Pada suatu hari yang cerah, di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan hijau dan ladang yang subur, tinggalah seorang anak muda bernama Marselino. Marselino adalah anak yang pintar dan penuh semangat, namun dia sering merasa bahwa hidupnya terasa hampa dan kurang bermakna. Meskipun dia bersekolah dengan baik dan memiliki banyak teman, dia selalu merasa ada sesuatu yang kosong dalam hidupnya.
Suatu pagi, Marselino duduk di bawah pohon yang rindang di tepi sungai, merenung tentang kehidupannya. Saat itu, dia teringat pada salah satu ayat yang pernah dia dengar di sekolah minggu, dari Injil Matius 11:25-27: “Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.’ “
Marselino mulai merefleksikan, mungkin dia terlalu sibuk mencari makna hidup di tempat yang salah. Mungkin, seperti yang Yesus katakan, dia perlu melihat ke dalam dirinya sendiri dan mendekatkan diri kepada Tuhan dengan rendah hati dan tulus.
Dalam refleksinya, Marselino teringat akan nasihat dari Santo Yohanes Don Bosco, seorang santo yang sangat peduli pada kaum muda. Don Bosco pernah berkata, “Berdoalah selalu kepada Tuhan, berbicaralah kepada-Nya dengan bebas, dan jadilah teman-Nya yang baik.”
Kata-kata ini menginspirasi Marselino untuk mulai berbicara kepada Tuhan dengan cara yang lebih pribadi. Setiap malam sebelum tidur, dia mulai menceritakan semua yang dia alami kepada Tuhan, baik suka maupun duka. Dia berbicara kepada Tuhan seperti berbicara kepada sahabat karibnya.
Seiring waktu, Marselino merasakan perubahan yang luar biasa dalam hidupnya. Dia merasa lebih tenang dan damai, seperti beban berat yang selama ini dia pikul telah diangkat. Dia menyadari bahwa Relasi Personalnya dengan Tuhan memberikan kekuatan dan kebijaksanaan yang dia butuhkan untuk menghadapi tantangan hidup. Marselino mulai melihat setiap hari sebagai kesempatan baru untuk belajar dan bertumbuh dalam iman. Dia menemukan makna sejati dalam hal-hal sederhana, seperti membantu teman-temannya dan berbuat baik kepada sesama.
Akhirnya, Marselino menyadari bahwa Relasi Personalnya dengan Tuhan adalah syarat untuk menjalani hidup yang penuh makna dan kebahagiaan. Dengan hati yang bersyukur, dia berjanji untuk terus memelihara hubungan ini dan membagikan kasih Tuhan kepada orang lain. Kisah Marselino mengingatkan kita semua bahwa tidak peduli seberapa bijak atau pandainya kita, hubungan yang tulus dengan Tuhan selalu terbuka bagi siapa saja yang mau mencarinya dengan hati yang tulus. Semoga kita semua dapat mengikuti teladan Marselino dan menemukan kedamaian sejati dalam pelukan kasih Tuhan.
“Setiap hari adalah kesempatan baru untuk belajar, bertumbuh dalam iman, dan berbagi kasih Tuhan kepada sesama. Relasi Personal dengan Tuhan adalah syarat untuk hidup yang penuh makna dan kebahagiaan.”
Uji Kemampuan Literasi:
- Apa yang membuat Marselino merasa bahwa hidupnya terasa hampa dan kurang bermakna, meskipun ia memiliki banyak teman dan bersekolah dengan baik?
- Ayat dari Injil Matius 11:25-27 menginspirasi Marselino untuk melihat makna hidupnya dengan cara yang berbeda. Apa yang dia pelajari dari ayat tersebut?
- Bagaimana perubahan yang dirasakan Marselino setelah ia mulai membangun Relasi Personal dengan Tuhan?
- Dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana Anda dapat mempraktikkan hubungan yang lebih pribadi dan tulus dengan Tuhan?
Kreator : Silvianus
Comment Closed: Relasi Personal dengan Tuhan
Sorry, comment are closed for this post.