KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Review Buku: “Desember Ceria; Suara Hati Taluh”

    Review Buku: “Desember Ceria; Suara Hati Taluh”

    BY 28 Jul 2025 Dilihat: 19 kali
    Review Buku Desember Ceria Suara Hati Taluh_alineaku

    Sebuah Orkestra Rasa dari Lima Penulis Hebat

    Bukan sekadar antologi, ini adalah kepingan hidup dari lima penulis luar biasa yang menenun gagasan, pengalaman, luka, dan harapan menjadi satu rangkaian karya penuh makna.

    Di tangan mereka, Taluh bukan sekadar nama; tapi jiwa yang hidup dalam berbagai bentuk: sebagai pelajar, pendidik, ibu, pemimpin, atau pejuang yang diam-diam menyimpan badai namun tetap tersenyum.

     

    Titi Inayati; Membesarkan Anak dan Ilmu dengan Cinta

    Titi membuka buku ini dengan kelembutan yang menghunjam. Lewat Meaningful Learning, ia tidak hanya membahas metode pembelajaran, tapi menghadirkan roh pendidikan itu sendiri; bahwa belajar harus menyentuh hati, bukan sekadar menyentuh kepala.

    Tulisannya It Takes a Village to Raise a Child adalah pengingat kuat bahwa membesarkan anak adalah tugas kolektif. Bahwa pendidikan sejati terjadi tidak hanya di kelas, tapi di rumah, di jalan, di pasar, dimanapun ada kasih dan keteladanan.

    “Anak bukan kertas kosong yang harus diisi. Mereka adalah taman yang perlu dipahami, disirami, dan dicintai.”

    Titi menulis seperti seorang ibu yang memeluk, bukan memerintah. Dan dari tulisan itu kita belajar bahwa cinta adalah bentuk pendidikan paling murni.

     

     Arie Widowati; Ketika Ilmu Menyatu dengan Nurani

    Arie hadir dengan ketajaman pemikiran dan kelembutan hati. Dalam tulisannya tentang pemanfaatan teknologi nuklir untuk mengatasi gizi buruk, ia menegaskan bahwa sains bukan untuk ditakuti, tapi untuk dimaknai. Ia membawa kita pada kisah-kisah nyata di mana isotop dan teknologi nuklir menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia yang kekurangan gizi. 

    Di sisi lain, ia menampilkan harapan baru dalam Menggenggam Masa Depan Bersih, mengajak kita berpikir bahwa teknologi bisa jadi jalan menuju bumi yang lebih sehat; bila digerakkan oleh hati nurani.

    “Ilmu yang tidak menyentuh kehidupan, hanya akan menjadi angka. Tapi ilmu yang digunakan untuk menyelamatkan hidup, adalah cinta yang mewujud dalam bentuk paling terang.”

    Arie menulis bukan hanya dengan logika, tapi dengan kompas kemanusiaan.

     

    Leli Suryani; Sunyi yang Menyembuhkan

    Leli tidak bicara keras. Ia menulis dengan suara lirih yang menyentuh hati terdalam. Dalam kisahnya, Desember tidak selalu tentang kembang api dan pesta. Namun tentang refleksi, tentang merangkul luka-luka lama yang belum sempat sembuh, dan tentang harapan yang pelan-pelan tumbuh kembali.

    Ia mengajak pembaca untuk tidak lari. Karena kadang, dalam diam itu, kita akhirnya menemukan diri kita yang sesungguhnya.

    Leli menunjukkan bahwa menulis bisa jadi terapi. Setiap paragraf bisa membuat pembaca terdiam, menghela nafas panjang atau bahkan menitikkan air mata; karena seakan sedang membaca luka dan harapan mereka sendiri.

     

    Umul Muarofah; Merawat Jiwa, Menyambut Cahaya 

    Umul hadir sebagai penyejuk. Tulisannya tentang kesehatan mental dan pesan-pesan inspiratif bulan Desember; hadir seperti segelas teh hangat di malam dingin.

    Ia tidak menggurui. Ia hanya bercerita dengan jujur. Tentang bagaimana hidup kadang penuh tekanan, namun selalu ada ruang untuk pulih. Ia mengajak kita untuk mendengar suara dalam diri, untuk tidak malu mengakui lelah, dan untuk tetap percaya bahwa langit tak pernah benar-benar gelap bagi yang mau menengadah.

    “Kita tidak selalu harus kuat. Kadang, keberanian terbesar adalah ketika kita jujur pada rasa rapuh kita sendiri.”

    Tulisan Umul adalah sahabat bagi siapapun yang sedang mencoba bertahan.

     

    Hary Kuswanto; Dari Luka ke Lompatan, dari Konfrontasi ke Kolaborasi

    Hary menutup simfoni ini dengan kekuatan yang menyentak. Ia bicara tentang konflik, tantangan, dan bagaimana semua itu bisa menjadi titik balik yang luar biasa bila dihadapi dengan kepala dingin dan hati yang bersih.

    Melalui “Mengubah Tantangan Menjadi Kesempatan” dan “Dari Konflik ke Sinergi”, Hary menghadirkan potret nyata kehidupan kerja dan sosial; bahwa hidup bukan tentang menghindar dari masalah, tapi tentang mengolahnya menjadi pijakan naik.

    Ia menulis sebagai pria yang matang secara emosional, pemimpin yang mengerti bahwa kemenangan terbesar bukan mengalahkan orang lain, tapi mengalahkan ego sendiri.

     

    Penutup; Taluh Adalah Kita

    Taluh bukan tokoh fiktif. Ia adalah kita; yang pernah rapuh namun tetap berdiri. Yang pernah ingin menyerah, tapi memilih menyalakan lilin di tengah gelap. Yang tidak selalu tahu arah, tapi tetap berjalan sambil berdoa.

    “Desember Ceria; Suara Hati Taluh” adalah buku yang layak jadi teman di penghujung hari, saat kita butuh istirahat bukan hanya dari rutinitas, tapi dari luka-luka yang belum sempat dibalut.

    Buku ini cocok untuk guru dan pendidik yang ingin kembali pada hakikat mengajar; pemimpin yang ingin memimpin dengan empati; orang tua yang sedang belajar memahami anak dan diri sendiri; dan siapa pun yang sedang mencari makna dalam sunyi Desember.

    Karena di tengah riuh dunia, Taluh hadir sebagai suara hati yang tak pernah lelah menyuarakan kebaikan❣️💕💞

     

    Bogor, 23 Juni 2025

     

    Kreator : Nurul Jannah

    Bagikan ke

    Comment Closed: Review Buku: “Desember Ceria; Suara Hati Taluh”

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021