Aku sendiri di ujung landasan ini,
Sunyi menusuk, satu-satunya teman sejati.
Awan di atas membekas murka,
Saat kuingat dirimu, hilang dalam gulita.
Ku lihat wajahmu, ku dengar kata-katamu,
Namun hangat pelukmu telah pudar dariku.
Maafkanlah aku atas waktu yang terbuang,
Di akhir hayatmu, takdir berbelok ke jurang.
Saat ku kejar bayangan, hidup yang tak ku mengerti,
Ragaku di sana, namun jiwaku tak di sisi.
Seharusnya aku bernyanyi dan tertawa bersamamu,
Kini tangan hampa tak bisa menggapaimu.
Penyesalan yang kurasa, sebuah pedih yang sia,
Hidup tanpamu, tak lebih dari hujan semata.
Tak lagi ada nasihat, tak lagi ada senyummu yang teduh,
Hanya ruang hampa yang tak pernah penuh.
Jiwaku rapuh, terasa hancur lebur,
Ingin ku genggam tanganmu, apa pun ku tukar.
Tapi yang tersisa hanya mimpi dan jurang yang sepi,
Kehilanganmu luka abadi, takkan pernah terobati.
Aku rindu pulang, walau rumah t’lah jadi kubur,
Berdiri di makammu, doakanmu agar terlelap tidur.
Berucap selamat tinggal, dengan hati yang hancur luluh,
Cerminkan cintamu di air mata yang berjatuhan di pipiku.
Tapi ku terperangkap, Ma, di tempat yang sunyi ini,
Pesawat tak datang, sebuah aib yang menghantui.
Hanya suara tembakan, lagu pilu yang berulang,
Rinduku untuk pulang harus tertunda, begitu panjang.
Maafkan aku, Ma, sesalku terus bergema,
Hanya ini yang tersisa di Hari Ibu kali ini, selamanya.
23 Desember ‘23
Kreator : Vidya D’CharV
Comment Closed: Rindu di Ujung Landasan Tapulinik
Sorry, comment are closed for this post.