Hari demi hari mereka jalani dengan semangat dengan kegiatan bermusik, belajar dan membantu orang tua. Mereka juga sesekali mengisi acara seperti di acara ulang tahun, pesta pernikahan, dan masih banyak lagi. Namun, sebagai pelajar, mereka mengutamakan kewajibannya yaitu belajar. Hingga tiada terasa, Ujian Nasional yang dilaksanakan empat hari sudah tiba di depan mata.
Siap tidak siap, mereka harus menghadapinya. Sehari sebelum ujian dimulai, semua siswa kelas 12 dikumpulkan di halaman sekolah untuk mendapat pengarahan dari Kepala Sekolah.
“Anak-anak, empat hari kedepan adalah hari penentuan kalian. Jadi, gunakanlah waktu sebaik mungkin. Dan, Bapak mengucapkan selamat mengerjakan dan semoga hasilnya memuaskan.” ucap Kepala Sekolah.
Semua siswa dengan serentak menjawab, “Baik, Pak!!”
Hari ujian pun tiba, di salah satu ruang ujian yang terdapat Beni dan Reza salah seorang pengawas masuk ruangan.
“Selamat mengerjakan ujian, Nak.” ucap Pengawas tersebut.
“Iya, Pak.” jawab seluruh siswa yang ada di ruangan itu.
****
Sepulang ujian hari terakhir, Beni dan Reza menunggu Arim di depan gerbang sekolah lalu Arim datang dengan berlari.
“Hei, Ben. Hei, Za.” sapa Arim.
“Hei, Rim.” sahut Reza.
“Lama amat, Rim.” tanya Beni.
“Iya, sorry. Tadi ke toilet dulu.” jawab Arim.
“Ya udah, ayo kita pulang.” ajak Reza.
“Za, gimana kalau kita main dulu?” sahut Beni.
“Iya, Za. Kan udah selesai ujiannya, tinggal nunggu pengumuman.” sahut Beni.
“Yah, dari pada main, mending ke studio aja. Kita latihan. Kan besok pas wisuda kita tampil.” jawab Reza dengan meringis.
“Oh ya, boleh deh, Za. Biar lebih mantep lagi.” sahut Arim dengan semagat.
“Mantep, apanya?” tanya Beni sambil nyengir.
“Kitanya yang mantep lah, Ben.” jawab Arim.
Mereka pun berangkat ke studio untuk latihan agar bisa tampil lebih bagus di acara wisuda dan perpisahan sekolah nanti.
Sesampainya di studio, mereka masuk, lalu Arim duduk sambil berkata, “Mungkin besok acara wisuda adalah momen satu panggung terakhir kita.”
Beni terkejut, “Apa maksudnya?” sahut Beni. Reza pun juga kaget mendengar Arim berkata seperti itu.
“Maksud loe apa, Rim?” lanjut Beni.
“Iya, Ben. Aku harus ikut Ayahku pindah ke Sumatera Barat. Ayahku pindah tugas di sana.” jawab Arim dengan muka sedih.
“Jadi loe bakal pindah ke Sumatera, Rim?” tanya Reza. Beni seketika hilang semangat mendengar kekasihnya berkata seperti itu.
Studio seketika terasa hening. Mereka bersedih karena harus berpisah dengan Arim
“Ya sudah, apa boleh buat kalau harus begitu. Begini saja, karena besok adalah terakhir kali kita satu panggung, gimana kalau kita bikin semeriah mungkin?” sahut Reza dengan penuh semangat.
“bener tuh kata Reza” sahut Beni yang bangkit dari kesedihannya.
“Hari itu kan dihadiri oleh orang tua kita. Jadi, kita harus tampil dengan sebaik mungkin demi memeriahkan acara itu. Ayo kita mulai latihan sekarang.” sahut Beni.
Arim juga bangkit dari tempat duduknya, “Terima kasih, ya. Kalian memang sahabat gue.” sahut Arim.
Beni dan Reza dengan kompak tersenyum, lalu mereka melanjutkan latihan mereka dengan penuh semangat.
Bermusik adalah hobi Reza, anak kedua yang pandai dan sangat ambisius meraih cita-citanya. Apapun yang jadi penghalang, akan ia kalahkan demi tercapainya cita-cita. Kini, sang anak kelas 12 SMA itu, yang sebentar lagi lulus, yang sedang menunggu pengumuman kelulusannya, mengisi waktu dengan bermain musik bersama kedua sahabatnya, yaitu Beni yang terkenal gaul dan sok keren dan juga Arim yang pandai bernyanyi dan ketua paduan suara di sekolahnya. Mereka memanfaatkan waktu untuk mengasah kemampuan mereka dalam bermusik. Terlihat kompak meski pernah terjerat beberapa masalah.
Di suatu hari di taman kota, mereka bertiga berkumpul. Mereka kelihatan cemas dan sedih karena mereka sebentar lagi akan berpisah dengan Arim yang harus ikut Ayahnya yang pindah tugas ke Sumatera Barat. Sedangkan, keinginan Reza yang berkuliah di Jogja semakin menjadi-jadi. Sedangkan Beni, masih tak tega untuk meninggalkan Ibunya dan kedua adiknya. Ayahnya sudah enam bulan tidak pulang karena bekerja di luar negeri. Keinginan Reza berkuliah di luar kota belum berani ia utarakan pada kedua sahabatnya.
Bersambung….
Kreator : Sumadi Dhiak
Comment Closed: Remaja part 11
Sorry, comment are closed for this post.