Di pinggir danau, Reza terlihat sangat murung. Dia tidak tahu semuanya akan terjadi seperti ini. Sambil memandangi danau, Reza terlihat sangat kacau, tanpa sengaja jadi menyalahkan keadaan. Reza benar-benar terkejut dengan masalah ini.
Hari itu, Reza tidak ingin diganggu oleh siapapun. Dia butuh waktu sendiri untuk menenangkan hatinya yang sedang gaduh. Hingga waktu malam, Reza masih belum beranjak, termangu sendirian.
Ketika Reza mencoba bangkit dari tempat duduknya, Beni datang lalu duduk di sebelah Reza. Reza yang terlihat marah kepada Beni lalu bangkit pergi dari tempat itu. Beni mencoba menarik tangan Reza.
“Gue minta maaf, Za.” kata Beni merasa bersalah.
“Gue tahu gue salah, gue seharusnya dengerin penjelasan dari loe.” terang Beni.
“Nggak ada yang perlu dimaafin.” jawab Reza singkat.
Lalu, Beni bangkit dari tempat duduknya seraya berkata, “Seharusnya gue malu sama loe, Za. Gue bodoh udah mukulin sahabat gue sendiri.”
“Gue seharusnya berterima kasih ke loe karena loe menjelaskan semua kepada Arim. Arim sudah cerita semuanya. Gue bener-bener bersalah. Gue minta maaf, Za.” sahut Beni yang terus menerus meminta maaf kepada Reza dengan raut wajah bersalah..
Reza masih terdiam, lalu Beni merangkul Reza sambil berkata, “Loe masih mau kan jadi sahabat gue? Hanya loe yang paham apa mau gue, Za.”
Reza merangkul balik Beni, “Nggak ada yang bisa misahin kita berdua, kecuali itu Tuhan yang memisahkan, Ben.” jawab Reza.
Suasana menjadi cair ketika melihat kedua sahabat itu kembali akur lagi.
Arim yang tadinya terdiam di belakang mereka, berjalan mendekati mereka. Arim mengelus bahu mereka berdua. Terlihat kesetiaan Arim terhadap Beni dan Reza. Lalu, Beni dan Reza melepaskan pelukannya. Mereka memahami apa yang terjadi adalah masalah sepele anak remaja.
“Ya udah, gimana kalau setelah ini kita makan di kafe situ,” sahut Arim sambil menunjuk kafe yang ada di dekat danau. Mereka berjalan menuju kafe itu. Mereka sudah terlihat seperti biasanya dan terlihat sangat akur.
Sesampainya di dalam kafe, sebelum mereka bertiga duduk, MC di kafe memanggil mereka bertiga untuk bisa tampil di depan pengunjung. Dengan senang hati, mereka bertiga maju. Di sinilah mereka kembali seperti sahabat yang tidak bisa dipisahkan meski beberapa kali terjerat masalah yang mengakibatkan pertengkaran, namun semua itu untuk menguji kedewasaan mereka, bagaimana mereka harus menyikapi masalah yang sedang mereka hadapi.
Suasana kafe menjadi romantis dengan penampilan mereka yang membawakan lagu romantis. Semua pengunjung bangkit dari tempat duduknya untuk memberikan tepuk tangan kepada mereka bahkan ada yang melemparkan bunga. Mereka bertiga pun terlihat bahagia sekali, meski sebelumnya mereka bertengkar.
Hari demi hari pun mereka jalani dengan penuh kenikmatan dan kebersamaan, hingga tiada terasa mereka sudah duduk di bangku kelas 3 SMA yang sebentar lagi mereka akan menghadapi kelulusan. Meskipun begitu, mereka tetap aktif bermusik namun jadwal mereka untuk bermusik harus dikurangi karena mereka juga harus fokus belajar demi menghadapi Ujian Nasional. Beni dan Arim masih tetap sama, menghabiskan waktu untuk berdua. Namun, kali ini mereka berbeda. Di sisi lain mereka pacaran, mereka juga belajar berdua. Kadang mereka mengajak Reza untuk membimbing mereka ketika mengalami kesulitan. Memang, Reza siswa pandai di sekolah. Beberapa prestasi sudah berhasil ditorehkan. Jadi, ya maklum. Banyak siswa yang belajar dengannya dan banyak gadis cantik yang naksir pada Reza. Kadang, Beni sahabatnya, iri dengan Reza karena didekati banyak cewek cantik meskipun Beni sudah punya Arim sebagai pacarnya.
Di dalam kelas terlihat guru mereka sedang memberi tugas untuk dikerjakan.
“Anak-anak, ini tugas dari saya, silahkan dikerjakan, besok pagi dikumpulkan di meja saya.” ucap Guru Fisika sambil membagikan lembar tugas.
“Yah, tugas lagi, tugas lagi. Pasti susah,” keluh salah seorang murid sambil membaca lembaran kertas yang diberikan guru mereka.
“Kalian ini sudah mau ujian, harus banyak belajar biar lulus.” jawab Guru Fisika.
“Ah, susah tugasnya, Pak.” ucap Beni yang sebenarnya tidak suka pelajaran fisika.
“Kalau susah, kalian kan tinggal minta diajarin sama masternya, Reza.” ucap Pak Guru sambil menepuk bahu Reza.
“Oke, anak-anak. Kalian boleh pulang.” ucap Pak Guru sambil berjalan keluar kelas.
Semua siswa keluar dari kelas untuk pulang karena jam pelajaran telah usai. Sesampainya Reza dan Beni di pintu gerbang sekolah, terlihat Arim menyapa mereka.
“Hei, Ben. Hei, Za.” sapa Arim.
“Hei, pacar.” jawab Beni sambil meringis.
“Oh ya, Za. Gimana kalau pulang sekolah ini kita ke taman buat belajar fisika? Tadi aku dapat tugas, dan aku belum paham” ajak Arim.
“Hm, boleh deh.” jawab Reza.
“Ya, udah. Ayo kita berangkat.” sahut Arim.
“Ohh, jadi aku gak diajak, nih?!” ucap Beni sambil melengos. Reza dan Arim tertawa.
“Terserah, mau ikut atau nggak. Ayo, Za.” ucap Arim sambil meledek Beni dan menarik tangan Reza.
Mereka bertiga menuju taman untuk belajar bersama. Setibanya di taman, mereka mencari tempat untuk belajar di bawah pohon yang rindang.
“Eh, gimana kalau kita duduk di sini saja? Kelihatanya enak, udaranya sejuk.” ajak Reza.
“Boleh deh, Za. Ayo kita duduk sini, Ben.” sahut Arim sambil menarik tangan Beni.
Beni masih terdiam, memandang di suatu arah dengan serius.
“Kamu lihat apa, sih. Serius amat, Ben?” tanya Arim.
Ternyata Beni memandang penjual es buah yang kelihatannya segar apalagi kalau diminum di bawah teriknya matahari.
“Eh, bentar dulu ya. Aku beli minum dulu. Kalian juga pada haus kan?” tanya Beni.
“Boleh deh, Ben. Kelihatanya es buah yang di sana enak tuh,” jawab Reza sambil menunjuk es buah yang dari tadi dipandangi Beni. Lalu Beni pun membeli es buah itu.
Tidak terasa sore telah tiba, jam sudah menunjukan pukul lima sore. Waktunya mereka pulang karena mereka belum pamit kepada orang tua kalau sepulang sekolah langsung belajar bareng di taman.
“Udah sore, nih. Pulang, yuk.” ajak Arim sambil melihat jam tangan.
“Ntar dulu, Rim. Nanggung nih sedikit lagi.” kata Beni sambil menyelesaikan tugasnya.
“Tapi Ben, ini sudah jam lima. Besok lagi napa, ya.” sahut Arim.
“Iya, Ben. Bener kata Arim. Kita lanjut besok lagi, ya. Kan kita belum pamit sama ortu kita.” sahut Reza.
“Iya deh, iya.” jawab Beni sambil membereskan bukunya.
Bersambung.
Kreator : Sumadi Dhiak
Comment Closed: Remaja (Temanmu Akan Kembali Padamu)
Sorry, comment are closed for this post.