Kesedihan memang menyesakkan dada, terlebih ditinggal orang yang kita sayangi itu lebih menyakitkan. Seperti halnya Beni dan Reza yang kini menjadi anak yatim. Mereka memang bersedih terlebih Beni yang belum lama Bapaknya meninggal karena sakit keras.
Namun, mereka tetap tegakkan kepala meski hanya dirawat oleh single parent. Mereka tetap bersemangat menjalani hari-harinya, apalagi mereka akan mengikuti kompetisi band. Dengan kegigihan mereka dan semangat membara, mereka siap menjalani apa saja demi mewujudkan cita-cita. Hari pun tiba dimana Beni dan Reza mengikuti kompetisi band sebelum giliran tampil mereka.
Mereka berdua melihat penampilan peserta lainnya dengan penuh takjub.
“Gila, Za! Pada keren pesertanya! Jadi minder, gue!” seru Beni.
“Kenapa harus minder, Ben? Kalian juga keren, kok.” ucap Kang Adi menyemangati.
“Iya, Ben. Nggak usah minder. Setiap peserta kan memiliki gaya khas masing-masing. Kalau masalah hasil, itu urusan belakangan.” ucap Reza dengan santai.
“Ya sudah, kalian berdoa dulu lalu siap siap, ya.” ucap Kang Adi.
“Iya deh, biar hatinya tenang juga, yah.” sahut Beni.
Mereka bertiga berdoa, lalu setelahnya Beni dan Reza memasuki ruang tunggu karena sebentar lagi giliran mereka yang akan tampil.
“Acara ini cukup bergengsi, Ben. Makanya, kita harus menampilkan yang terbaik. Kan masuk TV. Arim pasti bisa lihat kita nanti.” ucap Reza sambil memakai gitar.
“Iya, ya. Semoga kita bisa menang, Za. Biar Arim juga senang melihat kita masuk TV dan menang kompetisi.” ucap Beni dengan nada penuh percaya diri sambil memainkan stick drumnya.
“Siap, Ben.” sahut Reza dengan gaya khas-nya.
Mereka berpelukan dan saling percaya. Meski mereka ikut kompetisi ini tanpa Arim, mereka tetap semangat.
Tak lama setelah itu, MC pun memanggil nama mereka berdua lalu mereka naik ke atas panggung. Dengan tatap penuh percaya diri, Beni langsung menempatkan diri di belakang drum. Sedangkan, Reza memasang kabel ke gitar dan membenarkan letak microphone. Sebelum memulai, Reza dan Beni saling pandang penuh percaya diri.
Terdengar sorak sorai para penonton begitu meriah menyaksikan penampilan mereka berdua. Kang Adi yang ada berada di belakang penonton sangat puas dengan apa yang ditampilkan Reza dan Beni. Terlihat Kang Adi berloncatan dan mengacungkan kedua jempolnya sambil tertawa bahagia.
Sesaat seusai mereka tampil, mereka turun dari panggung dan kini tinggal menunggu pengumuman. Kang Adi mendekati Beni dan Reza, lalu mereka bersalaman dengan Kang Adi dengan mencium tangannya.
“Wah, luar biasa. AMAZING!!” ucap Kang Adi bangga.
“Terima kasih, Kak.” sahut Beni tertawa lega.
“Meriah banget penonton tadi. Banyak yang suka.” ucap Kang Adi.
“Alhamdulillah, Kak. Semua lancar.” sahut Reza tertawa lepas.
MC pun naik ke atas panggung membawa hasil pengumuman.
“Oke, kini hasilnya sudah ada di tangan saya, dan saya akan membuat jantung kalian berdebar!” candanya.
“Langsung saja, saya umumkan. Daaaan … juaranya … adalah peserta nomor urut terakhir!” lanjut sang MC sambil bertepuk tangan.
Dengan spontan, Kang Adi meloncat kegirangan.
“Hooree!! Za, Ben, kalian menang!!!” seru Kang Adi bahagia.
“Iya, Kak. Akhirnya kami bisa menjadi juara.” ucap Reza sambil tertawa bahagia.
Mereka bertiga berpelukan sebelum Reza dan Beni naik ke atas panggung untuk menerima hadiah. Dengan tatapan bahagia, Reza dan Beni menerima hadiah sebagai juara dengan gagah dan betapa bahagianya mereka bisa memenangkan kejuaraan itu.
Seusai mereka turun dari panggung, banyak penonton yang bersorak mengucapkan selamat kepada mereka berdua lalu mereka berdua berjalan mendekati Kang Adi yang terlihat sudah bersama seorang perempuan.
“Kang!! Kita menang, Kang!! Ini dia!” teriak Beni sambil memperlihatkan trophy dan uang tunai. Kang Adi dan perempuan di sampingnya kompak menoleh ke arah Beni dan Reza. Betapa terkejutnya mereka, ternyata perempuan yang bersama kang Adi adalah Arim.
“Arim!!!” teriak Beni dan Reza bersamaan.
Dengan rasa bahagia, Beni menitipkan trophy dan hadiah ke Reza dan Beni berlari memeluk Arim karena Beni tidak menyangka Arim akan hadir di acara itu.
“Kok kamu datang gak kasih tahu aku, sih?” tanya Beni.
“Semua berkat Kang Adi.” jawab Arim sambil melirik Kang Adi.
“Wah, makasih ya, Kang.” sahut Beni.
“Iya, Ben. Asalkan kalian bahagia, akan selalu aku bantu kok. Ya nggak, Za?!” ucap Kang Adi sambil menyenggol Reza.
“Iya, yang penting kita juara.” ucap Reza bahagia.
“oh ya, gimana kalau kita rayakn kemenangan ini dengan makan enak? Kelihatannya restoran di depan makanannya enak-enak, tuh.” ajak Kang Adi sambil meringis.
“Wah, boleh juga tuh, Kang. Udah lama aku nggak makan bareng kalian.” sahut Arim sambil tersenyum.
“Iya, deh iya. Ayo kita berangkat.” sahut Beni.
“Asyikk!! Kita ditraktir Beni!!” ucap Reza meledek.
Mereka pun berangkat ke restoran tersebut untuk makan bersama sekaligus merayakan kemenangan Beni dan Reza. Sesampainya di restoran, mereka memesan beberapa makanan. Mereka saling bercanda tawa dan terlihat sangat bahagia. Terutama Beni, selain menang juga bisa bertemu lagi dengan Arim.
Dengan rencana Kang Adi, Arim tiba di saat Reza dan Beni selesai menerima hadiah kejuaraan. Meski hanya melihat penampilan mereka di layar ponsel, namun Arim tetap salut kepada mereka berdua.
“Cie, selamat ya yang jadi juara.” sahut Arim.
“Rim, kemenangan ini kan juga buat kamu. Kan dulu kita janji bakal tampil di TV demi kamu. Ya kan, Ben?!” sahut Reza.
“Betul, tuh. Ini juga berkat manajer kita yaitu Kang Adi.” sahut Beni sambil tersenyum.
“Kalian yang pantang menyerah dan selalu berusaha. Aku kan hanya bantu. Tapi aku bangga bisa bersama kalian.” ucap Kang Adi.
“Oh ya, sekarang waktunya kita berpisah lagi, Ben. Aku harus cepat balik ke bandara untuk pulang ke Sumatera.” ucap Arim keningnya berkerut.
“Yah, baru saja mau bersama sebentar. Ehh, udah mau pisah lagi.” jawab Beni kecewa.
“Ya sudah lah, Ben. Ini kan demi kebaikan kamu dan juga Arim.” sahut Kang Adi.
“Iya deh, iya. Tapi kamu janji ya bakal baik baik di sana.” ucap Beni sambil menggenggam tangan Arim.
“Iya, aku janji bakal jaga diri baik-baik.” sahut Arim.
“Jangan lupa ya, Rim. Meski kita jauhan, tetap berkabar kalau ada apa-apa. Ngomong saja, nggak usah sungkan. Kita kan udah seperti saudara sendiri.” ucap Reza.
“Iya, Za. Makasih, ya.” balas Arim.
“Ya sudah, kalau gitu kita bayar dulu lalu kita berangkat ke bandara, nganterin Arim.” sahut Kang Adi.
Mereka lalu meninggalkan restoran itu dan berangkat menuju bandara. Sesampainya di bandara,
“Ben, maaf ya aku nggak ada waktu lagi buat kamu. Tapi percayalah, aku akan selalu hadir di mimpimu.” ucap Arim sambil bersedih.
”Iya, Rim. Aku tahu. Tapi kamu jaga diri baik baik, ya.” balas Beni. Reza dan Kang Adi memandang mereka dengan rasa iba.
“Nanti kalau sudah sampai, kabari aku ya.” ucap Beni.
“Iya, Ben. Aku sayang kamu.” ucap Arim sambil memeluk Beni. Beni balas memeluk Arim.
“Iya, Rim. Aku juga sayang kamu.” ucap Beni. eza dan Kang Adi yang tadinya diam, lalu menghampiri Beni dan Arim.
“Ya sudah, yang penting saling percaya satu sama lain ya,” ucap Kang Adi sambil mengusap pundak mereka berdua.
“Ya sudah, ayo kita masuk. Nanti keburu Arim dipanggil.” ucap Reza.
Hari itu Beni tidak tahu apa yang sedang dirasakan. Beni senang berhasil menang di kompetisi band dan bisa bertemu pacarnya lagi. Namun di sisi lain, Beni sedih harus berpisah dengan Arim. Akhirnya, Arim pun sudah berangkat. Lalu Reza, Beni dan Kang Adi pulang. Di tengah perjalanan Beni mendapat kabar dari ibunya untuk segera pulang ke rumah Reza karena ibunya menunggu di rumah Reza.
Bersambung ….
Kreator : Sumadi Dhiak
Comment Closed: Remaja (Cinta, kemanapun pergi pasti akan kembali)
Sorry, comment are closed for this post.