Setiap rumah tangga pasti memiliki masalahnya masing-masing. Tidak bisa disamakan antara satu dengan yang lainnya. Tidak dipungkiri bahwa masalah-masalah itu dapat memicu timbulnya pertengkaran antara suami dan istri dalam sebuah rumah tangga. Bisa sebuah pertengkaran kecil atau bahkan pertengkaran besar.
Pertengkaran-pertengkaran kecil itulah yang kebanyakan sering dialami oleh pasangan suami istri. Tidak jarang pertengkaran itu terjadi hanya karena hal-hal sepele. Seperti yang terjadi antara pasangan suami istri yang satu ini. Pak Dalu namanya, seorang pegawai kantoran swasta yang hampir setiap hari dibawakan bekal makanan oleh istrinya. Sore itu, setelah Pak Danu menyandarkan tubuhnya di atas sofa ruang tengah, terdengar suara sang istri.
“Pak, kok bekalnya masih utuh tidak dimakan?” tanya Bu Dalu seraya mengerutkan kening.
“Iya, tadi di kantor ada yang syukuran, bagi-bagi makanan. Jadi, bekalnya belum sempat dimakan.” Tutur Pak Dalu dengan nada pelan.
“OH, kalau begitu bekal yang Ibu bawakan tidak enak maksudnya?” ucap Bu Dalu dengan nada sewot.
“Bukan begitu, Bu.” jawab Pak Dalu dengan nada tenang.
“Ya udah, besok-besok lagi Ibu tidak mau membawakan bekal lagi buat Bapak, titik!” tutur Bu Dalu dengan nada tegas.
“Jangan begitu Ibu, nanti Bapak makan apa?” ucap Pak Dalu dengan nada memelas.
“Pikir saja sendiri! Hari ini ada syukuran, kemarin lupa makan karena banyak kerjaan, besok alasan apalagi? Hem?” tutur Bu Dalu dengan nada ketus.
“Wealah, salah lagi.” ucap pak Dalu sambil menepuk jidat dan berusaha tetap tenang menghadapi istrinya yang mudah marah.
Selalu serba salah dimata istrinya, setiap bekal makanan yang dibawa tidak dimakan dan dibawa pulang ke rumah. Sebagai seorang istri, Bu Dalu memang rajin membawakan bekal makanan untuk suaminya. Ia tidak ingin suaminya terlambat makan saat di kantor. Namun, terkadang niat tulusnya ini justru menjadi pemicu emosi. Ia ingin agar suaminy memahami perhatian yang ia berikan, terlebih lagi bekal yang disiapkan sudah direncanakan pada malam sebelumnya. Ia hanya ingin dimengerti, meskipun ia sendiri juga belum bisa sepenuhnya memahami keadaan suaminya.
Begitupun dengan Pak Dalu, Ia juga menyayangi istrinya. Namun, terkadang apa yang dilakukannya justru membuat istrinya marah. Ia lebih memilih untuk mengalah dan banyak diam ketika istrinya marah. Ia berpikir bahwa dengan diam, pertengkaran tidak semakin berlarut-larut. Tidak jarang justru Bu Dalu meneteskan air mata jika melihat sikap suaminya. Ia merasa tidak dianggap. Perasaan hatinya terlalu sensitif.
Meskipun usia pernikahan yang mereka jalani sudah hampir 20 tahun lamanya, namun demikian mereka masih harus banyak belajar. Belajar memahami dan mengerti satu sama lain. Karena perbedaan sifat dan karakter yang ada pada mereka.
Kreator : Putri Noviana
Comment Closed: Rumah Tangga (Part 1)
Sorry, comment are closed for this post.