Sebaris Kata Kala Hujan
Hujan tak lagi memberi kesejukan
Meronta bumi menelan kehausan
Daun dan bunga-bunga berguguran
Benih harapan mati tenggelam
Gemercik air beradu genderang langit
Alam membisu berselimut kegelapan
Jiwa pemberani seketika pergi
Tawa riang malaikat kecil ditelan keheningan
Angin menyebarkan kabut pekat
Perlahan merobohkan raga perkasa
Tersayat benang jaring laba-laba malam
Keangkuhan tiada lagi berkuasa
Mata elang terus memburu
Mangsa kedinginan dan kelaparan
Berhamburan mencari tempat berteduh
Kepakan sayap malaikat menjemput kematian.
Rasa dalam Tanya
Jika lara ini tak jua pergi
Maka sampaikanlah kerinduan di kala hujan
Senandung lirih hati lelah bertahan
Biarkan semua rasa mengalir bersama rinai kali ini
Bagaimana dapat kau bertanya?
Apakah sebuah pertanyaan begitu rumit terdengar?
Mengapa jawaban berakhir keegoisan?
Siapa mampu menemukan arah tujuan?
Di mana ruang harapan bersembunyi?
Hempaskan raga dalam keheningan
Menghirup aroma ketenangan
Memanggil jiwa yang letih
Dan sebagian rasa terpahat dalam dinding karang tak bertuan
Memekik lara di tengah kebisingan
Menatap langit indah berwarna
Perih memeluk erat luka.
Insan Kerdil Bergumam
Di mana letak cermin kejujuran?
Sementara mata dunia menyimpan bayangan terbalik dari kenyataan
Berhentilah mengulurkan tangan!
Sekedar menutupi perangai serigala berbulu domba
Masihkah manusia kerdil menjadi tempat pelampiasan keserakahan?
Suara sumbang memecah ketidakadilan
Hening dibungkam kekuasaan
Hukum rimba merajalela
Penguasa menjadi pemenang
Siapa peduli benar atau salah?
Jauh dari kelaparan hidup dalam kemewahan
Menimbun harta demi kesenangan
Mata tertutup hati berguncang hebat
Amarah memuncak ribuan tangan berdoa
Memohon pada Tuhan Yang Maha Esa
Hapuskan tirani, tegakkan keadilan rakyat tertindas.
Luka Wajah Senja
Di mana kepingan kisah yang mampu bercerita?
Berpendar-pendar menghias langit malam
Tersemat dalam dekapan renjana
Seorang insan berhati baja
Perjalanan panjang penuh dera ujian
Tawa dan tangis bergantian menemani
Perjuangan seorang ibu yang tiada berkesudahan
Mengantar kebahagiaan putra dan putri
Bagaimana kata dapat menjadi sebuah kalimat?
Terdiam, membisu dalam keraguan
Lidah begitu kelu di hadapan wajah senja
Kegelisahan masih merajai hatinya
Merenung, membayangkan kisah kehidupan
Di antara masa lalu dan masa depan
Cermin diri bagai sebuah pembelajaran
Mungkinkah penyesalan menjadi nyata?
Wahai ibu berhati baja!
Berhentilah memikirkan anak-anakmu
Lihatlah! Raga mulai menua, semakin renta dimakan usia
Untuk sejenak, bahagiakanlah hatimu, Ibu.
Kucing Kecil Bermata Biru
Pertemuan dalam rasa keangkuhan
Lincah tingkahmu terpendam
Menunggu hati terpaut suka
Kepatuhan pada tuan tersayang
Tiga bersaudara, kembar bermata biru dan si kecil hitam
Induk tercinta pergi membawa keceriaan
Kau adalah kakak pelipur lara
Cahaya kehangatan dalam kehampaan
Rencana Tuhan menempa jiwa dalam ketabahan
Kedua adikmu hilang mencari tuan yang baru
Kau masih setia bersamaku
Berbagi suka dan duka
Mata biru membawa kebahagiaan
Sinarnya perlahan padam
Berjuang melawan rasa sakit dan kelaparan
Jiwamu tenang dalam dekapan surga
Sujud Seorang Hamba
Serpihan luka ini begitu kecil
Teramat kecil hingga telah mati rasa
Memekik hempaskan lara
Semua membisu tiada peduli
Raga ringkih penuh kepayahan
Letih jiwa menjalani kehidupan
Rasa tiada tempat bersandar
Sekedar mendengarkan sebuah cerita
Rindu kembali hamparkan sajadah
Sepertiga malam menjadi waktu pertemuan
Meruntuhkan segala beban
Hanya antara Tuhan dengan hamba-Nya
Engkau yang tak pernah lelah
Mendengar rintihan hamba
Keluh kesah membosankan dari insan putus asa
Manusia dengan label khilaf dan dosa
Engkau yang selalu ada
Bisikan keangkuhan menghalangi pandangan
Engkau Yang Maha Kuasa
Istiqomahkan hati sujud padaMu, Ya Rabb..
Surga Dunia Fana
Wajah bermuka dua tersenyum
Mangsa lengah sudah di depan mata
Terpedaya kebahagiaan semu
Perlahan menjerumuskan jiwa dalam kesesatan
Setitik iman menjadi benteng pertahanan
Dunia mendekati akhir zaman
Manusia bukan lagi manusia
Membangun keserakahan di alam maya
Surga fatamorgana tercipta
Singgah angan seolah kekal dalam keabadian
Melupakan hakikat diri sebagai insan
Bekerja keras untuk dunia fana
Kehidupan penuh dengan kesenangan
Seakan semua hasil keringatnya
Tuhan bukan memberi keberkahan
Melainkan azab dari kelalaian
Ketakutan menyebarkan keraguan
Kenikmatan beribadah hilang seketika
Lelah dan malas mendekam dalam raga
Berkubang dalam dosa tak kasat mata
Kreator : Diah Anggraeni
Comment Closed: Sajak Berkisah (Bagian 4)
Sorry, comment are closed for this post.