KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » SAAT SEMUA TERLAMBAT

    SAAT SEMUA TERLAMBAT

    BY 31 Mei 2025 Dilihat: 77 kali
    SAAT SEMUA TERLAMBAT_alineaku

    Awan sore menggantung rendah di langit kota. Rintik hujan turun pelan, seperti mewakili perasaan Damar yang tak menentu. Ia duduk di bangku taman, menatap langit abu-abu dengan pandangan kosong, sesekali menghela napas panjang. Di sebelahnya, Kirana tersenyum, mengenakan jaket abu dan celana jeans sederhana. Hujan tak membuatnya kehilangan pesonanya.

    “Kamu masih suka hujan?” tanya Damar, mencoba menyembunyikan gundahnya.

    Kirana mengangguk pelan. “Masih. Selalu. Sama kayak dulu.” jawabnya, sambil memainkan ujung lengan jaket.

    “Dulu kita selalu lari-lari di bawah hujan sepulang sekolah.” kata Damar, tersenyum samar. “Kamu yang selalu pertama basah kuyup.”

    Kirana tertawa kecil, lalu memandang Damar. “Dan kamu yang selalu minjemin jaket, terus masuk angin besoknya.”

    Damar ikut tertawa, tapi dalam hatinya perih. Sejak SMA, mereka bersahabat. Kirana adalah sosok yang ceria, penuh semangat, dan selalu ada. Mereka tumbuh bersama, saling mendukung di masa-masa sulit, tertawa di hari-hari penuh tawa. Tapi seiring waktu, perasaan Damar berubah. Ia tak lagi melihat Kirana sekadar sahabat. Ia jatuh cinta.

    Masalahnya, Kirana sudah bertunangan. Calon suaminya tinggal di luar kota, seorang pria yang ia kenal dari masa kuliah. Mereka menjalani hubungan jarak jauh, dan dalam beberapa bulan, Kirana akan menikah.

    “Undangan pernikahan sudah selesai dicetak,” kata Kirana tiba-tiba, suaranya pelan, seperti sadar kalimat itu berat untuk diucapkan.

    Damar menoleh, hatinya tercekat. “Wah… berarti tinggal nunggu hari ya?”

    Kirana mengangguk. Tapi ada keraguan di wajahnya, sesuatu yang tak biasa. “Tapi, aku… akhir-akhir ini aku bingung, Dam.”

    Damar diam. Ia takut mendengar kelanjutannya, tapi juga ingin tahu. “Bingung kenapa?”

    Kirana menggigit bibirnya, menunduk. “Sama kamu. Sama perasaan aku sendiri.”

    Suasana jadi hening. Hujan makin deras. Damar menoleh, menatap mata Kirana yang mulai berkaca-kaca.

    “Kenapa baru sekarang kamu bingung?” tanya Damar dengan suara nyaris berbisik.

    “Karena selama ini aku pikir kamu cuma sahabat. Tapi makin dekat hari pernikahan, makin sering kita ketemu, makin sering kita ketawa bareng… aku jadi mikir, apa yang aku rasain ini lebih dari sekadar persahabatan.”

    Damar menelan ludah. Ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

    “Kir, aku juga punya perasaan itu… dari dulu,” ucapnya pelan, nyaris tak terdengar. “Tapi kamu udah punya dia. Aku gak mau hancurin itu.”

    Kirana menatap Damar dengan mata berkaca-kaca. “Kenapa gak bilang dari dulu?”

    “Karena aku pikir kamu bahagia,” jawab Damar. “Dan aku terlalu takut kehilangan kamu, bahkan sebagai teman.”

    Hujan kini menjadi simfoni kesedihan. Dua hati yang saling mencintai, tapi terjebak dalam waktu yang salah.

    “Aku gak tahu harus gimana, Dam,” lirih Kirana. 

    “Aku sayang dia. Tapi aku juga… aku juga sayang kamu.”

    Damar menunduk. “Mungkin… kita terlalu nyaman jadi sahabat, sampai gak sadar kita saling jatuh cinta.”

    Kirana mengangguk pelan. Air mata jatuh di pipinya. Damar menghapusnya dengan jemari yang gemetar.

    “Kalau saja waktu bisa diputar,” bisik Damar.

    “Tapi waktu gak bisa,” potong Kirana. Suaranya bergetar. “Dan, aku gak mau menyakiti siapa pun.”

    Keduanya terdiam, tenggelam dalam kesunyian yang menyakitkan. Mereka tahu bahwa apa yang mereka rasakan nyata, tapi mereka juga tahu bahwa hidup tidak sesederhana itu.

    “Aku akan datang ke pernikahanmu,” kata Damar akhirnya. “Dan aku akan tetap jadi sahabatmu, meski hati ini gak akan pernah sama lagi.”

    Kirana menutup matanya, menahan isak. “Terima kasih, Dam. Karena selalu ada. Karena selalu mencintaiku, diam-diam.”

    Damar berdiri. “Selamat bahagia ya, Kir. Walau bukan denganku.”

    Ia melangkah pergi, meninggalkan taman yang basah oleh hujan dan air mata. Di belakangnya, Kirana duduk terpaku, menggenggam undangan pernikahannya yang diam-diam mulai basah.

    Kadang, cinta datang di waktu yang salah. Dan meski dua hati saling mencintai, tak semua kisah berakhir bersama.

     

     

    Kreator : Siti Rahmah

    Bagikan ke

    Comment Closed: SAAT SEMUA TERLAMBAT

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021