Aku mahasiswa pendidikan matematika semester 6. Aku melaksanakan PPL di SMP Negeri bersama Reyhana dari jurusan pendidikan olah raga. Karena cuma berdua, aku menjadi akrab dengannya. Kupanggil dia mbak Reyhana karena dua tahun lebih tua dariku.
“Pulang nanti, mbak mampir ke kostmu ya Rin!” kata Reyhana.
“Dengan senang hati mbak, rumahku tidak jauh kok dari sini, makanya aku cuma jalan kaki,” kataku dengan semangat.
“Nanti aku bonceng deh, aku bawa motor, kostku di belakang RRI, rumah cat hijau,” ujarnya.
“Ya mbak, tapi kalau bisa mampir dulu ke samping rumah di pinggir sawah itu, aku ingin antar jahitan,” kataku sambil menunjuk rumah yang berada di pinggir sawah.
Matahari terasa menyengat, menembus bagian belakang punggungku. Tapi hatiku saat itu gembira, karena diantar mbak Hana pulang ke kost. Ku pegang erat-erat pinggangnya, karena dia mengendarai motor agak kencang. Tiga puluh menit, sampailah ke kostku.
“Ayo, mbak, masuk saja, tidak ada siapa-siapa kok, dua temanku semua pulangnya sore karena kursus dulu,” ajakku sambil menggandeng tangannya.
“Kalau lelah dan ngantuk, mbak bisa tiduran dulu, aku akan siapkan makan untuk mbak.”
“Nggak ah, mbak di sini saja, suasana enak di luar, anginnya semilir!” katanya sambil melepas genggamanku dan segera duduk di teras.
“Oh ya, nggak usah repot-repot, mbak cuma sebentar kok.”
Aku segera masuk kamar, berganti pakaian, lalu keluar lagi sambil membawa cemilan dan minuman.
“Rin, bolehkah mbak minta tolong? Kamu kan pintar jahit, rok PPL mbak tadi robek nih, sambil menunjukkan roknya yang sobek. Tidak usah buru-buru, besok saja bawa ke sekolah, aku masih ada rok satunya!” katanya.
“Ya mbak, nanti aku jahitkan,” jawabku sambil mengambil rok PPL nya.
“Sudah ya, Rin, mbak pulang dulu, barangkali kamu mau istirahat. Aku istirahat di kostku saja,” Mbak Hana pamit.
“Yah, kok cuma sebentar mainnya, belum puas nih, ditemani!” kataku.
Sebelum keluar pagar, kutarik, dan kupeluk dia, kubisikkan ke telinganya, agar sering-sering ke kostku, karena aku sering sendirian. Dia hanya mengangguk tersenyum.
Jam empat sore aku sudah selesai menjahit rok PPL nya yang robek. Aku ingat Reyhana pernah bilang rumahnya cat hijau dekat RRI . Aku ingin mengantar roknya, sekalian ada yang ingin kubeli di luar untuk keperluan praktik mengajar besok. Pasti dia akan senang karena aku sudah menyelesaikan dan mengantar roknya.
“Apakah ini rumah Reyhana?” tanyaku kepada seorang pemuda di depan rumah cat hijau.
“Rey, ini ada yang mencari!” teriaknya dengan keras.
Yang dipanggil segera datang. Seorang laki-laki bertelanjang dada sambil memegang majalah. Aku kaget, jantungku rasanya mau copot, bungkusan rok PPL yang kubawa pun terjatuh.

Tri Setyawati. Lahir di kota Kebumen, Jawa Tengah. Penulis adalah ibu dari dua orang anak dan menjalani keseharian sebagai pendidik di Pondok Pesantren Al-Zaytun Indramayu. Buku Antologi pertama dan keduanya berjudul “Diary Seorang Guru” dan “My Unforgettable Song” diterbitkan di tahun 2022. Jejak bisa ditemukan di akun instagram tri_setyawati23. Kedewasaan akan terbina jika kita bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dan bukan lari dari tanggung jawab.
Comment Closed: Rok PPL
Sorry, comment are closed for this post.