Pagi hari, tepatnya di pos ronda, terlihat Reza dan kakaknya, Kang Adi, sedang jogging bersama. Raut wajah Reza terlihat kelelahan.
“Capek, Kak.” ucap Reza.
“Ya sudah, istirahat dulu disini kita.” jawab Kang Adi.
“Dik, kakak ada brosur nih. Kalau berani, boleh deh kamu coba.” ucap Kang Adi sambil memberikan secarik kertas brosur lomba kompetisi band remaja.
Reza membuka lipatan kertas itu, sambil kemudian membaca brosur tersebut perlahan. Reza terlihat sumringah melihat brosur itu.
“Wah, boleh nih kita coba! Kesempatan buat tampil di acara televisi.” ucap Reza dengan wajah sumringah.
“Aku harus kasih tahu Beni.” ucap Reza sambil berlari menuju rumah Beni.
“Dik, mau kemana?” tanya Kang Adi yang ditinggalkan begitu saja oleh Reza.
“Ke rumah Beni, mau kasih ini!!” jawab Reza lantang.
“Ahh, sialan gue ditinggal sendirian pula! Ya sudahlah, gue pulang aja kali, ya.” gumam Kang Adi berjalan menuju rumahnya.
Tepat di depan rumah Beni, terlihat Beni sedang di teras. Reza yang lari tergesa gesa langsung memanggil Beni.
“Ben!! Beni!!” panggil Reza sambil berlari.
Beni bangkit dari tempat duduknya terlihat kaget melihat Reza berlarian seperti dikejar hantu.
“Ada apa, Za?! Loe gak papa, kan?!” tanya Beni agak panik.
Dengan nafas yang terengah engah, Reza mencoba menjawab, “Aku,,, Aku gak papa, Ben.”
“Dasar loe bikin panik aja! Emang ada apa sih, tumben pagi banget kesini, sambil lari lagi.” tanya Beni agak kesal karena tidak biasanya Reza pergi ke rumahnya pagi buta begini.
“Ini, Ben. Ini kamu baca aja.” jawab Reza sambil memberikan lipatan kertas brosur lomba kompetisi band remaja. Lalu Beni membukanya dengan santai.
“Terus kita mau ikut gitu, Za?” tanya Beni.
“Ya iya lah, Ben. Ini kesempatan kita buat tampil di TV dan memenuhi janji kita ke Ari.” jawab Reza dengan percaya diri.
Beni diam berpikir. Ada benarnya juga ikut kompetisi band itu demi memenuhi janji kepada pacarnya.
“Betul, Za. Boleh deh kita coba, demi pacar aku ya, kan.” sahut Beni dengan nada bahagia.
“Ah, dasar! Kalau udah inget pacar aja, hmmm…” ledek Reza.
“Ya sudah, ntar sore kita ketemu di pos ronda. Nanti aku suruh kakakku untuk bantu pendaftarannya.” ucap Reza.
“Oke deh, kalau gitu.” sahut Beni dengan penuh semangat.
“Ya sudah kalau gitu, aku pulang dulu yah.” pamit Reza.
“Ehh, nggak masuk dulu? Ayo minum minum dulu lah. Kau pasti capek.” sahut Beni mengajak Reza masuk ke rumahnya.
“Telat kau, Ben. Seharusnya dari tadi nawarin minum.” sahut Reza sambil tertawa.
“Ya sudah lah, aku pulang dulu, ya.”
“Ini serius nih, nggak masuk dulu?” tanya Beni.
“Kapan-kapan lagi deh. Ya udah, sampai ketemu nanti ya di pos ronda.” sahut Reza.
“Oke, sampai ketemu nanti.” balas Beni.
Sore harinya pun mereka berdua berkumpul di pos ronda. Reza yang datang dengan Kang Adi, terlihat sangat bersemangat untuk menghadapi kompetisi band remaja itu. Setibanya di pos ronda,
“Beni mana, Za?” tanya Kang Adi.
“Tunggu dulu, nanti juga datang.” ucap Reza.
Benar saja, belum lima menit Reza berbicara, Beni sudah terlihat dari kejauhan.
“Nah, itu Beni datang.” ucap Reza sambil menunjuk Beni yang berjalan menuju pos ronda.
“Hei, Za. Ehh, ada Kang Adi.” sapa Beni.
“Iya, nih. Dari mana loe? Lama amat?!” tanya Kang Adi.
“Biasa, Kang. Bantu-bantu dulu di rumah.” jawab Beni.
“Jadi gimana, Za? Kita jadi ikut kompetisi band itu?” tanya Beni.
“Jadi dong! Ini kan mau ke studio, latihan buat kompetisi itu.” jawab Reza.
“Lah, kok tumben Kang Adi ikut?” tanya Beni heran.
“Iya, mumpung libur. Tadi selesai daftarin kalian, ini mau lihat kalian latihan, layak belum buat ikut kompetisi band.” jawab Kang Adi.
“Iya, Ben. Aku yang ajak Kang Adi buat lihat kita latihan.” sahut Reza.
“Ya sudah, kalau gitu ayo kita berangkat.” jawab Beni.
Mereka bertiga berangkat ke studio untuk latihan persiapan kompetisi band itu meski tanpa vokalis utama, Arim, yang pindah ke Sumatera Barat. Mereka harus lebih siap lagi, terutama Reza yang juga menggantikan posisi Arim sebagai penyanyi. Namun baginya, itu tak menjadi masalah besar. Toh, sebelum Arim bergabung, Reza juga sudah menjadi vokalisnya.
Beni yang sedang menjalani pacaran jarak jauh dengan Arim tetap saja mereka mesra di sosial media ataupun telepon melalui WhatsApp. Di sela jam latihan selalu Beni gunakan untuk menelepon Arim. Tiba-tiba, Beni bangkit dari tempat drum.
“Bentar, ini kan lagi istirahat. Aku mau telepon pacar dulu, yaa. Biasaaa…” ucap Beni kegirangan.
“Ya sudah sana, pacar mulu yang dipikirin!” ledek Reza. Sedangkan Reza mengasah kemampuannya untuk bernyanyi biar lebih fasih lagi.
Mereka berdua sangat kompak. Dua hari sebelum mereka mengikuti kompetisi band, Beni mendapat kabar buruk bahwasannya Bapaknya yang bekerja di luar negeri meninggal dunia. Jenazahnya dibawa pulang ke rumahnya.
Rumah Beni terlihat sudah ramai oleh para tetangga. Beni pun tidak menyangka mengapa Bapak begitu cepat meninggalkan mereka.
“Kau yang sabar ya, Ben. Aku tahu kok apa yang kau rasakan sekarang.” ucap Reza yang duduk di samping Beni yang sedang menangis.
“Gue nggak tahu apa yang harus gue lakuin, Za.” ucap Beni masih terus menangis.
“Kau pasti kuat, Ben. Dulu aku juga nggak tahu apa yang harus aku lakuin, tapi semua kujalani dengan ikhlas, Ben.” ucap Reza yang juga ikut menangis. Reza juga terlihat sedih melihat sahabatnya kehilangan Bapaknya sebab Reza juga sudah pernah ada di posisi Beni. Terlihat Ibu Beni yang menangis di dekat jenazah suaminya dengan kedua adik Beni yang masih kecil.
“Mas, kenapa secepat ini Kamu ninggalin aku dan anak anak?” ucapnya.
Kang Adi tak kuasa melihat Ibu Beni yang terus meratap, lalu mendekatinya.
“Bu, sudah ya. Ibu harus ikhlas. Boleh bersedih, Bu. Tapi jangan terlalu larut, Bu. Kasihan anak anak Ibu.” ucap Kang Adi. Kang Adi memang cukup akrab dengan Ibu Beni.
Lalu, tak berapa lama Ibu Beni pingsan. Seketika orang di sekitar panik, lalu beliau dibawa masuk ke kamar dengan ditemani Ibu Reza dan Beni.
“Ben, kamu di depan sana sama adik-adik kamu. Biar ibu yang jaga ibumu, Nak.” ucap Ibu Reza dengan mengusap Beni. Sejatinya, Ibu Reza tidak tega melihat Beni dan adik-adiknya yang masih kecil masih membutuhkan perhatian dari Bapaknya, namun takdir yang berbicara mau bagaimana lagi. Beni pun menurut.
“Titip Ibu ya, Tante.” ucap Beni.
Kreator : Sumadi Dhiak
Comment Closed: Remaja part 13
Sorry, comment are closed for this post.