KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Sajak Berkisah (Bagian 3)

    Sajak Berkisah (Bagian 3)

    BY 12 Feb 2025 Dilihat: 121 kali
    Sajak Berkisah_alineaku

    Segenggam Asa

    Mata langit, ku mohon, bantulah membuka tabir kebenaran Siapa menyimpan kepalsuan dalam kejujuran lisan?

    Berikan petunjuk pengembara tersesat Musafir yang lupa makna rumah

    Jiwa berselimut kegelapan

    Terdiam, membisu dalam kebekuan

    Tiada merasakan rindu kampung halaman Tempat kebahagiaan sehangat pelukan

    Hempaskan raga dalam ruang waktu

    Dera batinnya mengingat semua kenangan Masa lalu yang hilang, ditelan keegoisan

    Berjalan menuju arah tak menentu

     

    Apakah masih tersisa rindu di hati? Perempuan senja setia menanti

    Menahan lara bertarung hidup dalam kesendirian Asa berjumpa putra tercinta

     

     

    Dekapan Malam

    Aku hanya ingin bersandar Janganlah menghakimi

    Hari ini terlalu berat ku lalui

    Berikan pelukan hangat penuh ketulusan

     

    Dunia terlalu bengis

    Menggoreskan luka begitu dalam

    Biarkan sejenak ku rasakan ketenangan Meredam jiwa yang menjerit

     

    Bila esok, hati terpenjara resah Genggam erat tangan lemah ini Topang raga ringkih ini

    Menghadapi pertarungan kehidupan

     

    Wahai, belahan jiwa!

    Suratan takdir telah memutuskan Engkau Nahkoda, bersama kita berlayar Mengarungi samudera kehidupan.

     

     

    Celoteh Kecil Untuk Ibu

    Ibu, meski raga menua

    Dikau masih secantik bidadari

    Ibu, langkahmu perlahan mulai ringkih Tetapi bagiku kokoh, sekuat baja

     

    Wajah penuh kenangan pahit Kau pendam dalam senyuman

    Bergetar raga menahan gempuran gelombang ganas kehidupan Biarkan segala luka hilang di tangan kecil ini.

     

    Arti kebahagiaan adalah hangatnya rumah penuh gelak tawa Menyaksikan sang buah hati mencapai kejayaan

    Meski hidup dalam kesengsaraan Engkau jalani dengan ketulusan

    Ibu, janganlah terlalu risau

    Biarkan kami merasakan asam garam kehidupan Doamu selalu menyertai di sepanjang jalan Kebahagiaanmu adalah penyemangat hidupku.

     

     

    Celoteh Bumi

    Jangan tanyakan mengapa? Hati telah membeku

    Matahari begitu angkuh menjauh Bumi berselimut kegelapan

    Sementara hanya riak kehidupan tenang membius jiwa Fatamorgana membuai angan

    Memacu pengembara mengejar impian tak bermakna Tersesat arah tanpa tujuan

    Wahai penguasa bumi! Letihkah hatimu memahami

    Kau, sebagian kecil makhluk hina yang dimuliakan Mengaku diri lebih hebat dari Yang Maha Kuasa

    Khalifah berkhianat membakar amarah Bumi tidak lagi tersenyum ramah

    Alam menjadi senjata berdarah dingin Kebencian menyeruak dalam hati

    Berharap Yang Maha Kuasa

    Segera memusnakan pemimpin zalim Ringankan beban dipundaknya Bebaskan jiwa dari kesedihan

     

     

    Rindu Menyapa Surga

    Pantaskah merindu?

    Perjalanan berat engkau tempuh, demi kami Pahit getir peperangan engkau jalani

    Demi kami, umatmu

     

    Bolehkah terus merindu?

    Kisah pilu menegakkan tiang Akidah

    Menuntun kaum jahiliyah dengan uswatun hasanah Untuk kemerdekaan kami, umatmu

     

    Biarkan kami untuk merindu?

    Rindu berjumpa dengan Engkau, wahai Rasullah! Meski jalan kami begitu terjal menggapai surga Tanpa kehadiranmu di dunia ya Rasul

    Biarkan rindu ini mengalir

    Seperti derasnya kerinduan Engkau pada kami

    Meski jauh perbedaan kami dengan umatmu yang dahulu

    Izinkan kami untuk selalu merindu, rindu bertemu denganmu ya Rasul.

    Senandung Kekasih

    Getar hati ku rasakan sendiri Mungkinkah ini mimpi?

    Tampak wajah penuh kenangan Harapan yang sempat terpendam

    Kala senja merona

    Tuhan menghadirkan kembali

    Haruskah lisan berucap syukur atau sebaliknya? Pertemuan ini tidak seharusnya terjadi

    Dikau tiada seperti dulu

    Rembulan malam sematkan buluh perindu Mengusik ketenangan sepanjang waktu Mengapa kehadiranmu begitu cepat berlalu?

    Berdosakah bila rindu kembali menyapa? Begitu dekat namun terasa jauh

    Degup jantung riang berirama Rasa ingin berdansa bersama

     

    Bidadari yang ku rindukan Dapatkah kau merasakannya?

    Dinding di antara kita terlalu kuat menghadang

    Tiada mampu diri bertahan, ku relakan kau bersamanya

     

     

    Irama Kehidupan

    Kakek renta mengemis di pinggiran lampu merah Pemuda gagah bersembunyi dalam kostum boneka Anak kecil dengan wajah lusuh bernyanyi nada sumbang

    Pak ogah menari meredam kebisingan deru mesin bersautan

     

    Ribuan wajah lelah berlalu-lalang

    Ditempa terik mentari dan debu beterbangan Sebagian menyisakan senyum keramahtamahan

    Namun tidak sedikit memancarkan keangkuhan dan keegoisan

    Panggung dunia kecil di kaki langit

    Arena pertarungan bertahan hidup atau mati Persaingan antara kebaikan dan keburukan Mencapai puncak mata rantai, penguasa diri manusia

    Dalam pikiran insan kerdil

    Irama kehidupan hanya sekedar mengadu nasib Bermimpi memperoleh tahta tertinggi

    Halal haram tiada peduli

     

    Sementara Sang Pencipta bertitah Seluruh makhluk tunduk beribadah Berlomba menjadi insan bertakwa

    Menggapai keridaan Tuhan Yang Maha Esa

     

     

    Kreator : Diah Anggraeni

    Bagikan ke

    Comment Closed: Sajak Berkisah (Bagian 3)

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024
    • Part 12 : Cemburu Rama langsung memukul Jaka saat Jaka baru saja masuk ke ruang kerjanya Rama. Jaka yang meringis bukannya marah namun malah tersenyum terhadap Rama karena Jaka tahu bahwa Rama lagi cemburu terhadapnya. Rama males menjawab salam dari Jaka namun sebagai orang yang punya adab Rama harus menjawab salam dari Jaka dengan sopan. […]

      Sep 05, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021