Dering Hp terdengar, Reza sedang membuka mata dari lelap tidurnya terlihat di layar ponselnya notifikasi Whatsapp dari Kakaknya atau biasa dipanggil Kang Adi.
“Ibu sakit, kamu harus pulang.”
Pesan Whatsapp singkat dari Kang Adi. Reza langsung bergegas bangun dan menuju kamar mandi untuk membersihkan muka. Reza yang begitu sayang dengan Ibu, mendengar kabar Ibu sakit ia langsung panik. Satu-satunya wanita yang ia cintai dan ia tidak mau kehilangan ibunya.
“Bagaimana ini? Hari ini aku masih ada kelas, namun aku harus pulang. Ibu sakit dan pasti butuh aku.” ucap Reza dalam hati.
Reza yang kini menjadi mahasiswa semester tujuh di salah satu kampus seni di Yogyakarta. Ia mengejar cita-citanya untuk menjadi seorang musisi, dengan Beni dan Arim teman SMA nya yang sama-sama membentuk band. Dengan kegigihan dan kerja kerasnya, ia bertekad untuk menjadi seorang komposer musik handal. Ia rela jauh dari ibu dan kakaknya demi mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Namun, sejak kecil memang Reza adalah anak yang cerdas selalu menjadi juara dan digilai para siswi di sekolahnya. Bahkan, saat ini ia berkuliah dengan beasiswa penuh berkat prestasinya. Sejak kecil ia memang selalu dididik oleh orang tuanya agar menjadi anak yang berguna meskipun ia tidak pernah mengenal lagi sosok Ayah. Namun, ia beruntung mempunyai kakak laki-laki yang sangat menyayanginya. Selain itu, memiliki ibu yang selalu siap ada di sampingnya ketika dibutuhkan.
“Tuhan, sembuhkanlah ibuku. Pahlawan kehidupan yang sering mendendangkan dongeng si pengembala kehidupan.” sembari duduk di kursi dalam kereta, Reza berdoa.
Di Dalam kereta, perasaan Reza sangat cemas atas kondisi ibunya. Yang ia inginkan hanyalah segera sampai di rumah agar bisa melihat serta merawat ibunya. Namun, perjalanan dari Jogja ke Jakarta tidak secepat itu. Ia terus berdoa demi kesembuhan ibunya, meskipun ia belum tahu ibunya sakit apa. Karena, kakaknya hanya memberi pesan kalau ibunya sakit dan Reza harus pulang. Reza selalu mengutamakan ibunya, ia tidak mau kehilangan satu momen pun dalam hidupnya bersama ibu.
Di rumahnya, Beni masih harus membantu mengurus usaha catering ibunya yang semakin besar semenjak anaknya terkenal menjadi anak band. Meskipun Beni tidak melanjutkan pendidikan seperti Reza dan Arim, ia tidak putus asa karena ia adalah satu-satunya laki-laki di dalam rumahnya saat ini. Terkadang, Beni masih mengharapkan sosok Ayah supaya dapat membantunya di rumah.
“Yah, andai Ayah masih ada, aku tidak akan serepot ini mengurus rumah membantu Ibu menyiapkan catering.” ucapnya dalam hati.
Apa yang bisa ia lakukan sekarang selain menjalaninya. Kedua adik perempuannya semakin bertumbuh besar. Ia juga harus siap berperan jadi Kakak sekaligus Bapak untuk adik-adiknya. Kesibukan demi kesibukan yang ia jalani sehingga ia sudah tidak pernah lagi kontak dengan Reza dan pacarnya yakni Arim.
Beni harus melakukan banyak pekerjaan demi membantu keluarganya, sebab ia lah yang harus mengambil alih tugas yang ditinggalkan oleh Ayahnya. Sejatinya, Beni masih sangat ingin melanjutkan pendidikannya. Namun, ia lebih memilih memendam cita-cita itu dibandingkan ia harus jauh dari keluarganya. Ia tak tega meninggalkan Ibu dan adiknya sendirian di rumah. Namun, semangat Beni tidak pernah surut. Ia selalu menjadi tembok pertahanan dan perlindungan bagi keluarganya.
“Reza mana? Belum datang juga?” tanya Ibu Reza dengan nada merintih kesakitan.
“Belum, Bu. Perjalanan Jogja-Jakarta kan jauh. Mungkin sebentar lagi. Sabar ya, Bu.” jawab Kang Adi.
“Tak perlu menunggu Reza untuk ke rumah sakit, Bu. Ayo kita pergi sekarang agar ibu segera dapat perawatan yang layak.” ajak Kang Adi.
“Ah, Ibu tidak sakit kok. Hanya ingin melihat Reza. Ibu kangen sekali sama adikmu. Ibu ingin minta peluk sama dia.” ucapnya.
Kang Adi merasakan hal yang aneh kepada Ibunya. Tidak biasanya Ibu seperti ini. Apalagi ketika Ibu sakit tidak pernah memberitahu Reza. Namun, kali ini justru sebaliknya.
Beberapa jam kemudian, Reza tak kunjung datang. Kang Adi semakin cemas melihat Ibu yang semakin mengeluh-elukan nama adiknya sembari menangis.
Tiba-tiba….
“Adi, itu adikmu datang.” suara lirih Ibu memanggil Kang Adi dan memberitahu kalau Reza sudah datang. Kang Adi bergegas menuju ke depan dan benar saja sesampainya di depan rumah,
“Kak, mana Ibu? Bagaimana kondisinya sekarang?” tanya Reza dengan cemas.
Tanpa menunggu lama, Reza langsung masuk ke kamar ibunya kemudian Reza memeluknya.
“Ibu kenapa? Sakit apa, Bu?” tanya Reza.
Ibunya hanya tersenyum kecil tanpa berbicara. Tubuh lemas dan wajah pucat ibunya membuat Reza sangat khawatir.
“Kenapa tidak dibawa ke dokter, Kak?” tanya Reza.
“Ibu tidak mau. Katanya, hanya ingin menunggu kamu dan dapat pelukan darimu.” terang Kang Adi.
“Apa yang ibu inginkan dari aku? Ini Reza, Bu. Kita ke dokter ya supaya Ibu cepat sembuh.” ajak Reza sambil mengelus-elus rambut ibunya.
“Tidak perlu, Nak. Ibu hanya sakit biasa dan kangen sama kamu. Gimana kuliah kamu? Lancar, kan?” terang ibunya sembari menanyakan kuliah Reza.
“Alhamdulillah, kuliah lancar, Bu. Sebentar lagi Reza juga akan menghadapi tahap skripsi.” jawab Reza.
Reza terpaksa harus membolos hari ini karena harus pulang demi ibunya yang sakit. Namun, Reza tidak memberitahu kakaknya jika ia membolos hari ini.
“Reza sudah sampai, Bu. Bagaimana kalau kita ke dokter?” tanya Kang Adi.
“Tidak perlu ke dokter. Ibu hanya ingin ditemani kalian berdua.” jawab Ibu.
Reza dan kakaknya hanya bisa menuruti permintaan ibunya, namun mereka berdua saling pandang dan merasa bahwa ibunya semakin hari semakin aneh. Mereka tidak mau terjadi apa-apa kepada ibunya. Reza diam-diam memanggil dokter untuk ke rumah memeriksa ibunya. Ketika ibunya sedang tidur terlelap, dokter memeriksa. Namun, ibunya terbangun dan mengetahui akan hal tersebut.
“Saya tidak sakit, Dok. Tidak usah diperiksa.” ucap Ibu.
“badan iIu sangat lemas dan wajahnya sangat pucat. Saya periksa dulu, ya. Kemudian nanti saya berikan beberapa obat.” jelas Dokter.
Setelah selesai memeriksa Ibu, Dokter kemudian berbicara kepada Reza dan Kakaknya.
“Ibumu menyimpan sesuatu, sangat terlihat dari wajahnya ada yang disembunyikan dari kalian.” tutur Dokter sambil membereskan peralatannya.
Hari itu, Reza harus kembali ke Jogja untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Reza harus berangkat dengan rasa yang tidak karuan karena ibunya tak kunjung sembuh. Namun, mau bagaimana lagi. Reza harus sesegera mungkin menyelesaikan kuliahnya supaya Reza bisa segera lulus dan kembali ke Jakarta. Dengan berat hati, ia berpamitan kepada ibunya untuk berangkat ke Jogja lagi.
“Bu, Reza harus kembali ke Jogja untuk menyelesaikan kuliah, ya.” pamit Reza kepada Ibu.
Kreator : Sumadi Dhiak
Comment Closed: Remaja part 16
Sorry, comment are closed for this post.