” Reza langsung merangkul Nania dari belakang, canggung memang, tapi itu yang dilakukan Reza supaya Nania tidak mengkhawatirkannya terus. Mereka berjalan berdua menuju mobil yang Reza bawa.
“Aduh, kak jangan cepet – cepet”, keluh Nania yang tidak bisa mengikuti langkah panjangnya Reza.
“Dasar cewek pendek, jalan aja lama” “Ih, apaan sih?”
Sampai di mobil sudah ada teman Reza. Dava. Mereka berdua habis kondangan di tempat teman. Karena berangkat sudah mendung jadi mereka mengendarai mobil.
“Eh, ada Kak Dava, udah lama kak ?”
Reza langsung menyeletuk menjawab pertanyaan Nania. “Jelas udah lah,loe jalannnya kayak kura – kura”
“Ngga kok, loe darimana kok jam segini baru pulang?” timpal Dava pada Nania.
“Iya kak, baru ngerjain tugas kuliah, tapi kejebak hujan” jawab Nania sembari menutup pintu belakang mobil.
Sesampainya di rumah, Nania tidak bisa tidur. Dia memikirkan Reza yang begitu baik kepada Nania. Dia selalu ada buat Nania walaupun sikap cuek dan jutenya kadang membuat Nania kesal dan terus emosi. Namun Nania tidak bisa
berbuat apa – apa karena reza pun tidak pernah berbicara mengenai perasaan. Cuek, jutek tapi dia peduli pada Nania.
bukan maksudku menyakitimu namun tak mudah tuk melupakan cerita panjang yang pernah aku lalui tolong yakinkan saja raguku
Nania bimbang tentang perlakuan perasaan ini. Ia terlanjur sudah nyaman dengan Reza. Sikap baiknya yang membuat Nania merasa dirinyalah orang yang paling dicintai. Begitupun dia sangat perhatian pada Reza. Jika ia mencintai namun tidak berbalas, maka sakit hati ini akan terulang lagi. Seperti masa lalunya yang hanya bertepuk sebelah tangan dengan Dani.
pergi saja engkau pergi dariku biar kubunuh perasaan untukmu meski berat melangkah
hatiku hanya tak siap terluka
Reza yang tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada Nania karena dia sudah memiliki kekasih hati. Sudah lama Reza memiliki kekasih tapi tidak memberitahu pada Nania. Nania tahu saja dari teman terdekatnya Reza yang katanya Reza akan menghadiri wisuda kekasihnya di Bulan Juli mendatang yang berada di Jogja dan sekalian Reza akan melanjutkan kuliah S2 disana.
beri kisah kita sedikit waktu semesta mengirim dirimu untukku kita adalah rasa yang tepat
di waktu yang salah
hidup memang sebuah pilihan tapi hati bukan tuk dipilih
bila hanya setengah dirimu hadir dan setengah lagi untuk dia
Nania memilih untuk mundur dan mencoba mengubur rasa ini kepada Reza. Jika memang Reza bukan untuk Nania, maka Nania tidak akan lagi memberikan
perhatian pada Reza. Dan harapan Nania supaya Reza bertahan pada kekasihnya dan tidak lagi perhatian pada Nania.
pergi saja engkau pergi dariku biar kubunuh perasaan untukmu meski berat melangkah
hatiku hanya tak siap terluka
beri kisah kita sedikit waktu semesta mengirim dirimu untukku kita adalah rasa yang tepat diwaktu yang salah
Nania ingin di masa – masa terakhir sebelum Reza pergi ke Jogja, dia masih bisa melihat Reza seperti biasanya. Ke kampus bersama hanya sekedar bertemu dan diskusi organisasinya. Atau sekedar ke kantin menikmati soto favorit Nania. Nania takut akan terus merindukan Reza yang tidak bisa dimilikinya.
bukan ini yang kumau lalu untuk apa kau datang rindu tak bisa di atur
kita tak pernah mengerti kau dan aku menyakitkan
pergi saja engkau pergi dariku biar kubunuh perasaan untukmu meski berat melangkah
hatiku hanya tak siap terluka
beri kisah kita sedikit waktu semesta mengirim dirimu untukku kita adalah rasa yang tepat diwaktu yang salah
Pertemuan terakhir sebelum Reza ke Jogja yaitu ketika Nania habis bimbingan dosen di kampus, Reza menghubungi Nania untuk bertemu di kantin. Dan Reza mengatakan langsung pada Nania.
“Nan, maafin gue selama ini, mungkin loe baper sama gue, tapi gue cuma bermaksud nolong loe. Soal perasaan jujur akupun pernah mencintaimu. Namun
gue ingat pada kekasihku di sana. Gue akan setia pada dia. Tidak mungkin aku menyakiti dia yang sudah lama gue mencintainya. Terimakasih untuk selama ini loe selalu ada buat gue. Sekali lagi gue minta maaf, loe udah kayak adik gue sendiri” Reza mengusap kepala Nania seperti anak kecil yang mengenakan kerudung merah muda, lalu pergi meninggalkan Nania.
Tanpa jawaban apapun, Nania hanya bisa diam. Melihat punggung Reza yang semakin menjauh. Dia juga mencintai Reza tapi perasaan itu datang di waktu yang salah. Tiba – tiba Nania meneteskan air mata, dan dia sadar bahwa dia bukan siapa – siapa hanya dianggap sebagai anak kecil seperti adiknya Reza.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku, isi naskah sepenuhnya merupakan tanggungjawab penulis”
Comment Closed: Rasa yang Tepat untuk Waktu yang Salah
Sorry, comment are closed for this post.