Penulis : Dudi Safari (Member KMO Alineaku)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
هُوَ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمۡ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana,”
(QS. Al-Fath 48: Ayat 4)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d 13: Ayat 28)
Kecemasan, kekecewaan dan perasaan hati lainnya merupakan fakta yang selalu menyertai manusia, adakalanya manusia mencari jalan keluar dengan memenuhi hasrat kemanusiaannya.
Manusia selalu mencari hal yang untuk memangkas rasa kecewa dan cemas sementara saja. Seperti melakukan traveling untuk membuat hati lepas dari stres karena rutinitas atau menghindari depresi.
Padahal fitrahnya manusia adalah disibukkan dengan masalah.
Maka solusi yang ampuh untuk mengembalikan ketenangan hidup adalah meminta kepada sang pemberi hidup itu sendiri.
Seperti firman Allah di atas menjelaskan bahwa Allahlah yang menurunkan rasa tenang di hati-hati kaum Mukminin.
Ibnu Abbas memaknai sakinah itu dengan rahmah artinya ketenteraman atau kenyamanan.
Sakinah juga bermakna tumaninah artinya tenang.
Namun syarat ketenangan ini hanya akan didapat ketika seseorang terkategorikan beriman, sebab dengan pintu iman inilah Allah menurunkan sakinahnya.
Untuk apa? Agar bertambah keimanannya beserta keimanan yang telah ada pada diri mereka.
Namun tetap usaha manusia harus dijalankan agar sakinah itu dapat teraih. Dengan berzikir (mengingat) Allah akan tenanglah hati ini.
Tumaninah dengan apa? Menurut Muqatil bin Sulaiman tumaninah dengan janji Allah. Merasa tenang dengan apa yang dijanjikan Allah kepada kaum Mukminin.
Tenang lahir dari keyakinan dan gundah lahir dari keraguan. Kata Muqatil
Imam al-Baghawi menjelaskan dalam tafsirnya ketika menjelaskan ayat yang berkenaan dengan zikir. Yakni,
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,”
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 2).
Saat hati merasa tenang ketika berzikir kepada Allah namun di sisi lain hati pun bergetar ketika mengingat-Nya.
Bagaimana mungkin hati yang bergetar dan tenang itu akan bersama dalam satu keadaan?
Ya, bergetar karena ingat akan janji-Nya dan siksa-Nya. Tenang ketika ingat janji Allah dan pahala dari Allah.
Maka hati-hati tersebut akan bergetar ketika ingat janji-janji Allah dan sangat siksa-Nya dan merasa tenang saat ingat fadilah Allah, pahala dan Karamah-Nya.
Setiap hati yang masih ada daya getar saat nama Allah disebut maka bisa dipastikan dia akan merasakan ketenteraman hati saat dilanda ujian.
Karena hatinya berkata bahwa setiap ujian yang datang padanya adalah bentuk kasih sayang Allah padanya.
Dia akan merasa rela dengan keputusan Allah sekalipun secara manusiawi hatinya bersedih.
Namun hati yang telah berpasrah sepenuhnya hanya kepada Allah dia akan menerima qadha dan qadar dari-Nya.
“Naskah ini merupakan kiriman dari peserta KMO Alineaku,
isi naskah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.”
Comment Closed: Sakinah : Dalam Perspektif Al Quran
Sorry, comment are closed for this post.