Ketegangan melanda seluruh Kerajaan Zima saat pemilihan Vladyka ke-12 akan berlangsung. Ketegangan yang sudah lama terpendam hampir saja pecah menjadi perang saudara. Pasukan revolusi bersama Keluarga Videnbe bersiap menghadapi pasukan keluarga utama yang telah lama dikendalikan oleh pengaruh Deniluc. Rakyat jatuh kedalam ketakutan dan ketidakpastian, menunggu hasil dari pemilihan yang menentukan masa depan kerajaan mereka.
Namun, di balik tirai gelap yang menutupi kerajaan, sebuah cahaya harapan mulai muncul. Kabar tentang kematian Koschei, Varvara, dan Goran menyebar dengan cepat. Koschei, penguasa Deniluc, dan bawahannya yang paling setia telah dikalahkan oleh Ilta dan Svetlana. Dengan kematian mereka, pengaruh gelap yang selama ini mengendalikan keluarga utama mulai memudar.
Radostaw dan Ivana, yang telah memimpin pasukan revolusi dengan penuh keberanian dan harapan, menyadari perubahan ini. Mereka segera bergerak untuk memanfaatkan momen tersebut. Radostaw berdiri di hadapan pasukan revolusi, suaranya penuh dengan keyakinan dan semangat.
“Dengarlah, rakyat Zima!” seru Radostaw. “Koschei dan bawahannya telah dikalahkan! Pengaruh gelap yang selama ini mengendalikan kerajaan kita telah terlepas. Inilah saatnya kita bersatu untuk masa depan yang lebih baik!”
Di tengah-tengah kekacauan, pasukan keluarga utama yang sebelumnya dikendalikan oleh Deniluc mulai tersadar. Mereka merasa lega dari beban pengaruh gelap yang menekan mereka selama ini. Para prajurit, yang kini bebas dari kendali Deniluc, mulai bergabung dengan pasukan revolusi, menunjukkan kesetiaan mereka kepada kerajaan Zima dan masa depannya.
Ivana, dengan ketegasan dan ketenangan, memimpin serangan balasan terhadap sisa-sisa pengaruh Deniluc yang masih ada. Dia dan Radostaw memastikan bahwa semua pengkhianat ditemukan dan diadili dengan adil. Dalam upaya mereka, mereka menemukan bukti-bukti lebih lanjut tentang peran Varvara dan Goran dalam menyebarkan kekacauan dan pengkhianatan.
“Kita telah bebas dari cengkeraman kegelapan,” kata Ivana kepada pasukan revolusi. “Sekarang, kita harus bekerja sama untuk membangun kembali kerajaan Zima, untuk masa depan yang penuh dengan harapan dan keadilan.”
Di tengah pertempuran yang mereda, sebuah kabar mengejutkan mulai beredar. Radostaw, yang telah berada di garis depan perjuangan, mengangkat tangannya untuk mendapatkan perhatian semua orang. “Ada satu lagi kabar penting yang harus kalian ketahui,” katanya dengan nada serius. “Vladyka ke-11, yang kita semua kira telah tiada, ternyata masih hidup.”
Kerumunan terdiam, shock dan kebingungan menyelimuti mereka. Radostaw melanjutkan, “Mereka telah disembunyikan oleh pengaruh Deniluc untuk menjaga kekuasaan mereka. Namun, dengan runtuhnya kekuatan mereka, kita akan berusaha menemukan tempat persembunyiannya. Vladyka ke-11 akan segera kembali untuk memimpin kita.”
Saat itu, Skazati, Angeluc Penyampai Pesan, muncul di hadapan Radostaw dan Ivana. “Kami membawa pesan dari Sang Ilahi,” katanya dengan suara yang menggema. “Kegelapan yang menyelimuti kerajaan Zima telah menghilang. Semua ini berkat keberanian dan pengorbanan Ilta dan Svetlana.”
Radostaw dan Ivana saling pandang, penuh rasa syukur dan kebanggaan. Mereka tahu bahwa tanpa bantuan Ilta dan Svetlana, perjuangan mereka mungkin tidak akan berhasil. “Terima kasih, Skazati,” kata Radostaw. “Kami akan menjaga pesan ini dengan baik.”
Skazati mengangguk. “Yang penting, kerajaan Zima telah bebas dari cengkeraman kegelapan.” ia akhirnya menghilang dan kembali ke langit.
Dengan kematian Koschei, Varvara, dan Goran, kerajaan mulai merasakan kedamaian dan harapan baru. Pemilihan Vladyka ke-12 berakhir dengan damai, membawa kerajaan Zima menuju era baru yang penuh dengan cahaya dan kebebasan.
Di tengah-tengah perayaan, Radostaw mengangkat bendera. “Sosok pahlawan tanpa nama telah mengusir kegelapan ini,” katanya dengan suara penuh emosi. “Kita akan membangun kembali Kerajaan Zima dengan kekuatan dan cinta. Untuk masa depan yang lebih baik!”
Dengan kemenangan mereka, Zima mulai bangkit dari kehancuran. Harapan kembali bersemi, dan rakyat merasakan kedamaian yang lama hilang. Di bawah kepemimpinan baru yang adil dan bijaksana, Zima bersiap untuk era baru yang penuh dengan harapan, cahaya, dan kebebasan.
Setelah pertempuran yang mengubah nasib Kerajaan Zima, Ilta dan Svetlana akhirnya kembali ke kediaman Jedlicka. Matahari senja menyinari tanah luas yang mengelilingi kediaman, memberikan pemandangan yang damai dan indah. Kastil Jedlicka, dengan menara-menara tingginya dan dinding batu yang kokoh, berdiri megah di tengah hamparan hijau yang tenang. Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga-bunga yang sedang mekar, menambah suasana tentram setelah sekian lama dilanda kegelapan.
Ilta, kini telah kembali dengan rambut hitam bercorak putih yang menjadi ciri khasnya. Dia mengenakan jubah hitam yang anggun dengan bordiran emas, lambang Es dari keluarga Jedlicka bersinar di dada kiri jubahnya.
Svetlana, dengan rambut putih panjang yang terurai hingga punggungnya, memiliki corak hitam yang memperlihatkan kontras indah. Dia mengenakan gaun putih elegan yang serasi dengan sayap putih keemasannya, memancarkan cahaya lembut yang mencerminkan kemurnian dan keindahannya.
Keduanya benar-benar terasa seperti anak kembar yang identik, pasangan yang menyempurnakan satu sama lainnya.
Mereka berdua memasuki aula utama kediaman Jedlicka, di mana kehangatan perapian menyambut mereka. Dinding-dinding aula dipenuhi dengan potret-potret keluarga, mengingatkan Ilta pada masa lalu yang damai. Ilta dan Svetlana duduk di sofa yang empuk, menikmati momen keheningan setelah sekian lama berjuang.
Ilta memandang Svetlana dengan mata yang penuh dengan rasa syukur. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak ada di sisiku, Svetlana,” katanya pelan, suaranya bergetar dengan emosi.
Svetlana tersenyum lembut, matanya bersinar dengan kasih sayang. “Kita adalah satu, Ilta. Aku akan selalu ada untukmu, tidak peduli apa yang terjadi,” jawabnya dengan lembut, menyentuh tangan Ilta dengan penuh kasih.
Ilta menghela napas dalam-dalam, merasakan beban berat yang sedikit terangkat dari pundaknya. “Aku sudah menyelesaikan tugas terbesarku, tetapi sekarang aku harus mengatur kerajaan lalu mencari keberadaan orang tuaku, Alexei dan Aria. Mereka pasti berada di suatu tempat, menunggu untuk ditemukan.”
Svetlana menatap Ilta dengan penuh pengertian, menyadari betapa pentingnya hal ini bagi Ilta. “Kita akan menemukannya bersama, Ilta. Aku yakin mereka bangga dengan apa yang telah kau capai,” kata Svetlana, suaranya penuh dengan keyakinan.
Ilta mendekap erat Svetlana dalam pelukannya, merasakan kehangatan dan kenyamanan dari sentuhan kekasihnya. “Berjanjilah, untuk tidak lagi mengorbankan dirimu…. aku takut kehilangan keluargaku lagi,” bisik Ilta, suaranya tercekik oleh emosi. Air mata mengalir di pipinya, mencerminkan rasa takut saat mengingat Svetlana melindunginya dari serangan Koschei.
Svetlana mengusap kepala Ilta dengan lembut, memberikan rasa tenang yang mirip dengan apa yang selalu dilakukan Aria ketika Ilta masih kecil. “Ya, Ilta. Kita akan melewati ini bersama, Ilta. Kau tidak sendiri. Aku di sini bersamamu,” katanya dengan suara yang menenangkan, membawa ketenangan bagi hati Ilta yang gelisah.
Suasana di kediaman Jedlicka terasa hangat dan romantis, meskipun mereka berdua baru saja melewati pertempuran yang mengerikan. Pelukan mereka penuh dengan kehangatan dan cinta yang tulus, memberikan kekuatan baru bagi mereka untuk menghadapi tantangan yang akan datang.
Ilta menatap mata Svetlana dalam-dalam, merasakan cinta yang begitu kuat di dalam hatinya. “Aku mencintaimu, Svela. Kita bertemu secara langsung dalam waktu singkat, tapi rasanya seperti bertahun-tahun sudah kita habiskan bersama,” kata Ilta dengan tulus, suaranya penuh dengan ketulusan.
Svetlana tersenyum lembut, matanya bersinar dengan kebahagiaan. “Aku juga mencintaimu, Ilta. Kita akan selalu bersama, tidak peduli apa yang terjadi,” jawabnya dengan penuh kasih, mengunci janji mereka dengan pelukan lembut yang penuh dengan cinta dan harapan.
Dengan hati yang penuh dengan cinta dan semangat baru, Ilta dan Svetlana bersiap untuk perjalanan berikutnya. Mereka tahu bahwa mencari Alexei dan Aria akan menjadi tantangan besar lainnya, tetapi dengan cinta dan dukungan satu sama lain, mereka yakin bahwa mereka bisa menghadapinya. Bersama-sama, mereka akan menemukan orang tua Ilta dan membawa kedamaian kembali ke Kerajaan Zima.
Ilta dan Svetlana melanjutkan perjuangan mereka dengan membantu keluarga Videnbe melakukan revolusi menyeluruh di Kerajaan Zima. Perubahan besar dimulai dengan penggabungan ke-7 keluarga utama menjadi satu kesatuan yang nantinya dikenal sebagai Dewan Kazimierz.
Radostaw berdiri di ruang pertemuan keluarga, menatap peta kerajaan yang terbentang di atas meja besar. “Dengan penggabungan nantinya, kita dapat memastikan bahwa tidak ada lagi keluarga utama yang merasa mereka lebih berkuasa daripada yang lain,” katanya dengan nada penuh keyakinan.
Ivana, yang berdiri di sampingnya, mengangguk setuju. “Kita harus memastikan bahwa revolusi ini membawa perdamaian dan keadilan bagi semua rakyat Zima. Tidak boleh ada lagi tempat bagi kegelapan di sini.”
Ilta, yang berdiri di sudut ruangan dengan jubah hitam dan simbol keluarga Jedlicka di dadanya, angkat bicara. “Perubahan ini penting, tapi kita juga harus memastikan bahwa pemerintahan baru ini adil dan kuat. Aku akan bekerja di balik layar untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.”
Radostaw menatap Ilta dengan rasa hormat yang dalam. “Kau telah melakukan banyak hal untuk kerajaan ini, Ilta. Meskipun usiamu masih muda, kemampuan dan kecerdasanmu adalah sesuatu yang luar biasa.”
Ilta tersenyum tipis. “Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Keluarga utama mungkin pernah meremehkanku, tapi aku tidak bisa meninggalkan para warga yang masih meyakini bahwa Vladyka ke-11 masih hidup.”
Ilta tidak hanya mengandalkan kemampuan indigo dan indra keenamnya, tetapi juga kecerdasan strategisnya dalam mengatur kerajaan. Ilta juga mengubah sistem pemerintahan menjadi Republik untuk memperketat pemilihan Vladyka ke-12 nantinya. Dia memperkenalkan beberapa peraturan baru yang ditambahkan ke peraturan lama yang diterapkan oleh kakeknya, termasuk:
Pemilihan Transparan: Setiap pemilihan harus dilakukan secara transparan dengan pengawasan ketat untuk mencegah kecurangan. Semua warga yang memenuhi syarat berhak memberikan suara mereka.
Dewan masyarakat: Dibentuknya dewan masyarakat yang terdiri dari perwakilan rakyat dan keluarga-keluarga penting untuk memberikan masukan dan mengawasi kebijakan kerajaan.
Ilta merasa tidak nyaman dengan gagasan menjadi Vladyka berikutnya untuk menggantikan ayahnya. Terlebih lagi, ia tahu bahwa masih ada tugas yang lebih besar yang kelak akan diberikan oleh Sang Ilahi. Namun, untuk sementara waktu, ia tetap berperan sebagai pemimpin bayangan, mengatur segala sesuatu dari balik layar dengan bantuan keluarga Videnbe.
Diadakannya pertemuan besar di kediaman Videnbe, dan kebenaran tentang Ilta akhirnya terungkap. Radostaw memulai pertemuan tersebut dengan para pemimpin keluarga utama. Ruangan besar itu dipenuhi ketegangan, namun semangat persatuan demi kerajaan perlahan mulai tumbuh di antara mereka.
“Salam semuanya, tampaknya semua orang sudah berkumpul,” kata Ilta, suaranya tegas dan penuh keyakinan, membuat semua orang terdiam seketika. Mata-mata tertuju padanya, terkejut dengan keberadaannya.
Dagmar Sovetnik, seorang diplomat ulung dengan tatapan tajam, berdiri. “Ilta? Kau seharusnya sudah mati! Bagaimana mungkin?”
Ilta tersenyum, penuh ketenangan. “Saya diselamatkan oleh keluarga Videnbe. Selama ini, saya bersembunyi dan belajar sebagai Izka Videnbe, menunggu saat yang tepat untuk kembali.”
Bohumil Strazi, yang dikenal pragmatis, berkata, “Apa pun yang terjadi di masa lalu, sekarang kita harus fokus pada masa depan. Ekonomi Zima harus tetap stabil. Kami siap menerima konsekuensi dari masa lalu dan memberikan dukungan kami.”
Radka Hraniteli, yang mengagumi kepemimpinan Ilta, menyetujui. “Infrastruktur yang kokoh adalah fondasi dari sebuah kerajaan yang kuat. Keluarga Hraniteli siap berkontribusi.”
Adelka Iscelitel, dengan penuh empati, berkata, “Kami menyesal waktu itu tidak memastikan kematian Anda dan menutupi diri atas kejadian masa lalu. Sebagai gantinya, kami akan memastikan kesehatan dan kesejahteraan rakyat Zima. Penyembuhan dan penelitian adalah prioritas kami.”
Branko Ucitel menimpali, “Pendidikan adalah kunci masa depan. Kami akan membentuk generasi pemimpin baru, dan menghapuskan pemikiran untuk mengkhianati kerajaan seperti yang terjadi di masa lalu.”
Radostaw Videnbe, yang paling mengetahui perjuangan Ilta, berkata dengan bangga, “Sebaiknya kita memikirkan untuk menjaga para warga Zima, dan memikirkan bagaimana memajukan generasi baru.”
Dusan Issledovanbe, dengan semangat penjelajah, menambahkan, “Radostaw benar, pengetahuan dan penemuan akan membawa Zima menuju masa depan yang cerah.”
Proses berikutnya adalah mengintegrasikan pasukan militer dari berbagai keluarga menjadi satu kekuatan yang kohesif dan terorganisir.
Di bawah langit kelabu yang menggantung berat, para prajurit berkumpul di halaman utama kediaman Videnbe. Mereka berasal dari berbagai keluarga utama Zima, mengenakan seragam kebanggaan masing-masing keluarga. Sorot mata mereka penuh tanda tanya dan kegelisahan, menanti instruksi dari pemimpin baru mereka yang berdiri di depan.
Ilta, dengan wajah yang tegas dan penuh keyakinan, menghadap mereka. Pakaian perangnya sederhana namun mencerminkan wibawa yang tak terbantahkan. Suaranya menggelegar memecah kebisuan.
“Mulai hari ini, kalian adalah satu,” katanya, matanya hitam dan putihnya menyapu setiap wajah yang ada di depannya. “Tidak ada lagi perbedaan antara pasukan Sovetnik, Strazi, Hraniteli, Iscelitel, Ucitel, Videnbe, atau Issledovanbe. Kita adalah pasukan Zima, dan kita akan melindungi kerajaan ini bersama-sama.”
Bisik-bisik mulai terdengar di antara para prajurit. Salah satu dari mereka, seorang pemuda dari keluarga Strazi, bertanya dengan nada terkejut, “Apakah dia Ilta, lutra pertama dari Keluarga Jedlicka? Tapi sesuai rumor, matanya memiliki dua mata yang berbeda.”
Seorang prajurit lainnya, wanita dari keluarga Iscelitel, menambahkan, “Ilta yang katanya sudah mati di jurang kematian? Bagaimana bisa dia berada di sini, memimpin kita?”
Sebelum Ilta bisa menjawab, seorang prajurit veteran dari keluarga Hraniteli maju ke depan. Wajahnya penuh keraguan dan tantangan. “Kalau kau memang Ilta, buktikanlah dirimu. Lawan aku dalam duel.”
Ilta tersenyum tipis, sarkasme halus menghiasi suaranya. “Ah, tantangan. Baiklah, aku menerima. Semoga kau tak menyesalinya.”
Duel dimulai dengan cepat. Prajurit veteran itu menyerang dengan kekuatan penuh, namun Ilta menghindar dengan mudah. Dengan gerakan yang lincah dan presisi, Ilta menyerang balik, menggunakan cakramnya yang kini memiliki inti es, peninggalan pertarungan terakhirnya melawan Koschei. Cakram itu berputar dengan kecepatan yang mematikan, menciptakan jejak es di udara.
Pertarungan berlangsung sengit, namun Ilta dengan cepat menunjukkan superioritasnya. Dengan gerakan yang hampir tak terlihat, ia melumpuhkan lawannya, menjatuhkannya ke tanah dengan dentuman keras. Para prajurit terdiam, terkesima oleh kehebatan Ilta.
Ilta berdiri di atas lawannya yang tergeletak, menatap para prajurit dengan tatapan tajam. “Masih ada yang meragukan aku?”
Keheningan menyelimuti mereka. Kemudian, seorang prajurit muda dari keluarga Sovetnik berbisik kepada rekannya, “Dia benar-benar dari keluarga Jedlicka. Ilta, putra sang Vladyka ke-11.”
Ilta melanjutkan, “Aku tidak hanya putra dari Vladyka ke-11. Aku juga memiliki kemampuan untuk melihat kebohongan dan ketulusan. Jadi, jangan coba-coba berbohong di hadapanku.” Mata putih Ilta berkilat, memperlihatkan indra keenamnya yang tajam.
Selama pelatihan, Ilta sering menggunakan kemampuan indigonya untuk mengendalikan berbagai elemen alam. Ia memanipulasi salju, dan es dengan keahlian yang luar biasa, menambah kekaguman para prajurit terhadap dirinya. Mereka mulai memanggilnya Pangeran Salju, sebuah julukan yang mencerminkan kekuatannya yang luar biasa dan tatapan dinginnya disetarakan asal usulnya yang penuh misteri.
Dalam setiap latihan, Ilta menunjukkan kecerdasannya yang luar biasa. Ia mampu merancang strategi yang kompleks dan efektif, membuat para prajurit terpana oleh kebijaksanaannya meski usianya masih muda. Dia tidak hanya memimpin dengan kekuatan, tetapi juga dengan akal dan hati.
Ilta menatap para prajurit yang kini melihatnya dengan rasa hormat dan kagum. “Kita adalah satu. Bersama-sama, kita akan membuat Kerajaan Zima lebih kuat dari sebelumnya. Dan ingat, setiap tindakan yang kita ambil adalah demi masa depan yang lebih baik.”
Mereka mengangguk serempak, siap untuk mengikuti Ilta menuju era baru bagi Kerajaan Zima. Ilta tahu, perjalanan ini tidak akan mudah, namun dengan keberanian dan kesatuan, mereka akan menghadapinya bersama.
Di ruang rapat yang megah di kediaman Videnbe, suasana tegang terasa seperti terhela di udara. Tumpukan buku-buku hukum dan naskah tersebar di atas meja-meja panjang, menandakan betapa seriusnya para pemimpin keluarga dan ahli hukum Zima dalam merumuskan fondasi pemerintahan baru mereka.
Marina Hraniteli, dengan wajah serius dan matanya yang tajam memandang sekeliling, menyuarakan kekhawatiran yang dirasakan banyak orang hadir di ruangan itu. “Kita perlu memastikan bahwa setiap orang di Zima merasa dihargai dan dilindungi oleh hukum. Hanya dengan begitu kita bisa menciptakan perdamaian yang abadi.”
Loir, seorang ahli hukum muda yang penuh semangat, menambahkan dengan suara yang jelas, “Dan kita harus memastikan bahwa hukum-hukum ini mencerminkan nilai-nilai yang kita perjuangkan: keadilan, kebebasan, dan persatuan.”
Setelah berjam-jam diskusi yang intens, mereka akhirnya mencapai kesepakatan untuk menyusun dokumen-dokumen hukum yang menjadi dasar bagi pemerintahan baru Zima. Namun, proses ini hanyalah awal dari perjalanan mereka menuju persatuan yang lebih besar.
Setelah semua proses integrasi selesai, Radostaw, sebagai sosok yang dihormati oleh banyak orang dalam ruangan itu, maju ke depan. Dengan sikap yang penuh wibawa, dia memimpin deklarasi penggabungan keluarga-keluarga utama menjadi satu entitas baru: Dewan Kazimierz. Upacara ini diadakan dengan khidmat di kediaman Videnbe, di mana hadirin dari berbagai keluarga dan rakyat Zima turut memenuhi ruangan dengan harapan yang tinggi.
“Hari ini, kita memulai babak baru dalam sejarah Zima,” kata Radostaw dengan suara yang menggelegar, namun penuh harapan. “Dengan berdirinya Dewan Kazimierz, kita menyatakan bahwa kita bersatu untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua orang.”
Dagmar, diplomat ulung yang telah mengalami banyak dinamika politik Zima, berbicara dengan penuh kebanggaan, “Kami, keluarga Sovetnik, bangga menjadi bagian dari Dewan Kazimierz. Bersama-sama, kita akan membangun aliansi yang kuat.”
Bohumil, seorang pragmatis yang telah membimbing banyak keputusan ekonomi, menegaskan komitmennya, “Kami, keluarga Strazi, dengan ini bergabung dalam Dewan Kazimierz. Kami berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi Zima.”
Radka, seorang pemimpin yang dihormati dalam pembangunan infrastruktur, menambahkan, “Kami, keluarga Hraniteli, juga menyumbangkan kekuatan kami dalam Dewan Kazimierz. Kami akan terus membangun infrastruktur yang kokoh dan tahan lama.”
Adelka, yang selalu memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan rakyat, menyatakan dengan tulus, “Kami, keluarga Iscelitel, ikut serta dalam Dewan Kazimierz. Tugas kami adalah memastikan kesehatan dan kesejahteraan rakyat Zima.”
Branko, seorang pendidik yang penuh semangat, berjanji, “Kami, keluarga Ucitel, memasuki Dewan Kazimierz dengan misi membentuk generasi masa depan yang lebih baik.”
Radostaw dengan semangat yang tak berkurang berkata, “Kami, keluarga Videnbe, sebagai bagian dari Dewan Kazimierz, akan terus menyebarkan ajaran Sang Ilahi dan menginspirasi dengan seni dan kreativitas kami.”
Dussan, yang penuh dengan semangat penjelajah, menambahkan, “Kami, keluarga Issledovanbe, juga bergabung dalam Dewan Kazimierz untuk membawa Zima ke arah pengetahuan dan penemuan baru.”
Dengan deklarasi ini, Dewan Kazimierz tidak hanya menjadi simbol persatuan antara keluarga-keluarga utama Zima, tetapi juga titik balik bagi kerajaan yang pernah dilanda konflik dan ketegangan. Mereka bersama-sama menghadapi masa depan dengan keyakinan bahwa persatuan mereka akan membawa kemakmuran dan kedamaian yang abadi bagi seluruh rakyat Zima.
Penggabungan keluarga-keluarga utama menjadi Dewan Kazimierz membawa dampak signifikan bagi Kerajaan Zima. Stabilitas politik yang tercipta mengakhiri persaingan dan konflik antar keluarga utama, menciptakan fondasi yang kuat untuk pemerintahan baru yang stabil dan adil. Kekuatan militer yang terintegrasi menjadi lebih kuat dan efektif, mampu menghadapi ancaman eksternal dan menjaga ketertiban dalam negeri. Hukum dan tradisi baru yang disusun mencerminkan nilai-nilai keadilan, kebebasan, dan persatuan, membawa Zima ke arah masa depan yang lebih cerah.
Kreator : Ry Intco
Part 15: Warung Kopi Klotok Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]
Part 16 : Alun – Alun Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]
Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]
Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]
Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]
Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]
Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]
Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,, begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]
Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]
Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]
Comment Closed: Revolusioner
Sorry, comment are closed for this post.