“Kamu kabari Reza, jangan bilang kalau ibunya telah tiada.” Ibunya Beni menyuruh Beni untuk segera menghubungi Reza.
Sudah berkali-kali Beni mencoba menghubungi Reza, namun tidak ada jawaban. Sedang Kang Adi, menangis tiada henti sambil memeluk jenazah ibunya.
“Reza dari tadi belum bisa di hubungi, Bu.” ucap Beni.
“Coba terus kabari saja kalau Ibunya pengen ketemu.” jawab Ibunya Beni.
“Ibunya Reza meninggal tadi pagi.”
Pesan singkat Whatsapp dari Beni membuat Arim kaget saat membaca pesan tersebut. Ia ingin pergi ke rumah Reza namun ia masih di Medan.
“Apa yang harus ku perbuat, sedang Reza adalah sahabatku.” ucap Arim dalam hati.
Arim masih mondar-mandir sambil memandang ponselnya. Ia bingung mau datang atau tidak ke pemakaman Ibunya Reza. Sedangkan ia masih di Medan.
“Mengapa Ibu dan Kakak tidak menjawab pesanku sejak tadi? Aku baru selesai sidang skripsi.” ucap Reza dalam hati.
Ia kaget melihat pesan dari Beni dan panggilan masuk berkali-kali. Reza semakin terkejut saat membaca sebuah pesan singkat.
“Kamu harus pulang, Za. Ibumu membutuhkan kamu.”
Pesan terakhir dari Beni menyuruh Reza segera pulang. Dengan rasa kegelisahan, Reza menyahut tas kemudian bergegas menuju terminal. Ia harus segera pulang, meskipun hari ini adalah hari kelulusan Reza yang baru saja menyelesaikan sidang skripsinya. Namun, apa yang bisa ia perbuat, Reza tidak bisa menikmati hari kelulusannya karena harus segera pulang sebab Ibunya sudah menunggu dan sangat membutuhkannya.
“Bu, mengapa ibu meninggalkan Adi. Adi belum bisa membahagiakan Ibu. Reza juga baru akan lulus, Bu. Tapi, kenapa Ibu tega meninggalkan kita berdua.”
Dengan tangisnya Adi tak kuasa menahan rasa kesedihan atas kepergian Ibunya. Ia merasa bersalah, sebab pesan Ibu yang terakhir adalah meminta Adi untuk segera menikah karena umurnya yang sudah matang. Itu yang membuat Adi menyesal mengapa hanya fokus dengan karir sehingga tidak bisa menuruti permintaan ibunya yang terakhir kali.
“Bu, mungkin kalau aku menikah Ibu pasti sembuh dan tidak akan meninggalkan kita, kan.” ucap Adi yang tangisnya semakin menjadi-jadi.
Sabar ya Nak. Ibu ikut berduka dan prihatin atas kondisi saat ini.” ucap Ibunya Beni yang duduk di samping Kang Adi.
“Kamu harus kuat menghadapi ini semua, ada Reza yang masih membutuhkan kamu.” ucap Ibunya Beni.
Sambil menenangkan Kang Adi, Ibunya Beni terlihat sangat kehilangan sekali atas meninggalnya sahabat dari kecil yakni Ibunya Reza. Kemudian Beni masuk.
“Reza sudah berangkat ke Jakarta naik bus, Bu.” ucap Beni membisiki Ibunya.
“Syukurlah kalau sudah berangkat. Kamu pantau Reza terus ya, Ben.” usul Ibunya.
Beni dan Ibunya kini yang mengurus semua pemakaman Ibunya Reza. Ia sadar bahwa tidak mungkin membiarkan Kang Adi dengan kondisi yang lemah untuk mengurus pemakaman Ibunya. Selain itu, Beni juga sudah seperti saudara sendiri dengan keluarga Reza. Orang-orang pun berdatangan untuk melayat, suasana duka dan kehilangan ini sudah dua kali dialami di rumah yang sama. Jika dulu Ayahnya Reza, sekarang giliran Ibunya. Umur tidak ada yang tahu kapan akan berakhir.
Di dalam bus, Reza merasa tidak tenang memikirkan sebenarnya apa yang sedang terjadi oleh Ibunya. Mengapa kakaknya juga tidak memberi kabar apapun. Reza semakin curiga jika Ibu sudah tidak ada. Semua pesan yang dikirim Beni kepadanya bisa ditarik kesimpulan bahwa Ibunya telah tiada. Namun, Reza masih berusaha tenang dan yakin jika Ibunya tidak apa-apa dan sesampainya di rumah akan menyambutnya dengan bahagia karena Reza sudah selesai sidang skripsi.
Kreator : Sumadi Dhiak
Comment Closed: Remaja part 21
Sorry, comment are closed for this post.