Sesampainya di rumah Reza, Beni dan Reza langsung memeluk Ibu masing-masing. Mereka bangga melihat putranya berhasil menang.
”Ibu bangga sama kalian, Nak.” ucap Ibunya Reza sambil mencium pipi Reza.
“Iya, kalian luar biasa.” sahut Ibunya Beni.
“Ini semua juga berkat Kakak, Bu. Kan Kakak yang membawa kita hingga jadi juara.” sahut Reza.
“Ahh, nggak kok. Ini berkat kerja keras kalian.” jawab Kang Adi. Mereka pun tertawa bahagia.
“Oh ya, Za. Ini dibaca, ya.” ucap Ibunya sambil memberikan secarik kertas.
“Oh ya. Apa ini, Bu?” ucap Reza mengambil kertas itu, lalu ia baca dengan sangat bahagia.
“Aku lolos beasiswa di Jogja?!” jerit Reza bahagia sambil memeluk Ibunya.
Hari itu Reza sangat bahagia, menang kejuaraan band dan lolos beasiswa di Jogja. Akhirnya mimpi Reza satu per satu bisa tercapai.
“Selamat ya, Dik. Kamu memang kebanggan. Top, deh!” ucap Kang Adi ikut memeluk Reza, mereka terlihat bahagia.
“Iya, Kak. Ini kan juga berkat bimbingan dari Kakak.” jawab Reza.
“Selamat ya, Za. Akhirnya mimpimu terwujud.” ucap Beni mengucapkan selamat.
“Iya, makasih ya, Ben.” sahut Reza. “Kamu juga harus kejar mimpimu, Ben. Terus semangat, ya.”
“Iya, gue janji beberapa tahun lagi kita bakal bertemu di atas panggung yang megah.” celetuk Beni.
“Oke.” jawab Reza penuh semangat. Mereka berdua berpelukan seperti layaknya saudara.
Akhirnya, Reza berangkat untuk menuntut ilmu di Jogja. Beni pun ikut mengantar Reza ke stasiun.
“Za, sukses ya di sana. Jangan lupa kasih kabar.” ucap Beni.
Reza merangkul Beni sambil berkata, “ Siap, bosku!!” jawab Reza. Mereka berpelukan erat.
Kang Adi dan Ibunya Reza menghampiri mereka. “Hati hati di sana ya, Nak. Jangan lupa sholat-nya.” ucap Ibunya Reza sambil memberikan sarung, peci dan sajadah untuk Reza.
“Iya, Ibu. Makasih ya, Bu. Doakan Reza baik-baik di sana.” jawab Reza sambil memeluk Ibunya.
“Iya, Nak. Ibu akan selalu mendoakanmu.” balas Ibunya.
“ Dik, jaga diri baik baik, ya. Jangan aneh-aneh di sana.” sahut Kang Adi.
“Iya, Kak. Jaga Ibu baik-baik ya, Kak.” balas Reza sambil memeluk kakaknya.
“Iya, kamu belajar yang bener. Masalah Ibu, serahkan kepada Kakak. Oke?!” balas Kang Adi.
“Oke, Kak.” ucap Reza, lalu Reza masuk ke dalam gerbong kereta dan berangkatlah Reza. Beni, Ibunya reza, dan Kang Adi pun meninggalkan stasiun untuk kembali ke rumah masing-masing.
Hari demi hari pun silih berganti. Arim yang kuliah di Sumatera, Beni yang kuliah dengan bekerja, dan Reza yang menuntut ilmu di Jogja. Mereka bertiga memang sedang dipisahkan jarak yang jauh, namun mereka tetap berkomunikasi lewat WhatsApp dan tak terasa mereka sudah lulus sarjana dan bahkan sudah mendapatkan pekerjaan masing masing.
Silih berganti, waktu demi waktu mereka lewati, hingga suatu ketika tepatnya di sekolah SMA mereka, sedang ada konser musik hari ulang tahun sekolah. Konsernya begitu meriah dan panggungnya sangat megah. Tidak sengaja, Beni datang di acara itu, lalu Beni menemui salah seorang guru. Ketika sedang mengobrol dengan guru itu, Beni melihat Reza yang ternyata juga datang. Lalu Beni pun memanggil Reza. Reza menghampiri Beni. Ketika hendak berjalan ke arah Beni, Reza menengok ke samping, melihat Arim yang ternyata juga ada di acara itu. Lalu, Reza memanggilnya. Mendengar namanya dipanggil, Arim berlari ke arah Reza.
“Kok kamu juga ada di sini?” tanya Reza.
“Iya, Za. Kamu juga datang rupanya. Beni mana?” tanya Arim.
Reza menunjuk ke tempat Beni berdiri. Reza dan Arim berjalan menuju Beni yang terlihat sedang berbincang dengan gurunya.
“Beni!!” jerit Arim.
“Wah, kok bisa barengan gini?” tanya Pak Guru tersebut kaget.
Lalu, Kang Adi muncul entah dari mana, “Iya, Pak. Saya yang mengundang mereka.” sahut Kang Adi.
“Kok bisa Kang Adi yang mengundang, ya?” tanya Arim.
“Iya, jadi Adi ini sekarang menjadi guru seni musik di sekolah kita ini.” sahut Pak Guru.
“Semenjak kalian lulus dan Komite Sekolah melihat keberhasilan kalian, direkrut lah Adi menjadi guru musik di sini.” Lanjutnya.
“Wah, hebat Kang Adi, ya.” puji Arim.
“Semua itu berkat kalian juga, kok.” jawab Kang Adi terkekeh.
“Karena kalian sudah hadir, gimana kalau kalian tampil di panggung itu? Dulu kan kalian janji bakal ketemu di panggung yang megah. Nah, sekarang waktunya.” sahut Kang Adi sambil menunjuk panggung.
“Boleh, boleh. lLagian Bapak juga sudah lama tidak mendengar kalian nge-band.” sahut Pak Guru sumringah.
Mereka bertiga langsung disuruh naik ke atas panggung oleh Pemandu Acara saat itu. Mau tidak mau, mereka bertiga naik ke atas panggung dan menempatkan diri sesuai formasi band mereka dulu. Arim sebagai vokalis, Beni sebagai drummer, dan Reza sebagai gitaris dan backing vokal. Sebelum mereka memaikan lagu, Reza angkat bicara.
“Halo semua, apa kabar? Mari kita ramaikan hari ini dan beri kenangan yang manis dan mengesankan.” ucap Reza.
Semua penonton pun menyambutnya dengan suka cita. Teriakan kebahagiaan sangat jelas terlihat di suasana itu. Reza, Beni, dan Arim terlihat begitu bahagia bisa berkumpul lagi di satu panggung, apalagi panggung itu adalah panggung pertama kali mereka tampil. Rasa penat seketika hilang ketika mereka bertiga dapat berkumpul lagi.
Banyak rintangan yang telah mereka hadapi, namun mereka tetap percaya diri bahwa hari esok yang akan datang adalah hari dimana mereka bisa menunjukkan segalanya. Saling mengerti dan saling memahami satu sama lain adalah kunci keberhasilan mereka. Keegoisan tidak ada yang bisa mengalahkan kecuali dirimu sendiri. Dunia remaja memang mengasyikan dan memberikan kesan yang berwarna di dalam kehidupan.
Bagaimana dengan dunia remaja kalian? Apakah seserius Reza, atau sekonyol Beni, atau malah seribet Arim?
Itulah mereka, mempunyai banyak perbedaan namun tidak menjadikan penghalang. Dengan keterlibatan cinta antara Beni dan Arim dan kerekatan antara Reza dengan kakaknya membuktikan bahwa jarak yang jauh dan sifat yang berbeda bukanlah penghalang mereka untuk terlihat kompak.
Selesai acara itu, mereka turun dari panggung dan berkumpul.
“Rim, nggak kerasa kita sudah lama pacaran, ya.“ ucap Beni.
“Iya, Ben.” sahut Arim.
“Hmm, jadi obat nyamuk lagi, nihh!! “ ledek Reza.
“Makanya, buruan noh cari pacar, biar nggak jadi obat nyamuk mulu!” ucap Kang Adi balas meledek Reza.
Mereka semua tertawa lepas dan bahagia dan hari itu juga semua orang menemukan kebahagiaannya.
Kreator : Sumadi Dhiak
Comment Closed: Remaja (Cita-cita Memang Perlu Dicapai)
Sorry, comment are closed for this post.