KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Reuni

    Reuni

    BY 27 Des 2022 Dilihat: 85 kali

    Oleh Irma Muthiah Saleh

     “Kenapa sih dek, dari tadi sibuk ngurusin pakaiannya.”

    “Iya bang, saya bingung mau pakai yang mana,” jawab Rini sambil terus memilih pakaian di lemarinya. 

           “Makanya pakaian itu gak usah banyak banyak biar gak pusing milihnya,” guyon suaminya padahal dia tahu kalau pakaian istrinya hanya beberapa lembar.

           “Ih Abang ini, malu dong diledekin orang pakai jas karena bajunya gak ganti-ganti.” Jawab Rini membalas guyonan suaminya.

           Sore itu Rini harus menyiapkan pakaian terbaiknya karena ingin menghadiri reuni angkatan sekolahnya ketika SMA. Dia tidak ingin terlihat jelek dan berantakan di hadapan teman-teman sekelasnya yang rata-rata sudah mapan hidupnya. Beberapa orang sudah memegang posisi strategis bahkan ada yang menjadi pejabat. Beberapa diantaranya juga ada yang menjadi pengusaha sukses. 


           Ratna teman sebangkunya telah menjadi dosen dan menikah dengan seorang dokter. Hampir semua teman sekelasnya terbilang sukses dan mapan hidupnya jika alat ukurnya kesuksesan dalam pandangan orang pada umumnya. Lain halnya jika cara pandangnya dan alat ukurnya ditinjau dari sisi yang lain misalnya anak-anak yang shaleh, taat ibadah, sopan pada orang tua, berakhlak baik, maka belum tentu mereka yang dari segi ekonomi terlihat sukses, juga sukses dalam membina dan mendidik anak-anaknya.

           Rini yang ditakdirkan menikah dengan seorang pria sederhana yang sehari-harinya diamanahi mengajar di sebuah sekolah swasta termasuk dalam kategori kedua.  Mereka sudah sangat bersyukur dengan rezeki yang diperolehnya karena masih cukup untuk membeli kebutuhan mereka sehari – hari dan membayar uang sekolah anak semata wayangnya. Bahkan dengan kecerdasannya dalam mengelola keuangan rumah tangganya, Rini masih bisa menabung.

           Mereka hidup tenang dan bahagia menjalani hari-hari mereka. Rafi anaknya sudah duduk di bangku kelas dua Wustho, setingkat SMP di sebuah pondok pesantren. Dia anak yang rajin dan di usianya yang baru 14 tahun sudah menghafalkan 20 juz dari Al-Qur’an. Ini merupakan kesyukuran dan kebahagiaan dari kedua orang tuanya. 

           “Sudah pukul 17.30 dek, nanti terlambat. Tempatnya kan cukup jauh dari sini. Belum lagi kalau nanti terjebak kemacetan karena ini jam orang pulang kerja,” kata suaminya panjang lebar. Ia sebenarnya kasihan melihat istrinya yang belum juga bisa memutuskan pakaian yang akan dikenakannya. Dia sendiri sudah sejak tadi siap dengan baju koko sederhana namun tetap terlihat berwibawa. 

           Sambil mendekati istrinya dia mengambil salah satu gamis yang diletakkan istrinya di tempat tidur. Sejenak disodorkannya gamis yang diambilnya secara acak itu sambil berucap, “pakai ini dek! Kecantikanmu bukan karena baju yang kamu pakai tapi dari aura kebahagiaan yang terpancar dari dalam dirimu.”

           “Bagi Abang kau tetap yang tercantik dari dulu hingga sekarang.”

           “Maka jangan kau bandingkan dirimu dengan teman-temanmu. Mereka punya dunianya sendiri dan engkau pun memilki duniamu sendiri.” 

           Rini sangat tersanjung dengan rangkaian kata dari suaminya dan ini membuatnya tidak ragu lagi untuk melangkahkan kaki menghadiri reuni angkatannya yang malam itu akan di helat di sebuah hotel berbintang.

           “Bang! Uhm … ” Kata Rini sedikit ragu ketika mulai menginjakkan kaki di halaman hotel bintang 3 tersebut. Wajahnya terasa dingin karena terpaan angin dalam perjalanan dari rumahnya di pinggir kota menuju hotel tersebut. 

           “Tenang Rin,” jawab suaminya yang menangkap kegelisahan istrinya yang baru pertama kalinya menginjakkan kaki di hotel seperti itu. Beda halnya dengan dirinya yang sudah terbiasa keluar masuk hotel berbintang di usia mudanya. 

           Suaminya sebenarnya anak seorang pengusaha kaya raya di kota asalnya. Sehingga bukan hal luar biasa ketika pergaulan kelas atas tidak asing baginya.  Hanya saja keputusannya untuk merantau dan menolak tawaran untuk meneruskan usaha orang tuanya menyebabkan ia harus tersisih dari keluarga besarnya. Bukan tanpa alasan dia pergi dari kota besar tempatnya dilahirkan dan dibesarkan.

           Orang tuanya menjodohkan dia dengan anak salah seorang rekanan bisnisnya yang Farhan faham betul pergaulannya yang sangat bebas. Gadis itu adalah teman sekolahnya yang terkenal dengan kebiasannya bergonta ganti pasangan. Hal yang sangat tidak disukai oleh Farhan yang sejak duduk di bangku SMP sudah aktif di bidang keagamaan organisasi santri. 

           Rini sebenarnya sudah berniat mengajak suaminya untuk pulang dan tidak menghadiri acara reuni angkatan sekolahnya tersebut. Sejenak setalah menunaikan shalat ketika dalam perjalanan niat itu sudah hendak disampaikannya. Akan tetapi mulutnya seakan terkunci ketika melihat kesabaran dan niat baik suaminya yang telah bersedia mendampinginya hadir di acara tersebut. 

           “Santai aja Rin,” kata suaminya ketika mereka baru saja melangkahkan kaki keluar dari tangga lift hotel. 

          Rini sedikit kikuk ketika Farhan tiba-tiba memegang tangannya dan membimbingnya menuju pintu ruang tempat acara. Ketika menuliskan namanya di buku tamu, panitia yang melayaninya tampak kaget.

           “Rini!” Serunya   membuat orang-orang yang berdiri di     dekat meja registrasi itu menoleh ke arah mereka. 

           “Masih ingat aku kan?”

           “Aku Rania kelas Biologi-2” Ucap Rania mencoba mengajak Rini memutar ulang memori semasa SMA. 

            Sedikit kesulitan Rini mengingat wajah SMA Rania. Hal ini tentu sangat wajar mengingat jumlah siswa di sekolah mereka yang mencapai ribuan. Selain itu dia juga termasuk siswa yang tidak banyak bergaul. Dia lebih senang menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan sekolah sehingga gelar juara 1 tidak pernah lepas dari tangannya. Dia adalah bintang kelas dan menjadi duta sekolah mereka di setiap kompetisi sains. Sehinggga tentu saja hampir seluruh santri mengenalnya.

           Tidak ingin mengecewakan temannya Rini berusaha mencairkan suasana dengan dengan memasang ekspresi seolah dia benar-benar ingat panitia resgitrasi yang bernama Rania tersebut dan membuka pertanyaan ringan terkait kabar wanita di depannya itu.

           “Oh iya, perkenalkan ini suami saya, Bang Farhan.” Lanjut Rini yang disambut oleh Farhan dengan anggukan ke arah Rania yang menatapnya penuh kekaguman. Rania tidak bisa membohongi kata hatinya jika dia sangat terpesona dengan penampilan lelaki di depannya yang sederhana namun sangat menawan.

           Risih dengan tatapan panitia registrasi tersebut, Farhan mengajak istrinya segera memasuki ruangan. Disaliminya sekelompok tamu yang berdiri tidak jauh dari pintu masuk yang hampir serempak menyapa istrinya. Rini menyambut sapaan mereka dengan menautkan kedua tangannya sambil memasang senyum tipis yang hampir tidak terlihat.

           Mereka sebenarnya ingin lebih banyak berbasa-basi dengan Rini dan suaminya namun ketika mereka melihat Rini masih seperti semasa sekolah tidak banyak bicara apalagi pada temannya yang laki-laki maka mereka pun terepaksa hanya bisa mengangguk.

           Sementara di dalam ruangan sudah berkumpul banyak orang. Satu persatu tamu yang masuk tersorot oleh kamera yang sengaja di pasang dan langsung terlihat di layar bagian depan ruangan. Maka ketika pasangan itu memasuki ruangan di layar pun terlihat dengan jelas. Salah seorang teman dekat Rini yang memang masih sering terkoneksi dengannya bergegas menghampiri mereka. Bersamaan panitia mengumumkan dari pengeras suara sebuah kalimat yang membuat Rini menjadi sangat grogi karena hampir semua mata beralih mengarah ke dirinya. 

           “Kita sambut kedatangan primadona Angkatan,  Rini Seftia.” Demikian suara yang terdengar memenuhi ruangan dan membuat semua mata tertuju padanya. Tidak terkecuali Alina, salah seorang siswi yang semasa mereka sekolah selalu berusaha mengganggu Rini, karena kedengkiannya atas keberhasilan Rini yang telah menjadi kebanggaan sekolah mereka.

          Kecerdasan dan kesederhanaan Rini juga menyebabkan dia lebih dikagumi oleh siswa laki-laki di sekolahnya. Termasuk Alfian, ketua OSIS yang ditaksir oleh Alina. Meskipun sudah puluhan tahun setelah kebersamaan mereka di sekolah yang sama, ternyata belum juga menghapus sakit hati Alina terhadap Rini. Maka dia yang saat itu sudah menjadi istri seorang pengusaha sukses mencoba melampiaskan dendamnya dengan merencanakan hal jahat terhadap Rini. 

           Dihampirinya Rini yang saat itu sedang berdiri dengan salah seorang teman sekelasnya.  Di sebuah sudut yang agak jauh dari mereka suami Rini sedang berbincang dengan suami Ratih, teman sekelas Rini yang sedang bersama Rini saat itu.  Melihat penampilan Rini yang tetap sederhana dengan baju gamis hitam dipadu jilbab abu-abu maka dicobanya untuk memancing kemarahannya. 

           “Hi Rin, kamu datang juga rupanya ke acara ini. Kupikir kamu gak berani masuk ke sini. Ini kan hotel berbintang. Bukan tempat orang seperti kamu.” 

           “Alina, kamu kok jahat sekali!” Tegur Ratih yang sedang berbincang dengan Rini.

           “Jahat bagaimana, lihat aja penampilannya, mana cocok untuk acara seperti ini. Di hotel berbintang pula.” Kata alina tambah semangat menghina Rini. 

           “Gak apa-apa Rat. Alina benar, tempat ini bukan untuk orang miskin seperti saya. Saya sebaiknya pulang saja.” Kata Alina sambil mencari-cari suamiya yang berdiri agak jauh darinya.

           “Eh mau ke mana kamu. Gak semudah itu harus meninggalkan ruangan ini. Kamu harus minum-minum dulu.” kata Alina sambil mendekati Alina dan pura-pura menyenggol Rini sehingga segelas juz jeruk yang dipegangnya tertumpah dan membasahi pakaian Rini. Sekilas terlihat seperti ketidak sengajaan tapi sebenarnya Rini sengaja menyiramkan sirup tersebut ke pakaian Rini. Rini tentu saja terkejut dan sangat malu.

           “K Kamu … tega Alina.” Kata Rini dengan suara setengah tertahan tapi sempat mengundang perhatian beberapa orang yang berdiri di dekat mereka. Dia bergegas keluar ruangan tanpa menghiraukan panggilan Ratih. Bergegas menuju tangga lift dengan air mata yang mulai membasahi kedua pipinya. 

            Farhan yang sekilas melihat istinya keluar mencoba mengejarnya. 

           “Rini, tunggu!” Panggilnya setelah hampir menjajari langkah istrinya. 

           “Ada apa Rin?” 

          “Kenapa baju kamu basah?”

          “Kita pulang bang!” Tegas Rini dengan air mata yang mengalir deras diiringi senggukan karena menahan tangisnya agar tidak meledak. Beberapa tamu hotel yang berpapasan saat hendak memasuki tangga lift tentu saja heran melihatnya namun tidak berani bertanya.

          Sepanjang jalan pulang Rini tidak menjawab pertanyaan suaminya. Hanya senggukan tangis yang tertahan hingga mereka memasuki rumah. Hingga ketika sampai di kamar, Rini melemparkan dirinya ke tempat tidur dan tangisnya pun meledak. Reuni angakatan SMA nya telah menorehkan rasa sakit tetapi juga sebuah peringatan untuknya bahwa tempat itu dan kegiatan seperti itu bukan dunianya sebagaimana suaminya pernah berkata bahwa dia punya dunia sendiri. 


    Bagikan ke

    Comment Closed: Reuni

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021