Terlihat di rumah Reza, Kang Adi sedang membantu ibunya untuk makan malam, kemudian terdengar suara ketukan pintu.
TOK … TOK … TOK …
“Assalamualaikum.” Suara seorang ibu dari luar terdengar.
Kemudian Kang Adi bergegas membukakan pintu. Ternyata itu adalah Beni dan ibunya.
“Eh, Beni dan Ibu. Ayo, masuk. Tumben datang ke sini?” tanya Kang Adi.
“Iya, Kang. Gimana kabarnya? Sehat kan?” tanya balik Beni.
Belum sempat Kang Adi menjawab pertanyaan Beni, suara batuk dari dalam kamar terdengar.
“Itu Ibu sakit, Kang?” tanya Ibunya Beni.
“Iya, Bu. Sudah sekitar dua minggu ini sakit.” jawab Kang Adi.
“Sakit apa?” tanya Ibunya Beni.
“Saya sendiri kurang tahu, tiba-tiba ibu sakit dan tidak mau dibawa ke dokter. Tingkahnya akhir-akhir ini sangat aneh.” jelas Kang Adi.
Kang Adi sudah bercerita terkait dengan sakit yang dialami ibunya kepada Beni dan Ibunya Beni. Terlihat Ibu Beni sangat sedih mendengar apa yang dialami sahabatnya. Beni pun sangat bisa merasakan apa yang dialami Reza dan Kang Adi. Wajar saja jika Reza saat itu sangat terlihat bingung. Ibu Beni masuk ke kamar Ibunya Reza, Beni mengajak Kang Adi keluar.
“Kang, Reza gimana?” tanya Beni.
“Reza sempat pulang, tapi sudah kembali ke Jogja, Ben.” jawab Kang Adi.
“Kemarin dia telepon aku, Kang. Dia sangat sedih dan khawatir dengan kondisi ibunya.” jelas Beni. Mereka berdua mengobrol banyak hal di teras depan rumah.
Kedekatan keluarga ini sangat erat sekali. Mereka saling bantu dan saling menyayangi satu sama lain. Terlihat sudah seperti keluarga sendiri.
“Kang, kami pulang dulu ya. Besok mungkin kami datang lagi. Kalau butuh apa-apa, jangan lupa kabari saja.” pamit Ibunya Beni.
“Iya Kang, kalau ada apa-apa kabari saja.” tambah Beni.
“Iya, Ben. Terima kasih, ya.” jawab Kang Adi terlihat lesu.
Kang Adi terlihat sedih ditinggal pulang Beni dan Ibunya. Kemudian, Kang Adi masuk ke dalam kamar ibunya.
“Bu, gimana sekarang badannya?” tanya Kang Adi.
“Ya begini, Di. Sudah, kamu istirahat saja.”ucap Ibunya.
Sejatinya, Kang Adi sangat takut menghadapi ini semua. Ia takut akan kehilangan orang yang sudah merawat dan membesarkannya. Ia merasa bahwa ibunya sudah tidak mempunyai semangat hidup lagi. Rasa yang tidak pernah Kang Adi inginkan ini sangat mengganggu sampai ia tidak bisa fokus. Apa lagi harus merawat Ibu seorang diri karena Reza sedang kuliah di Jogja. Tiba-tiba di benak pikiran Kang Adi muncul satu pertanyaan yang sangat dalam.
“Kapan aku menikah? Apakah Ibu sakit karena aku tak kunjung menikah?”
Pertanyaan yang mematikan gaya dan rasa Kang Adi. Sejatinya itu tidak hanya pertanyaan yang menyakitkan, namun itu menjadi beban Kang Adi.
Kang Adi merasa umurnya sudah lebih dari cukup untuk menikah, namun kata-kata menikah seolah menjadi momok yang menakutkan baginya. Sebab sampai sekarang belum ada satu wanita pun yang pernah ia bawa ke rumah untuk dikenalkan kepada ibunya. Selama ini, Kang Adi sangat sibuk dan fokus dengan pekerjaannya. Bahkan, ia tidak pernah memiliki teman perempuan yang hanya sekedar dekat dengannya. Namun, sekarang Kang Adi merasakan ketakutan yang berlebihan dalam dirinya. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Kang Adi sangat takut jika permasalahan ini adalah permasalahan yang juga membuat ibunya sakit. Kang Adi tidak berani cerita kepada Reza karena Kang Adi tahu bahwa Reza sendiri memiliki kesibukan, jadi ia tak mau mengganggu adiknya. Lantas, bagaimana Kang Adi harus menghadapi rasa takut yang setiap harinya selalu menghantui.
Kreator : Sumadi Dhiak
Comment Closed: Remaja part 19
Sorry, comment are closed for this post.