KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Rindu Tak Terbalas

    Rindu Tak Terbalas

    BY 03 Jul 2024 Dilihat: 167 kali
    Rindu Tak Terbalas_alineaku

    Siang itu dengan tekad yang bulat Mang Komar berangkat dari Jawa Tengah menuju Lampung, dengan tujuan hendak mencari rezeki. Sebenarnya sudah bukan waktunya lagi orang tua seusia Mang Komar pergi merantau. Usianya yang kini kurang lebih sudah mencapai 60 tahun tentu membuat tenaganya tak sekuat dulu. Namun semangatnya untuk menghidupi keluarga membawanya ikut bekerja sebagai pekerja jalan. Kebetulan waktu itu ia mendengar kabar dari tetangganya ada proyek pembangunan jalan ke Lampung. Tanpa pikir panjang ia pun segera mendaftarkan diri. Kondisi ekonomi keluarga yang sulit dan lapangan pekerjaan yang sangat minim membuat kehidupan mang Komar dan keluarga sangat memprihatinkan. Ditambah harga-harga kebutuhan pokok yang kian melambung tinggi.

    Dulu ia terbiasa menyadap nira aren milik saudaranya untuk dibuat gula merah. Itupun hasilnya tak seberapa karena harus bagi hasil dengan si pemilik aren. Terkadang ia juga buruh tani di kampungnya saat musim tanam padi tiba. Namun sekarang padi-padi itu tinggal beberapa bulan lagi panen. Sementara pohon-pohon aren yang biasa disadapnya sudah kurang produktif. Sang istri juga terbiasa buruh cuci pakaian ke tetangga, tapi hasilnya hanya cukup untuk membeli sayur sehari-hari.

    Sesampainya di Lampung, ia teringat dengan saudara kandungnya yang sudah lama sekali tidak bertemu. Kurang lebih sepuluh tahun lamanya tidak saling mengunjungi. Selain jarak tempuh juga karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung. Jangankan untuk ongkos ke Lampung, buat makan sehari-hari saja rasanya sangat sulit. Seminggu telah berlalu sejak ia bekerja ikut mandornya itu, keinginannya untuk bertemu saudaranya pun makin besar. Kerinduannya itu membuatnya sering bermimpi bertemu dengan Kang karim saudara kandungnya. Hal itu membuat batinnya terasa tersiksa. Bahkan hal itu cukup mengganggu pikirannya. Segera diutarakan keinginannya itu kepada mandornya. Sebenarnya sang mandor merasa berat hati dengan permohonan Mang Komar, mengingat baru satu minggu mang Komar bekerja.  Tapi karena keinginan Mang komar yang begitu besar membuatnya tak tega hingga akhirnya mengizinkannya.

    Pagi itu dengan wajah yang berbinar-binar dan penuh semangat, Mang Komar segera mencari kendaraan ke arah daerah tempat saudaranya tinggal. Rasanya ia sudah tidak sabar lagi untuk segera bertemu. Perjalanan yang cukup panjang membuat tubuh tuanya mulai merasa lelah dan matanya pun mengantuk. Dalam tidurnya ia bermimpi bertemu saudaranya itu. Saudaranya memakai baju serba putih dengan wajah tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahnya. Mang Komar pun segera memanggil namanya. “Kang Karim..Kang Karim..!”, teriaknya. Namun yang dipanggilnya justru tiba-tiba menghilang. Tersentak kaget ia saat sang sopir membangunkan tidurnya. “Mbah..Mbah..bangun, sudah sampai pasar”. “Astaghfirullahaladzim”….sudah sampai rupanya, Ya tuhan kiranya aku hanya bermimpi”. Ucapnya. Segera ia turun dari mobil dan membayar ongkos ke sopir sambil tak lupa mengucapkan terima kasih. 

    Jarak dari pasar menuju rumah Kang Karim kurang lebih hanya seratus meter, jadi Mang Komar tak perlu naik ojek. Sementara keluarga di Jawa tengah cemas menunggu kabar di mana keberadaan Mang Komar. Karena ternyata beliau pergi tanpa pamit. Entah lupa atau memang sengaja. Tinggal beberapa langkah kaki saja mang komar sampai di rumah Kang Karim, namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat bendera kuning tertancap tepat di depan rumah saudaranya itu. “Ya Tuhan…ada apa ini?, benarkah Kang Karim meninggal?, inikah arti mimpiku tadi di mobil?. Ah, mudah-mudahan saja bukan”. Begitu katanya dalam hati.

    Assalamu’alaikum…pintu rumah sudah terbuka dan nampak ibu-ibu tua menyambut kedatangannya. “Yuk, bagaimana kabarmu?”. Tanyanya pada perempuan tersebut. Ia adalah istri dari Kang Karim. Yang ditanya bukannya menjawab malah menangis tersedu-sedu. “Yuk, ada apa ini?, siapa yang meninggal, kenapa ada bendera kuning di depan?”. Begitu pertanyaan itu terlontar dari mulutnya. “Kakangmu Mang..”. Jawab Yuk Darni. “ Innalillahi wainnailaihi rojiun, ya ampun Kang… kenapa engkau sudah pergi?. Kerinduanku kini tak kan pernah terobati”. Ucap Mang Komar. Lalu ia pun terdiam dan duduk di kursi sambil meneteskan air mata. Ia baru sadar mengapa selama ini kerinduannya begitu mendalam pada saudaranya itu. Tak lama ia meminta tolong keponakannya untuk menghubungi keluarganya di Jawa, guna memberitahu keberadaannya sekarang. “ Maafkan aku Kang, aku yang selama ini tak pernah mengunjungimu, dan sekarang engkau pergi takkan pernah kembali lagi. Hanya doa yang bisa kupanjatkan, semoga kau tenang di sana”. Ucapnya dalam hati.

     

     

    Kreator : Sri Dewi Rejeki

    Bagikan ke

    Comment Closed: Rindu Tak Terbalas

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021