Sungguh bukan sebuah kebetulan tokoh dan judul lagu ini benar-benar ada, dia memang bernama Rossa dan dia memang seorang yang tegar. Rossa sang artis yang menyanyikan lagu Tegar, bukan mencontek Rossa temanku ini, dan temanku Rossa pun menjalani hidupnya dengan tegar bukan karena ingin mencontek lagu Rossa. Lagi pula temanku Rossa mungkin lebih dahulu lahir daripada Rossa yang artis, terus masalah hidup Rossa temanku ini mungkin sudah dijalaninya sebelum lagu Rossa meledak.
Rossa seorang gadis cantik, senyumnya menawan, bulu mata lentik, hidung mancung, berambut panjang ikal terurai indah, tubuhnya ideal langsing semampai. Begitu lulus SMA dia merasa sangat beruntung sebab pinangan seorang pria sudah menantinya. Pria tampan, bekerja di Perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang Pengusahaan Hutan. Yang jelas pria itu menginginkan Rossa dan ayahnya sudah menerima pinangan Setyo untuknya. Hal ini membuat Rossa tidak sempat menanyakan dirinya apakah dia mencintai pria tersebut atau tidak, yang Rossa tahu hanyalah ada pria yang ingin menjadikan dirinya isteri, pendamping hidupnya.
Pesta pernikahan mereka dilangsungkan dengan meriah, dengan tamu undangan yang datang berasal dari berbagai kalangan, keluarga kerabat, teman-temannya dan teman-teman Setyo, teman-teman ayah dan mamanya. Acara pesta lancar, semua indah, semua bahagia, semua puas begitu acara selesai. Tinggal berbulan madu dan perkenalan dirinya dengan pihak keluarga Setyo di kampung halaman Setyo di Yogyakarta. Rosa merasa sangat senang, dia mengimpikan ke Jokjakarta seperti teman-teman SMA-nya yang ingin melanjutkan kuliah di sana. Sekarang dirinya ke Jogja tapi bukan sebagai mahasiswi yang berkuliah di sana tapi sebagai isteri pria Jogja. Ah ..apa bedanya ? Yang penting ke Jogja, melihat Malioboro, ke pantai Parangtritis, mengunjungi Candi Borobudur dan candi-candi lainnya. Oh Rossa yang begitu polos.
Seolah waktu berjalan begitu cepat bagi Rossa, dia sudah menjadi seorang isteri di usia muda belia, yang baru saja lulus SMA. Sekarang dia harus bersiap-siap mengikuti suaminya ke Yogyakarta, ke tempat yang sangat jauh di pulau lain di seberang lautan sana. Padahal Rossa belum pernah pergi sejauh ini meninggalkan keluarganya, berjauhan dalam waktu yang lama terpisah dari orang tua dan saudara-saudaranya. Namun Rossa bukan lagi anak yang harus minta perlindungan dalam ketiak ibunya, dia harus menjadi wanita dewasa yang mendampingi suaminya kemanapun suaminya membawanya. Dengan perasaan yang bercampur aduk Rossa mengemas barang-barangnya, bersiap untuk berangkat ke Yogyakarta. Singkat cerita Rossa dan Setyo sudah berada di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, keluarganya mengantarkan dan melepas keberangkatan pasangan pengantin baru ini dengan rasa haru. Rossa berpamitan dan memeluk erat Mama dengan air mata yang menetes di pipinya dia minta doa dan memohon restu Mama. Mama pun demikian dengan air mata yang berderaian melepaskan putrinya dan mengucapkan kata-kata nasihat dan ungkapan perasaan kasih sayangnya, doa dan harapannya.
“Selamat tinggal keluargaku” ucap Rossa dengan penuh haru “doakan Rossa ya!”
“Dadah sayang Mama” suara Mama bergetar menahan tangis “jangan lupa temui Pamanmu di sana, Nak!”
“Iya Ma. Dadah Ma, Pa, dadah semuanya ” Rossa merasa matanya kabur tertutup air matanya yang menyembul lagi.
Suami rossa menggandengnya… memasuki badan pesawat, mencari nomor kursi penumpang sesuai dengan yang tertera di tiket. Tidak terlalu lama setelah itu pesawat pun mengudara meninggalkan Pulau Kalimantan tercinta. Rossa sempat pusing dan mual di dalam pesawat, Setyo pun dengan penuh sayang memijat kepala istrinya dan mendekapnya, menenangkan isterinya yang sedih karena harus berpisah jauh dari keluarganya. Setyo sangat sadar bahwa dirinyalah keluarga Rossa satu-satunya di Jogja nanti, dia harus menjaga isterinya dengan sebaik-baiknya. Setyo menghela nafasnya berkali-kali, menghempaskan semua kegalauan yang juga berkecamuk di dalam dadanya.
Tiba di Jogja pasangan ini langsung dijemput Mas Tomo, kakaknya Setyo. Begitu tiba di rumah keluarga Setyo Rossa mendapat sambutan yang hangat yang menerimanya dengan hati terbuka. Rossa merasa sangat bahagia dan merasa lengkap. Mereka mengunjungi tempat-tempat wisata di Jogja dan sekitarnya, menikmati keindahan dan keramahan khas Yogyakarta.
Di bulan pertama di Yogyakarta Rossa pun menunjukkan tanda-tanda kehamilan, dan setelah diperiksa ternyata dirinya memang positif hamil dan memasuki minggu kedelapan. Rossa mengingat kembali dengan Dokter kandungannya kapan hari pertama terakhirnya, ternyata sebelum hari pernikahannya. Berarti malam pertamanya tepat saat dirinya sedang subur, pantaslah terjadi kehamilan. Sembilan bulan usia kehamilannya Rossa melahirkan bayinya seorang putri mungil yang cantik, mewariskan kecantikan Rossa. Bayi lucu yang diberi nama Evaniya dengan harapan putrinya menjadi wanita penurut yang membawa ketenangan bagi keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Demikianlah selanjutnya kesibukan Rossa adalah merawat dan mengurus bayinya, mencurahkan seluruh rasa kasih dan sayangnya.
Sampai suatu ketika Rossa menyadari bahwa ada sesuatu hal yang janggal dan berubah dalam diri suaminya. Pada saat itu hari Lebaran, merupakan saat kumpul keluarga besar Setyo. Di saat seorang wanita cantik yang tampil dengan rasa percaya diri yang dibangunnya dengan susah payah mendekati Rossa. Wanita ini menggendong bayi yang usianya sedikit lebih tua dari Evaniya bayinya. Wanita itu mendekati Rossa dan mengucapkan kata-kata yang mungkin sudah disusunnya sejak lama.
“Dek Rossa jangan kaget ya, anak ini adalah putranya Mas Setyo juga” Rossa nyaris tersedak, jiwanya serasa melayang entah ke mana “Saya adalah istri pertama Mas Setyo” wanita itu melanjutkan kalimatnya tanpa rasa peri ´kewanitaan´. Oh mama oh papa, apakah arti semua ini? jerit hati Rossa. Lalu setelah itu kegelapan menimpa dirinya. Setelah sadar Rossa berada di kamar tidurnya dengan segala rasa yang masih berkecamuk, sebenarnya dia ingin meneruskan tidurnya tanpa perlu terjaga lagi. Namun tangis Evaniya menyadarkannya, sehingga dia menghapus air matanya dan hanya ingin penjelasan dari Setyo, mengapa terjadi seperti ini.
Ternyata sebelum Setyo menikahi Rossa, ia terpaksa menikahi Mbak Ning karena hamil, namun Setyo pun tidak dapat membatalkan pernikahan dengan Rosa sebab lamarannya sudah diterima oleh Papa Rosa. Dengan izin dari Mbak Ning, Setyo menikahi Rossa di Kalimantan. Setyo sangat mencintai keduanya dan tidak ingin menceraikan salah satu dari mereka.
Rossa sangat terpukul namun dia harus menerima sebab dia tidak dapat memprotes karena posisinya bukan dia yang merebut suami Mbak Ning, namun Mbak Ning lah yang merelakan Setyo menikahi dirinya. Rossa memang tidak ingin diduakan tetapi justru dirinyalah yang nomor dua. Tidak ada kata lain yang dapat dilakukan Rossa selain tegar menghadapi hal ini. Menjadi istri kedua Setyo Nendi.
Comment Closed: ROSSA YANG TEGAR
Sorry, comment are closed for this post.