Sajak Asa Sang Pemimpi
Tugas mulia mendidik generasi bangsa
Di bawah sumpah bakti untuk negeri tercinta
Terpatri janji merajut asa masa depan
Dengan kesabaran dan ketulusan
Meski langkah tiada seindah harapan
Garda terdepan memerangi kebodohan
Gempuran masa teknologi gemilang
Terkikisnya akhlak dan adab ketimuran
Kami tiada mampu derana sendirian
Menggapai cita setinggi langit
Adalah kita, bukan kami
Bersama kerahkan daya upaya
Adalah kita, bukan kami
Insan cendekiawan yang peduli
Tanpa kerjasama, dukungan, dan doa
Cita kami sekedar angan-angan
Senja Menggenggam Asa
Sepasang kekasih senja
Hitam legam bermandikan peluh
Gerobak usang menemani kaki renta
Mengais rezeki dari sisa keserakahan
Lelaki tua menapaki aspal panas
Demi Sang Istri, mata baginya
Bersama memecah suara sumbang
Mengumpulkan recehan, dari brankas tak berguna
Raga tidak lagi sekuat masa belia
Semangat hidup membara, bagai anak muda
Meredam lapar dari rupiah halal
Pantang meminta belas kasihan
Sabita asa tergantung di langit malam
Mengharap belas kasih Yang Maha Kuasa
Insan kerdil tiada berdaya
Bertarung dalam buasnya kehidupan
Insan Cendikiawan
Sinar harapan bagi dunia
Mengubah paradigma pendidikan
Hilangkan kebodohan dengan ketulusan
Memanusiakan manusia
Pejuang Tangguh tiada letih
Mendidik anak Negeri
Menggapai cita mulia
Demi bangsa Indonesia
Memberi suri tauladan
Membimbing dengan kesabaran
Menguatkan jiwa seorang pelajar
Menumbuhkan cinta ilmu pengetahuan
Kerinduan Masa Lalu
Selaksa kisah dalam dekapan renjana
Bocah kampung menelusuri hutan kecil
Berenang bersama penghuni sungai
Berburu melinjo dan buah jamblang
Dara lincah bermain di antara rindang pepohonan
Lelaki dan perempuan tiada berbeda
Permainan berakhir hingga senja
Hutan kecil berselimut kegelapan
Seperti biasa, kami singgah sebentar
Pohon belimbing berbuah ranum memanggil
Tiada sanggup membayangkan kelezatannya
Bagi kami, bocah-bocah kecil
Kini, semua hanyalah kenangan
Hutan kecil itu sirna
Tempat bermain bocah kecil telah pergi
Berganti hutan beton berpagar besi
Pengembara Kerdil
Kala kisah pilu datang menyapa
Rasa hati berkecamuk nestapa
Senandung rindu, mengetuk pintu langit
Lirih berbisik dalam malam sunyi
Duhai, Tuan Penguasa Alam Semesta
Kiranya dapat hamba meminta
Hadirkan insan berwajah renta
Di antara selimut malam
Kepingan sabita kenangan
Terpendar, merentas waktu
Terkurung penyesalan masa lalu
Tiada sanggup hadirkan pengorbanan
Pengembara kerdil di kaki langit
Bertapa kesunyian hati
Ringkih bertahan hingga ujung senja
Berharap sinar asa kehidupan
Lukisan Buram 2022
Sepenggal kisah lara kanvas kehidupan
Bermula kepergian Sang Ksatria berhati hampa
Catatan kebohongan membungkam seribu tanya
Kebenaran terungkap meruntuhkan segalanya
Raga membisu menahan perih
Berjuang di antara pertarungan diri
Hidup dalam kenyataan pahit
Menghitung waktu kebahagiaan tiada henti
Empat bulan perjuangan dalam ruang kesunyian
Menahan luka, takdir Tuhan Yang Maha Kuasa
Hingga bumi menelan jasad tiada bernyawa
Hujan air mata membasahi tanah basah
Kisah Dua Insan
Kala itu…
Dering pesan membisikkan keraguan
Tragedi kecil seorang sahabat
Skenario Tuhan, Dua insan bertemu
Di antara kebisingan deru mesin bersahutan
Lalu-lalang pasang mata mencari arah tujuan
Memekik kondektur mencari penumpang
Pedagang asongan menjajakan dagangannya
Diam-diam mencuri pandang
Terpikat paras dan budi bahasa tenangkan jiwa
Tiada mampu meredam ribuan tanya
Mungkinkah telah sampai di akhir pelabuhan?
Berkecamuk rasa dalam kerinduan
Metamorfosa asmara mengubah takdir
Kisah kehidupan dua insan
Menggantung asa di langit mimpi
Setapak Harapan
Lirih hati memanggil angin kesejukkan
Tergantung asa di langit malam
Ruang tak bertuan menyapa
Bias fatamorgana dalam retina
Setapak harapan
Berkelok penuh lumpur kebohongan
Mengakar ilalang bisu
Gemercik oase kejujuran beradu
Pengembara hilang arah
Entah pada siapa hatinya merindu?
Ujung pena lelah menggoreskan tinta
Lembaran cita semu
Dua Kata
Dua kata, aku ada
Menyusun serpihan hati lara
Terseok-seok menggapai Impian
Merajut asa di antara suara sumbang
Dua kata, aku ada
Bara semangat membakar diri
Demi sebuah janji
Meski mata dunia meremehkan
Dua kata, aku ada
Tersemat bagai bintang dalam lukisan malam
Binar asa yang sempat padam
Terukir nama sang Pujangga
Dua kata, aku ada
Dunia mengakui aku ada
Tanpa memandang sebelah mata
Kreator : Diah Anggraeni
Comment Closed: Sajak Berkisah
Sorry, comment are closed for this post.