Segenggam Asa
Mata langit, ku mohon, bantulah membuka tabir kebenaran Siapa menyimpan kepalsuan dalam kejujuran lisan?
Berikan petunjuk pengembara tersesat Musafir yang lupa makna rumah
Jiwa berselimut kegelapan
Terdiam, membisu dalam kebekuan
Tiada merasakan rindu kampung halaman Tempat kebahagiaan sehangat pelukan
Hempaskan raga dalam ruang waktu
Dera batinnya mengingat semua kenangan Masa lalu yang hilang, ditelan keegoisan
Berjalan menuju arah tak menentu
Apakah masih tersisa rindu di hati? Perempuan senja setia menanti
Menahan lara bertarung hidup dalam kesendirian Asa berjumpa putra tercinta
Dekapan Malam
Aku hanya ingin bersandar Janganlah menghakimi
Hari ini terlalu berat ku lalui
Berikan pelukan hangat penuh ketulusan
Dunia terlalu bengis
Menggoreskan luka begitu dalam
Biarkan sejenak ku rasakan ketenangan Meredam jiwa yang menjerit
Bila esok, hati terpenjara resah Genggam erat tangan lemah ini Topang raga ringkih ini
Menghadapi pertarungan kehidupan
Wahai, belahan jiwa!
Suratan takdir telah memutuskan Engkau Nahkoda, bersama kita berlayar Mengarungi samudera kehidupan.
Celoteh Kecil Untuk Ibu
Ibu, meski raga menua
Dikau masih secantik bidadari
Ibu, langkahmu perlahan mulai ringkih Tetapi bagiku kokoh, sekuat baja
Wajah penuh kenangan pahit Kau pendam dalam senyuman
Bergetar raga menahan gempuran gelombang ganas kehidupan Biarkan segala luka hilang di tangan kecil ini.
Arti kebahagiaan adalah hangatnya rumah penuh gelak tawa Menyaksikan sang buah hati mencapai kejayaan
Meski hidup dalam kesengsaraan Engkau jalani dengan ketulusan
Ibu, janganlah terlalu risau
Biarkan kami merasakan asam garam kehidupan Doamu selalu menyertai di sepanjang jalan Kebahagiaanmu adalah penyemangat hidupku.
Celoteh Bumi
Jangan tanyakan mengapa? Hati telah membeku
Matahari begitu angkuh menjauh Bumi berselimut kegelapan
Sementara hanya riak kehidupan tenang membius jiwa Fatamorgana membuai angan
Memacu pengembara mengejar impian tak bermakna Tersesat arah tanpa tujuan
Wahai penguasa bumi! Letihkah hatimu memahami
Kau, sebagian kecil makhluk hina yang dimuliakan Mengaku diri lebih hebat dari Yang Maha Kuasa
Khalifah berkhianat membakar amarah Bumi tidak lagi tersenyum ramah
Alam menjadi senjata berdarah dingin Kebencian menyeruak dalam hati
Berharap Yang Maha Kuasa
Segera memusnakan pemimpin zalim Ringankan beban dipundaknya Bebaskan jiwa dari kesedihan
Rindu Menyapa Surga
Pantaskah merindu?
Perjalanan berat engkau tempuh, demi kami Pahit getir peperangan engkau jalani
Demi kami, umatmu
Bolehkah terus merindu?
Kisah pilu menegakkan tiang Akidah
Menuntun kaum jahiliyah dengan uswatun hasanah Untuk kemerdekaan kami, umatmu
Biarkan kami untuk merindu?
Rindu berjumpa dengan Engkau, wahai Rasullah! Meski jalan kami begitu terjal menggapai surga Tanpa kehadiranmu di dunia ya Rasul
Biarkan rindu ini mengalir
Seperti derasnya kerinduan Engkau pada kami
Meski jauh perbedaan kami dengan umatmu yang dahulu
Izinkan kami untuk selalu merindu, rindu bertemu denganmu ya Rasul.
Senandung Kekasih
Getar hati ku rasakan sendiri Mungkinkah ini mimpi?
Tampak wajah penuh kenangan Harapan yang sempat terpendam
Kala senja merona
Tuhan menghadirkan kembali
Haruskah lisan berucap syukur atau sebaliknya? Pertemuan ini tidak seharusnya terjadi
Dikau tiada seperti dulu
Rembulan malam sematkan buluh perindu Mengusik ketenangan sepanjang waktu Mengapa kehadiranmu begitu cepat berlalu?
Berdosakah bila rindu kembali menyapa? Begitu dekat namun terasa jauh
Degup jantung riang berirama Rasa ingin berdansa bersama
Bidadari yang ku rindukan Dapatkah kau merasakannya?
Dinding di antara kita terlalu kuat menghadang
Tiada mampu diri bertahan, ku relakan kau bersamanya
Irama Kehidupan
Kakek renta mengemis di pinggiran lampu merah Pemuda gagah bersembunyi dalam kostum boneka Anak kecil dengan wajah lusuh bernyanyi nada sumbang
Pak ogah menari meredam kebisingan deru mesin bersautan
Ribuan wajah lelah berlalu-lalang
Ditempa terik mentari dan debu beterbangan Sebagian menyisakan senyum keramahtamahan
Namun tidak sedikit memancarkan keangkuhan dan keegoisan
Panggung dunia kecil di kaki langit
Arena pertarungan bertahan hidup atau mati Persaingan antara kebaikan dan keburukan Mencapai puncak mata rantai, penguasa diri manusia
Dalam pikiran insan kerdil
Irama kehidupan hanya sekedar mengadu nasib Bermimpi memperoleh tahta tertinggi
Halal haram tiada peduli
Sementara Sang Pencipta bertitah Seluruh makhluk tunduk beribadah Berlomba menjadi insan bertakwa
Menggapai keridaan Tuhan Yang Maha Esa
Kreator : Diah Anggraeni
Comment Closed: Sajak Berkisah (Bagian 3)
Sorry, comment are closed for this post.