Rembulan di Balik Fajar
Sementara rembulan hanya terdiam
Dingin menyelimuti hatinya
Merindukan kehangatan pagi
Memeluk luka sunyi sendiri
Ratu tanpa singgasana merambah belantara
Mencari jejak kedamaian di tengah kegelapan
Tempat persinggahan jiwa yang lelah
Meredam hingar bingar kehidupan dunia fana
Mahkota sang ratu memancarkan cahaya kerinduan
Tersayat mata memandang
Bersenandung lirih bersama angin
Irama kepedihan merasuk hati
Berkejaran dengan waktu
Menyibak tirai embun dedaunan
Wajah elok bersembunyi dalam kesunyian
Menunggu singgah tahta sang ratu
Pesan Ayah
Bagaimana dunia mengerti?
Terhasut dengki merajai hati
Tak ada buah tangan kali ini
Ayah pulang membawa perih
Jangan marah anakku sayang
Ayah kalah bukan menyerah
Dunia tidak seramah senyuman bunda
Mematahkan harapan begitu mudah
Teman setia mencari nafkah
Becak ayah yang kumal
Penuh peluh mengayuh pedal
Berdecit disepanjang jalan
Bagai seorang budak tanpa harga diri
Mengantarkan mereka ke tempat tujuan
Rupiah bernilai kecil memenuhi dompet usang
Dengan caci maki tanpa terima kasih
Pagi buta hingga petang
Ayah mengemis kasih Tuhan Yang Maha Esa
Meski lelah terus mengayuh becak
Meredam jerit dikau dan bunda yang kelaparan.
Luka Gadis Kecil
Karang membisu diterjang ombak
Rongga kecil berbunyi nyaring
Memekakkan telinga hati sunyi
Tiada rasa merasuk jiwa asa fana
Gadis kecil berdiri di bibir pantai
Matanya sembab menahan amarah
Menantang lautan tak bertepi
Badai menelan segalanya
Ombak menggulung gemuruh hati lara
Siapa peduli? Riuh dunia hening seketika
Desir angin berbisik, pergilah!
Insan lemah bukan tandingan alam
Gadis kecil menghentakkan kaki
Dara manja bertukar srikandi pemberani
Suara lantang menggema, saksikanlah!
Aku seorang pemenang bukan pecundang.
Catatan Kecil di Ujung Senja
Adakah hatimu terenyuh?
Tatapan sepasang mata sendu
Jiwanya terlalu letih penuh harap
Menunggu sapaan hangat
Diamlah sejenak?!
Senandung lara
Berbisik ingin bersandar
Kehidupan penuh pertarungan.
Biarkan saja sajak menjadi catatan
Hati yang tak tersentuh embun pagi
Dingin terpenjara kegelapan
Sunyi berteman sepi
Sepasang mata menatap penuh keraguan
Di mana letak keindahan mata sang bidadari?
Keteduhan singgah sementara dalam kerinduan
Mungkinkah penyesalan menjadi nyata?
Bekukan hati, wahai salju!
Dunia tak sehangat pelukan
Sembunyikan raga dalam Antartika
Hilang rupa pencemburu, sepanjang langkah kehidupan
Kata dalam Tanya
Masa ketika kata lebih dalam dari sekedar palung samudera
Sang rembulan terdiam
Ruang hampa menyapa
Angin berbisik lirih, awan bergemuruh hebat
Ribuan bintang berhamburan
Berlindung mencari arah pulang
Di mana jawaban tersimpan?
Kilau cermin langit dan bumi beradu pandang
Membanggakan topeng sempurna
Sembunyikan luka tampak kebodohan
Berbaur rasa panggung fatamorgana
Aksara mengudara tanpa makna
Bias senja ditelan kegelapan
Pengembara lelah tunduk pada ratu malam
Larut dalam kedamaian
Menerima takdir seorang insan.
Sajak Jemu
Sajak jemu dalam kerinduan
Menanti fajar menjemput senja
Termenung rasa beku setetes embun
Sinar membekas sudut biru
Kabar dingin berbisik
Lirih mengalun sunyi
Pahamilah mata senja berkaca
Rona hangat menghilang dalam kegelapan
Kebisingan menggema ruang sunyi
Kegilaan tak kasat mata
Merasuki hati kerdil
Replika dunia manusia bermuka dua
Neraca keadilan tak pernah sama
Seperti halnya cara pandang manusia kerdil
Seolah tangan kecil mampu mengubah takdir
Asa cita angan sekedar hayalan
Neraca keadilan tak pernah sama
Berkamuflase di antara dinding kekuasaan
Dunia fana lambang keabadian
Dahaga kaum akhir zaman
Surat dari Hati
Untukmu yang masih memiliki hati
Sebuah hati tak lelah memberi
Meski dunia membenci
Dalam diam menembus jalur langit
Untukmu yang masih memiliki hati
Negeri ini bukan tetiba berdiri
Tidak ada waktu saling menghakimi
Adalah bijak bergandeng tangan memperbaiki
Negeri ini tercipta dari darah dan air mata
Perjuangan dan doa tanpa henti
Segelintir orang mengadu domba
Haruskah kita saling mencaci maki?
Tangan kotor bermain peran
Bersembunyi di balik tirai kejujuran
Biaskan makna kesetiaan
Bangsa menjadi panggung kebodohan
Jika selembar kain dalam genggaman
Jangan biarkan merah putih memudar
Wiracarita pendiri bangsa
Lindungi dengan segenap jiwa dan raga
Kreator : Diah Anggraeni
Comment Closed: Sajak Berkisah (Bagian 5)
Sorry, comment are closed for this post.