“Tawa itu sudah tak bisa ku dengar lagi.” ucap Adi dalam hati sambil memandangi jenazah Ibunya.
“Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi, lantas mau jadi apa hidupku?” imbuhnya.
Kang Adi adalah kakak Reza yang umurnya sudah 30 tahun, namun belum juga memiliki keinginan menikah. Bahkan sampai saat ini ia pun tidak pernah mengenalkan teman wanitanya kepada Ibu atau adiknya. Salah satu yang menjadi beban dalam hidup Adi adalah ketika ia ditanya kapan akan menikah.
Sejatinya, Adi adalah lelaki yang cukup tampan dan pintar. Namun, pilihan hidupnya sampai saat ini, alasan mengapa ia belum mau menikah adalah alasan yang tidak diketahui oleh siapapun, termasuk Reza, adiknya. Apakah ia terlalu fokus dengan karirnya sehingga ia begitu cuek dengan adanya kehadiran wanita di sekelilingnya? Entahlah.
Orang-orang berdatangan untuk melayat, suasana duka menyelimuti rumah Reza dan Adi. Namun, sampai saat ini juga Reza belum kunjung datang. Mau jadi apa setelah ia tahu bahwa rumahnya sedang diselimuti kedukaan. Apa yang harus ia lakukan, jika tahu bahwa rumahnya banyak orang untuk melayat. Apalagi sampai sekarang Reza dikenal sebagai anak yang patuh dan sayang sekali kepada Ibunya.
Beni dan ibunya terlihat masih sangat syok atas meninggalnya Ibu Reza. Kini, yang mereka khawatirkan adalah Reza yang sedang dalam perjalanan pulang. Beni sangat mengetahui persis bagaimana Reza yang begitu sayang sama ibunya. Apalagi semenjak kepergian Ayahnya, Reza siap kapanpun untuk berada di samping Ibunya. semua upaya yang selalu diusahakan Reza adalah cara dia untuk menempuh kebahagiaan demi Sang Ibu. Termasuk mengejar pendidikan tinggi di kampus seni di Yogyakarta. Bahkan ia tak pernah merepotkan siapapun untuk mengurusi kepentingannya. Ia memang anak yang rajin, mandiri, dan selalu punya cara untuk melakukan banyak hal.
Orang-orang berlalu lalang ke rumah Reza untuk melayat. Ibu Reza juga terkenal sangat baik dan ramah kepada para warga. Apalagi beliau juga aktif di kegiatan Desa dan sering kali dilibatkan dalam acara penting. Banyak yang menanyakan keadaan Reza karena belum terlihat batang hidungnya. Wujud simpati para warga yang berduka mereka saling gotong royong dalam membantu pemakaman ibunya Reza. Namun, semua orang hanya mencari satu nama yakni Reza. Mereka memiliki rasa yang sama seperti Beni yang mengkhawatirkan keadaannya Reza.
Sedangkan, Arim, kekasih Beni, sedang mengusahakan untuk ke Jakarta agar bisa melayat. Namun, ia tak mengabari Beni sebab ia tahu pasti Beni sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Ia mencoba mencari tiket pesawat ke Jakarta. Bagaimanapun juga Reza adalah sahabatnya, ia juga yang mengenakan musik dan mengajari cara bernyanyi dengan baik.
“Duka Reza adalah dukaku juga, ia yang selama ini selalu mengajariku untuk mengejar segala ambisi demi meraih cita-cita.” ucapnya dalam hati sambil berjalan bergegas menuju penerbangan pesawat.
Selain, itu ia juga sangat kangen sekali dengan kekasihnya, yakni Beni. Mereka sudah lama sekali tidak bertemu, hanya sekedar berkabar melalui telepon genggam.
Kembali ke rumah duka, Adi sangat terlihat lemas dan pucat tak berdaya melihat rumahnya saat ini banyak orang melayat. Ia tak menyangka hari ini merupakan hari yang sangat menyedihkan dalam hidupnya. Ia kehilangan cinta sejatinya dan orang yang selalu ada ketika ia berada di situasi apapun.
“Hari ini sangat susah untuk ku terima, Ibu. Kenapa kau tega meninggalkan aku? Aku belum bisa mewujudkan impianku untukmu, Bu. Senyuman bangga itu belum kulihat hingga saat harimu telah tiba.” ucap Adi dalam hati dengan perasaan yang sangat hancur.
Kreator : Sumadi Dhiak
Comment Closed: Remaja part 22
Sorry, comment are closed for this post.