KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Cerpen » Ribuan Langkah yang Menjadi Kisah

    Ribuan Langkah yang Menjadi Kisah

    BY 07 Des 2021 Dilihat: 58 kali

    Karya Elektra Aulia Maharani

    Alumni KMO Alineaku

    Tanggal 17 Juli adalah hari dimana aku akan pergi meninggalkan kota tempat aku tinggal untuk memulai sebuah petualangan yang sangat memerlukan fisik, mental, dan stamina yang sangat baik. Yap, benar. Aku akan memulai suatu pendakian ke salah satu gunung yang ada di kota hujan, tidak terasa pukul 03.00 WIB aku dan beberapa temanku sampai di basecamp Gunung Gede Pangrango, kami memiliki tujuan untuk mendaki Gunung Gede. Sebelum adzan subuh aku dan teman-temanku yang terdiri dari delapan orang mulai bersiap, berdoa Bersama, dan memulai perjalanan. Sekarang, aku akan memperkenalkan teman-temanku dulu, ya, perempuan berjumlah tiga orang dan laki-laki enam orang. Putri, Caca, Dika, Vito, Putra, Faisal, Dito, dan Zaki mereka adalah teman saat aku masih duduk di bangku SMA.

    Tidak terasa mentari mulai merangkak naik dari ufuk timur, sangat indah. Kami memutuskan untuk terus berjalan, tapi aku merasakan ada yang aneh di dalam tubuhku, rasanya pusing dan ingin muntah. Mungkin ini yang dirasakan orang saat pertama kali mendaki dan kebetulan aku sudah sangat lama tidak mendaki gunung. Saat diperjalanan Caca, Dika,Vito, Dito, dan Faisal berjalan sangat cepat sampai akhirnya aku, Putri,Putra, dan Zaki dibelakang, ya tidak apa-apa, kita berjalan dengan perlahan tapi pasti. Tiba-tiba terdengar perdebatan Putra dengan Putri, mungkin Putra cemburu saat Putri berfoto dengan laki-laki lain, haha. Aku dan Zaki terus berjalan sampai akhirnya kami terpisah dengan Putra dan Putri. Setelah berjalan selama kurang lebih empat jam akhirnya aku dan teman-temanku yang lain berkumpul lagi, mereka menunggu kami sambil istirahat sejenak. Ada yang tidur, ada yang makan, ada yang memainkan gawainya meskipun tidak ada jaringan internet yang sampai, tapi ya Putri duduk sendirian tidak bergabung dengan kami, mungkin dia masih sedikit kesal kepada Putra. Setelah semua selesai kami melanjutkan perjalanan, sama seperti tadi aku, Putri, Putra, dan Zaki selalu berada paling belakang yang lain sudah tidak terlihat dimana posisinya. Kami berempat sudah melewati beberapa pos dan waktu menujukan pukul 14.30 WIB kami sampai di pos empat itu tandanya Alun-Alun Surya Kencana sudah di depan mata, tidak lama-lama beristirahat, kami memutuskan untuk berjalan dan betapa kagumnya aku saat melihat lapang yang sanngat luas di taburi bunga edelweiss, gundukan awan seperti permen kapas, dan mentari terlihat sangat jelas. Hampir satu jam kami beristirahat dan mengisi perut yang sudah lapar dari tadi. Kami memutuskan untuk mendirikan tenda di Alum-Alum bagian barat, tapi nampaknya Putri tidak mau untukmeneruskan perjalanan kesana. Sepanjang perjalanan ia diam dan murung tidak berbicara dengan siapapun. Ternyata, areanya sangat penuh tapi kami masih mendapatkan tempat di kaki gunung Gede, anginnya sangat dingin meskipun sudah memakai jaket yang tebal. Keeseokan harinya ternyata putri tidak ada dalam tenda, ia pergi sendirian, entah kemana. Kami mencari-cari dia dan tidak menemukan jejaknya, akhirnya kami balik lagi ke tenda dan menyiapkan sarapan agar saat Putri Kembali ia tinggal ikut sarapan. Dan benar saja, ia Kembali ke tempat kami mendirikan tenda tapi dengan wajah yang murung, dia di temani oleh Putra. Sedangkan aku diajak untuk melanjutkan perjalanan menuju Puncak Gunung Gede, dan aku dibuat terkejut lagi saat melihat keindahannya, sungguh tidak bisa digambarkan melalui kata-kata. Sangat indah. Putra tiba-tiba datang dan kami kaget karena dia tidak Bersama Putri.

    “aku menyusul kalian, Putri tidak mau ikut, cape katanya.” Ucap Putra.

    Dan akhirnya kami mengabadikan momen kebersamaan kami lalu Putra turun lagi, takut Putri kenapa-napa katanya. Dia turun ditemani oleh salah satu teman ku yang bernama Dito. Yang lainnya termasuk aku masih diam di puncak dan menikmati pemandangan Gunung Pangrango yang berdiri dengan gagah. Tapi, tidak lama kami menyusul Putra dan Dito, sesampainya kami di tenda betapa kagetnya satu tenda tidak ada, yang artinya mereka bertiga sudah turun duluan untuk Kembali ke basecamp. Putri berjalanan menuju basecamp saat Putra dan Dito berjalan menuju tenda, segera lah Putra dan Dito membereskan tenda dan menyusul Putri yang akhirnya bertemu di pos tiga. Mereka bertiga turun dan kami masih ada di tempat mendirikan tenda. Rencananya aku dan teman yang lain akan membuat makanan dulu agar kami tidak istirahat untuk makan saat perjalanan turun. Pukul menunjukan pukul 12.30 WIB dan mulai membereskan tenda dan tas yang kami bawa, mulai berjalan pukul 13.00 WIB, dan kami sampai basecamp pukul 21.30 WIB. Saat sampai ternyata Putri,Putra, dan Dito sudah ada di basecamp, Putri dan Putra ternyata sudah tidak bertengkar dan sikap Putri pun sudah mulai biasa kepada kami. Aku dan teman ku yang baru sampai basecamp mandi dan bersiap-siap untuk Kembali ke Kota tempat aku tinggal.

    Mungkin memang benar mendaki itu melelahkan, menghabiskan waktu, membuang langkah dengan sia-sia. Tapi, itu menurut kalian yang belum pernah merasakan kebersamaan saat ada di perjalanan, saling menyemangati antar pendaki, dan bonusnya adalah bisa melihat ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa. “Berjuta pengalaman hidup akan kamu temukan saat dalam perjalanan menuju sebuah tujuan. Setiap langkah akan menjadi kisah dan setiap perjalanan akan selalu menjadi kenangan. Lelah adalah resiko, puncak adalah bonus,dan pulang dengan selamat adalah tujuan.” – AM

    Bagikan ke

    Comment Closed: Ribuan Langkah yang Menjadi Kisah

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Kecuali? a. To Live b. To Love c. To Listen d. To Leave the Legacy Jawaban: c. To Listen Menurut Stephen Covey Manusia Memiliki Kebutuhan Dasar, Berikut Pembahasannya: Stephen Covey, seorang penulis dan konsultan manajemen terkenal, dalam karya-karyanya sering membahas tentang kebutuhan dasar manusia. Dalam bukunya yang terkenal, […]

      Jun 25, 2024
    • Hari sudah menunjukkan pukul 14.30. Suasana di sekolah tempat Ustadz Hamdi mengabdikan diri sudah mulai sepi. Anak-anak sudah banyak yang pulang. Ustadz Hamdi masih duduk di meja kerjanya sambil memeriksa satu persatu tugas murid-muridnya. Saat itu tiba-tiba HP Ustadz Hamdi berdering “Kriiing, kriiing, kriiing…”  “Halo…., Assalamu alaikum !”  “Wa alaikum salam. Ini Lisa, pak Ustadz.” […]

      Jun 06, 2024
    • Aku adalah teman sekelas Sky di SMP, kami berada dikelas yang sama selama 3 tahun. Sekarang setelah masuk SMA kami berada di sekolah dan kelas yang sama. Sky selalu menjadi orang terpopuler di sekolah, Sky tinggi,  tampan, dan sangat ramah. Namun sayangnya aku merasa dia selalu dingin hanya padaku, aku bahkan tidak tau alasan dibalik […]

      Jun 10, 2024
    • Mahaga Belom Bahadat adalah bahasa Dayak Ngaju yang mempunyai makna yaitu menjaga kehidupan yang saling menghargai, menghormati serta menjunjung tinggi kehidupan Adat Istiadat maupun tradisi kearifan lokal di wilayah yang kita tempati. Era zaman sekarang ini sudah banyak sekali para generasi yang melupakan prinsif-prinsif hidup yang telah dulu ditinggalkan para leluhur(nenek moyang) kita, padahal banyak […]

      Jun 02, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021