KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Refleksi Perjalanan Hidup Jesi

    Refleksi Perjalanan Hidup Jesi

    BY 09 Jul 2024 Dilihat: 146 kali
    Refleksi Perjalanan Hidup Jesi_alineaku

    Jesi mulai menyadari bahwa dalam setiap kesulitan yang diberikan Tuhan, selalu ada hikmah yang lebih besar di baliknya. Dia percaya sepenuhnya bahwa apapun yang diambil dari hidupnya akan digantikan dengan yang lebih baik, dan keyakinan itu didasarkan pada pengalaman hidupnya sendiri.

     

    Suatu ketika, Jesi memiliki keinginan besar untuk pergi ke Pulau Jawa, tepatnya ke kampung halaman di Kota Tulungagung, Jawa Timur. Namun, saat itu, neneknya sedang sakit keras dan kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Jesi merasa sedih karena impiannya harus tertunda. Ibunya selalu menyuruhnya untuk bersabar dan berdoa. Beberapa hari kemudian, neneknya dipanggil oleh Sang Pencipta. Kehilangan nenek membuat Jesi sangat terpukul. Rumah terasa sepi tanpa kehadiran sosok yang sangat ia cintai. Kenangan indah yang telah Jesi dan neneknya lakukan semasa neneknya masih hidup, terulang di memori ingatannya. Sama-sama memasak, sama-sama membuat kue untuk lebaran, bermain dengan kucing, bercengkrama di rumah neneknya di kampung halaman tempat transmigrasi neneknya dulu membuat dia ingin menangis. 

     

    Namun, satu tahun setelah kepergian neneknya, Tuhan memberikan kesempatan bagi Jesi untuk pergi ke Pulau Jawa. Jesi sempat tak bisa berkata-kata ketika ibunya mengatakan bahwa dia dan ibunya akan pergi ke Jawa dan ibunya telah membeli tiket pesawat untuk dua orang. Ibunya mengatakan bahwa mereka ke Jawa karena akan menghadiri pesta pernikahan keponakan Ibunya. Dan memang rencana Tuhan jauh lebih baik dari rencana manusia. Awalnya, Jesi hanya berencana pulang kampung, tetapi sesampainya di sana, ibunya memberikan kejutan dengan mengajaknya pergi ke Yogyakarta. Perjalanan yang tak terduga ini menjadi salah satu momen paling berkesan dalam hidup Jesi, mengajarkan padanya bahwa terkadang, rencana Tuhan jauh lebih indah dari yang bisa ia bayangkan.

     

    Saat di bangku Sekolah Menengah Atas, Jesi sangat berambisi untuk menjadi yang terbaik di kelas. Dia belajar dengan giat, selalu mengerjakan tugas dengan baik, dan berusaha tampil maksimal dalam setiap kesempatan. Namun, impiannya untuk meraih peringkat pertama tidak pernah tercapai. Di kelas 10, Jesi hanya mendapat peringkat lima, jauh dari ekspektasinya. Di kelas 11, ia naik menjadi peringkat dua, namun tetap merasa belum puas. Kelas 12 pun sama, Jesi kembali meraih peringkat dua.

     

    Meski kecewa, Jesi terus berusaha dan berdoa. Ia mengetahui ada ketidakadilan dalam sistem penilaian di sekolahnya, di mana siswa yang memiliki hubungan keluarga dengan pihak sekolah cenderung mendapatkan peringkat lebih tinggi, meskipun prestasi mereka tidak sebanding dengan Jesi. Dan ada hal lain yang sangat mengganjal dari sistem penilaian di sekolah Jesi. Jadi, Jesi mendengar berita bahwa ada seorang oknum siswa yang rela membayar mahal kepada pihak sekolah, untuk memperbaiki dan menaikkan nilai untuk siswa yang ingin mendapatkan kuota eligible. Jadi kabarnya, siswa tersebut membayar mahal pihak sekolah untuk hal itu. Dan seperti biasa, rencana Tuhan lebih baik lagi. Oknum tersebut tidak lulus di Seleksi Nasional Berbasis Prestasi. Kekecewaan ini mengajarkan Jesi tentang realita hidup yang tidak selalu adil, tetapi juga memberinya pelajaran tentang keteguhan hati dan kerja keras.

     

    Akhirnya, dibalik segala perjuangan dan kekecewaannya, Jesi menerima hadiah besar dari Tuhan. Ia diterima di perguruan tinggi negeri melalui seleksi nasional berbasis prestasi. Jesi masuk ke universitas impiannya tanpa harus mengikuti tes, hanya berdasarkan nilai-nilai akademis yang konsisten dari kelas 10 hingga kelas 12. Momen ini membuktikan bahwa Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik, asalkan Jesi tetap berusaha dan bersabar.

     

    Namun, cobaan kembali datang ketika ayah Jesi meninggal dunia tepat saat ia baru memulai kuliahnya. Kehilangan ini membuat Jesi merasa sangat sedih dan bingung. Di kampus, Jesi juga harus menghadapi tekanan dari senior-senior yang kerap memperlakukan mahasiswa baru dengan kasar, baik secara verbal maupun nonverbal. Jesi sering merasa tertekan, terutama ketika suatu hari ia ditegur dengan kasar oleh senior karena mengenakan masker saat sedang sakit.

     

    Tuhan kembali menunjukkan keadilannya ketika keesokan harinya, senior yang menegur Jesi jatuh sakit dengan penyakit yang sama seperti Jesi. Jesi merasakan kepuasan tersendiri melihat bahwa Tuhan mendengar doanya dan membalas perlakuan tidak adil yang diterimanya. Pengalaman ini memperkuat keyakinan Jesi bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkannya.

     

    Di kampus, Jesi dan teman-temannya harus menjalani program pendidikan karakter yang penuh dengan kekerasan dari para senior. Banyak teman-temannya yang disiksa habis-habisan, tetapi Jesi merasa Tuhan melindunginya, karena ia hanya mengalami kekerasan fisik yang tidak seberapa dibandingkan dengan teman-temannya. Jesi sadar bahwa ada korupsi dan ketidakadilan dalam sistem tersebut, tetapi ia memilih untuk fokus pada hal-hal positif dan tetap bersyukur.

     

    Kisah Jesi adalah perjalanan penuh liku yang membuktikan bahwa dalam setiap cobaan, selalu ada berkah tersembunyi. Tuhan selalu menggantikan setiap hal yang diambil dengan sesuatu yang lebih baik, meskipun seringkali hal itu tidak terlihat secara langsung. Jesi belajar bahwa kesabaran, doa, dan keteguhan hati adalah kunci untuk melalui setiap rintangan dalam hidup. Hingga kini, Jesi tetap percaya bahwa Tuhan selalu memiliki rencana yang indah untuk setiap hamba-Nya.

     

     

    Kreator : JESINTA DEWI SRIKANDI

    Bagikan ke

    Comment Closed: Refleksi Perjalanan Hidup Jesi

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021