KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Remaja (Kerja keras dan berproses adalah salah satu perjalanan yang perlu kita nikmati)

    Remaja (Kerja keras dan berproses adalah salah satu perjalanan yang perlu kita nikmati)

    BY 01 Okt 2024 Dilihat: 126 kali
    Remaja_alineaku

    Malam hari, tepat pukul 7 malam, di teras rumah terlihat Reza dan kakaknya sedang duduk berdua sambil bercerita lalu tiba tiba terdengar, 

    “Assalamualaikum,” ucap Arim dan Beni bersamaan.

    “Waalaikumsalam. Eh, Ben, Rim, sini duduk.” jawab Kang Adi. 

    Reza yang masih marah kepada Beni dan Arim, seketika beranjak hendak masuk ke dalam rumah, namun Kang Adi mencegahnya. 

    “Za, temannya datang duduk dulu dong. Biar kakak yang ambil minum.” ujar Kang Adi. 

    Sepeninggal Kang Adi, Beni dan Arim meminta maaf kepada Reza. Mereka mengakui kesalahanya. Meski hati rasanya masih kesal terhadap mereka berdua namun Reza memaafkan mereka. 

    “Nah, gitu kan jadi adem. Gimana? Jadi tampil di studio tidak?” tanya Kang Adi sambil meledek mereka. 

    Mereka bertiga spontan tersenyum dan menjawab, “Jadi dong!!!” Hati yang tadinya gaduh, sekarang menjadi tentram kembali. 

    Keesokan harinya, mereka sudah terlihat bersama di sekolah. Mereka sudah melupakan kejadian kemarin dan berjanji tidak akan mengulangi. Sore nanti mereka akan latihan untuk tampil di studio besok pagi.

    Hari pun berganti tanpa terasa Hari Minggu pagi, hari dimana mereka akan manggung di studio musik tempat Kang Adi bekerja. Mereka bertiga telah mempersiapkan segala sesuatunya semenjak kemarin saat berkumpul di pos ronda tempat biasa mereka nongkrong. Reza bersama kakaknya, sedangkan Beni berboncengan bersama Arim.

    “Sudah siap?” tanya Kang Adi sambil menoleh ke arah Beni dan Arim.

    “Siap dong, Kak.” jawab Beni.

    “Oke, kita berangkat sekarang.” sahut Kang Adi. 

    Mereka berangkat ke studio, entah berapa kilo jarak studio dari rumah mereka dan entah berapa menit mereka menempuh perjalanannya. Sesampainya disana, sudah ramai banyak orang. Tak hanya tamu undangan, namun banyak juga masyarakat sekitar yang ikut berbondong bondong menyaksikan. Melihat hal tersebut, Reza, Beni dan Arim terkejut dengan suasana yang begitu ramai. Mereka segera menuju ke belakang panggung untuk bersiap siap.

    “Gimana? Sudah oke?” tanya Kang Adi.

    “Sudah, Kak.” jawab Reza sambil mengacungkan jempolnya. Kang Adi pun mengacungkan jempolnya kembali untuk menyemangati mereka.

    “Jadi, kita bakal tampil di depan banyak orang ini?! Gilaaa! Ramai bener lagi!” seru Beni dengan nada kagum dan raut wajah yang sumringah.

    “Sulit dipercaya kita tampil di studio gede dan seramai ini.” tambah Beni sambil berjalan melihat depan panggung yang sudah padat dipenuhi penonton.

    “Ben, sini!” panggil Reza. “Gimana? masih tidak percaya kita beneran tampil di sini?” tanya Reza sambil meledek.

     “Gila, Za! Ini luar biasa!” sahut Beni masih tidak percaya.

    “Oke, demi kelancaran penampilan kita hari ini, mari kita berdoa terlebih dahulu supaya tiada halangan dan acaranya lancar.” Reza mengajak Beni dan Arim untuk berdoa.

    Setelah mereka berdoa, terlihat master of ceremony memanggil nama band mereka, lalu mereka bertiga naik ke atas panggung dan menyanyikan lagu yang sudah mereka siapkan.

    Acara pun selesai dengan lancar dan sangat meriah. Mereka sukses menghibur para penonton. Setelah turun panggung, mereka menuju suatu tempat lalu meluapkan rasa kegembiraan mereka karena berhasil menghibur para penonton yang hadir. Terlihat ada salah seorang yang berjalan bersama Kang Adi menuju mereka bertiga. Seseorang tersebut pun menyapa mereka.

    “Anak muda luar biasa! Penampilan kalian tadi sangat menghibur!” puji pria tersebut sambil bertepuk tangan.

    “Terima kasih, Pak.” sahut Arim.  

    “Sama sama,” balasnya. “Oh ya, saya produser di studio ini. Tidak sia sia Adi mengusulkan kalian untuk mengisi acara sebesar ini.” tambahnya dengan nada bangga.

    “Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami, Pak.” sahut Reza sambil tersenyum.

    “Ya, sudah. Saya mau lanjut kesana dulu, ya. Sekali lagi selamat atas penampilan kalian.” ucap Pak Produser tersebut.

    “Oh ya, Pak. Terima kasih.” jawab Kang Adi.

    Sepeninggal Bapak Produser itu, Beni meloncat kegirangan. Mereka masih bergembira atas penampilan sukses mereka.

    “Hei, sudah. Ayo kita pulang.” ajak Kang Adi.

     “Bentar dulu, Kak. Mau tanya boleh?” Arim mencegah.

    “Mau tanya apa?” tanya Kang Adi sambil berjalan menuju parkiran motor.

    “Penampilan kita tadi beneran bagus nggak, Kak?” tanya Arim dengan kening berkerut. 

    Spontan kang adi tertawa, “Aduh, Arim.. Arim.. Gimana, sih. Produser Kakak aja memuji kalian, masa masih tanya lagi. Ada ada aja kamu, Rim.” jawab Kang Adi.

    “Iya nih, Arim. Gimana sih, Rim. Pacarmu aja masih gembira, kamu malah tidak percaya.” sahut reza sambil terkekeh.

    Sejak saat itu mereka mendapatkan job mulai diundang tampil di kafe, pentas seni sekolah, dan masih banyak lagi. Mereka tidak menyangka akan keberhasilan band yang mereka bentuk. Tidak sia sia mereka setiap sore latihan.

    Beni dan Arim pun terlihat makin mesra saja. Sedangkan, Reza masih sama menjadi kutu buku. Dia lebih suka menyendiri di perpustakaan yang terkadang diganggu oleh adik kelas yang ingin meminta foto ataupun nomor ponselnya. Sungguh, anak zaman sekarang ada ada saja maunya. Dengan ketekunan Reza, ia menjadi siswa yang berprestasi di sekolah. Dia mendapatkan semua nilai ulangan dengan baik, namun Reza tidak sombong meskipun pandai. Dia tetap rendah hati terhadap teman-temannya, terutama apabila ada teman yang meminta untuk mengajari tugas sekolah dia tetap membantunya. 

    Di taman sekolah, terlihat Beni dan Arim seperti bertengkar. Reza yang melihat kejadian tersebut, seketika mendekati mereka.

    “Hei, hei, pasangan gokil ini kenapa?“ tanya Reza.

    “Nggak tahu, tuh! Tanya aja sama temen loe itu!” jawab Arim ketus.

    “Ada apa sih, Ben? Tumben banget kok kalian ribut gini.” tanya Reza heran. 

    Beni hanya diam dan berjalan meninggalkan tempat itu. Reza yang tidak tega melihat Arim seperti itu, mencoba menenangkan dan mengajak Arim duduk di kursi dekat taman.

    “Sudah, Rim. Tenang dulu. Ini sebenarnya ada apa sih?“ Reza bertanya kembali. Kemudian Arim menceritakan apa yang telah terjadi.

    “Ya, sudah. Jika memang itu masalah kalian, cepat diselesaikan sebelum menjadi lebih panjang lagi.” sahut Reza.

    Semenjak peristiwa itu, tanpa sadar Arim mulai merasa nyaman dengan Reza padahal Arim masih berpacaran dengan Beni. Arim sering menelepon Reza untuk sekedar mengobrol hal yang tidak penting. Hingga di suatu tempat yang tidak sengaja, Reza dan Arim bertemu.

    “Reza!! “ Arim berlari mendekati Reza.

    “Lah, kok kamu ada di sini, Rim?” tanya Reza.

    “Iya, nggak sengaja aku tadi lewat sini. Kamu sendiri ngapain di sini?” Arim balik bertanya.

     “Ah, aku main aja kok.” jawab Reza dengan santai. 

    Tiba-tiba Arim mengajak Reza duduk di sekitar mereka.

    “Za, duduk disitu yuk.” ajak Arim sambil menunjuk sebuah tempat duduk.

    “Boleh, deh.” jawab Reza menyetujui.

    Mereka berdua duduk bersama. Arim menceritakan apa yang sudah terjadi dengan Beni selama ini. Entah semenjak Beni dan Arim bertengkar, Arim makin dekat dengan Reza dan Reza takut ini akan menimbulkan masalah dengan Beni. 

    Mereka masih duduk berdua hingga waktu sudah menunjukan pukul lima sore. Reza kemudian berpamitan kepada Arim.

    “Oh ya, Rim. Sudah sore, nih. Aku pulang duluan, yaa.”

    Lalu, Reza berdiri dari tempat duduknya. Arim yang masih ingin ngobrol dengan Reza terlihat ingin pulang bareng Reza meskipun rumah mereka berjauhan.

    “Hhmm kalau gitu, kita pulang bareng sambil nunggu angkot datang ya, Za.” jawab Arim.

    “Ya udah deh, boleh.” sahut Reza.

    Mereka berdua berjalan berdua sambil menunggu angkot yang lewat. Sepanjang jalan, mereka masih saja ngobrol. Tiba-tiba, angkot pun lewat. Reza menyetop angkot tersebut. Ketika Reza dan Arim hendak masuk angkot, terlihat Beni sedang duduk di dalam angkot itu. Seketika Reza terkejut. “Eh, Beni!” seru Reza. Arim justru mengalihkan pandangan terhadap Beni. 

    Tak lama kemudian, mereka bertiga turun dari angkot. Beni terlihat sedang menahan rasa cemburu melihat Reza jalan bersama Arim. Seketika suasana menjadi canggung. Reza tahu Beni pasti sedang marah karena terbakar cemburu.

    “Ben, tunggu dulu. Kami nggak ada hubungan apa apa, Ben” jelas Reza.

     Beni menatap Reza dan Arim dengan tatapan menusuk.

    “Jadi, ini yang kalian lakukan di belakang gue?!” ucap Beli menahan amarah.

     “Ini nggak seperti yang ada di pikiran loe, Ben. Gue nggak ada apa apa sama Arim.” terang Reza dengan nada tegas yang ingin menjelaskan bahwa pertemuannya dengan Arim hanya kebetulan saja. Arim hanya terdiam dan takut atas Beni. 

    “Iya, Ben. Kita hanya kebetulan saja ketemu kok. Serius.” sahut Arim dengan terbata bata. 

    “Udah lah, Za. Kalau emang loe suka sama Arim, loe jujur aja, Za.” sahut Beni dengan nada emosi.

    Reza masih berusaha ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

    “Ben, mana mungkin aku suka sama pacar sahabat aku sendiri.” jawab Reza. “Dengerin aku dulu, Ben.”

    Beni sangat terlihat emosi dan mengacuhkan apa kata Reza dan Arim. Yang ada di pikiran Beni hanya kenyataan bahwa mereka berdua main di belakang Beni.

    “Iya, Ben. Benar apa kata Reza, kita gak ada hubungan apa apa” sahut Arim.

    Beni masih sangat terlihat emosi lalu dengan lepas kontrol beni menonjok Reza. Reza hanya diam meskipun berkali kali Beni menonjoknya.

    “Stop, Ben! Reza nggak salah! Gue yang salah!” jerit Arim sambil menahan Beni yang ingin memukul Reza lagi. 

    Reza kemudian bangkit dengan mendorongkan badan ke Beni.

    “Ayo, Ben. Pukul terus! Kenapa berhenti? HAH?!! “ pancing Reza.

    “Memang dulu aku suka kepada Arim, namun setelah aku tahu bahwa kalian sudah pacaran rasa itu aku pendam! Aku menghargai perasaanmu kepada Arim. Tapi, itu dulu. Sekarang perasaan itu sudah tiada!“ terang Reza dengan nada tinggi.

    Beni dan Arim pun terkejut mendengar apa yang barusan diucapkan Reza. Lalu, Reza pun pergi meninggalkan Beni dan Arim.

     

     

    Kreator : Sumadi Dhiak

    Bagikan ke

    Comment Closed: Remaja (Kerja keras dan berproses adalah salah satu perjalanan yang perlu kita nikmati)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021