KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Salah Paham

    Salah Paham

    BY 27 Des 2024 Dilihat: 145 kali
    Salah Paham_alineaku

    Adzan subuh sudah berkumandang sejak 15 menit yang lalu, aku pun baru saja mau beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar kecil untuk melakukan aktivitas seperti biasanya, segera kuambil air wudhu dan melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim, sholat subuh selalu  ku awali dengan sholat Sunnah 2 rakaat yang menurut hadist bahwa shalat Sunnah subuh dua rakaat sebelum subuh lebih baik dari dunia dan seisinya. Setelah mengucapkan salam, aku pun membaca dzikir yang biasa ku baca setiap hari dan ku akhiri dengan doa. Seperti hari-hari biasa, aku pun menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk keluargaku, selain itu aku juga mulai menyiapkan gorengan yang biasanya dijual di koperasi siswa di sekolah. Tepat jam 6 pagi, pekerjaan rutinku di dapur sudah beres dan seperti biasa gorengan yang kubuat akan dibawa oleh anak gadisku yang bernama Alifia. Alifia Azzahra, itulah namanya gadisku yang cantik ini sekarang sudah duduk di kelas XI SMA. Anak yang pintar, namun sedikit pemalu dan introvert  Namun demikian, ia tetap aktif pada semua kegiatan organisasi di sekolah.

    “Ma…gorengannya dimana? Fia berangkat ya, Assalamualaikum.” teriaknya di depan pintu.

    “Waalaikumsalam,” jawabku. 

    Itulah kata yang selalu diucapkan ketika berangkat sekolah. 

    Setelah selesai makan dan mandi aku pun bersiap untuk berangkat ke sekolah. Dengan mengendarai motor, tidak sampai lima menit, aku sudah sampai di sekolahku, sekolah tempatku mengabdi sebagai guru selama lima belas tahun. 

    Hari ini adalah H-1 puncak perayaan ulang tahun di sekolahku. Terlihat berbagai macam kesibukan dari panitia dan siswa yang latihan untuk mempersiapkan penampilannya esok hari. Pembawa acara pun sibuk merangkai kata untuk disampaikan saat nanti saat di panggung. Dengan kesibukanku sendiri di koperasi siswa, aku mendengar melalui pengeras suara di sekolah bahwa mereka disuruh bersiap-siap untuk gladi bersih pada hari ini.

    “Anak-anak, hari ini kita gladi bersih.” kata koordinator acara, yaitu Bu Tita. Pembawa Acara pun bersiap dan membacakan susunan acara dari awal sampai selesai. Demikian juga dengan acara non formal, mereka juga membacakannya sampai habis.

    Aku sedikit mendengar ada kata kata yang belum pas ketika pembawa acara membacakannya dan aku pun mendekati mereka lalu memberi sedikit perbaikan. 

    Ku lihat  Bu Tita duduk menyendiri  tepat di depan perpustakaan sekolah sambil memperhatikan mereka. Rupanya dia mau menghitung waktu setiap penampilan peserta yang akan menghibur nantinya supaya tahu waktu yang diperlukan, katanya. Tepat sehabis sholat  dzuhur, aku mengumpulkan siswa di Aula SMA bagi yang menjadi pembawa acara di hari perayaan puncak ulang tahun nanti.  Fia dan Dwina kebagian di acara formal, sedangkan Laila dan Ilham di bagian acara non formal. 

    Beberapa jam sebelumnya, aku mendengarkan keluhan dari Bu Tita bahwa dia merasa menyerah melatih Ilham karena tidak ada kemajuan saat latihan hari ini, dan aku pun mengatakan bahwa aku ingin mencoba melatihnya. Namun sayangnya, aku tidak menyebutkan jam berapa aku akan melatihnya. Setelah beberapa saat, kami berlatih di sana dengan serunya. Tiba-tiba, Fia berbisik pelan padaku. 

    “Bu… Ibu sudah bilang belum dengan Bu Tita kalau Ibu mau melatih kami?”

    Dengan agak sedikit emosi, aku menyahut. 

    “Iya, sudah. Jangan khawatir,” 

    Sesaat kemudian dia berbisik lagi.

    ‘Tapi, Bu Tita marah di grup, Bu. Katanya, tidak ada satupun pembawa acaranya berkumpul padahal acara mau dimulai.”

    Aku pun bingung mau acara apa. Wajah mereka juga terlihat bingung  bercampur  ketakutan, Jantungku mulai berdetak kencang, jemariku bergerak cepat mencari kontak di WhatsApp. Nama Bu Tita ku tekan, di layar ponsel menunjukkan berdering tanda bahwa WhatsApp-nya aktif dan tak lama diangkatnya. Walaupun jantungku masih belum normal detaknya, aku berusaha menjelaskan dengan tenang  kalau mereka sedang ku latih di aula. Emosiku pun memuncak saat kudengar jawaban ketus seolah menyalahkanku dan tiba tiba langsung memutuskan sambungan telepon. Sambil bergetar, dengan cepat aku mengetik kata pembelaan bercampur emosi juga, egoku masih menguasaiku. Usiaku jauh lebih tua darinya, berani beraninya dia memperlakukan aku seperti Ini. Batinku bergemuruh, badanku gemetar, wajahku terasa panas, tenggorokanku tercekat menahan air mata, setan sedang  menyalakan api emosi di jiwaku. Sambil mendekat, ia berkata, 

    “Bu, jangan di chat gitu.’ pintanya. 

    Sepertinya dia khawatir aku dan Bu Tita berkelahi, perang mulut, atau cakar-cakaran seperti perempuan yang berkelahi di sinetron. Tapi, aku tidak menggubrisnya. Yang jelas jantungku masih berdetak cepat karenanya.

    Latihan dihentikan dan mereka pun ku suruh ke lapangan untuk mendatanginya. Aku pun melangkah ke koperasi siswa dan membersihkannya karena bersiap untuk tutup. Salah satu siswaku bernama Faisal datang dan menjadi pelanggan terakhir yang datang membeli pentol dan kuberi bonus. Dengan lahap dia langsung menghabiskan jumlah yang sudah dibeli beserta bonusnya, melihatnya memakan dengan cepat dan lahap membuatku tertawa dan melupakan emosi tadi, setelah selesai semua pekerjaan di Kopsis aku terpikir dengan anak anak  tadi, apa yang dilakukan Bu Tita kepada mereka, memarahi…. Pasti lah, batinku berkata. 

    Dengan cepat, aku segera menuju ke kantor untuk mengetahui apa sebenarnya yang terjadi. Sesampainya di Ruang Guru aku kaget melihat Bu Tita bercucuran air mata dan di depannya ada empat orang siswa tadi juga diam membisu dengan mata yang merah, sepertinya juga menahan tangis mereka. Ku hampiri mereka dengan perasaan heran bercampur emosi, jantungku berdegup kencang lagi. Sempat terjadi sedikit perdebatan, aku bertahan dengan egoku, dia pun begitu, merasa benar dengan tingkahnya dan menuduh aku tidak menghargainya. Aku pun bingung dimana letak kesalahanku, dimana letak tidak menghargainya. Melihat keempat siswaku yang bingung dan seperti ketakutan jika kami bertengkar, aku pun mulai menurunkan egoku. Ku dengarkan dulu dia bercerita sambil menangis dari awal sampai akhir. Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa semuanya terjadi hanya karena kesalahpahaman saja, aku pun berbesar hati dengan mengatakan bahwa aku salah paham dan minta maaf atas kesalahpahaman tadi. Ku ulurkan tangan dan kami pun saling bermaafan. Setelah itu, baru kami ceritakan semua kejadian dari awal menurut versi dia, juga versiku. Anak-anak yang awalnya terlihat tegang melihat kami berdebat, kini mulai sumringah lagi. Kami pun menyuruh mereka ke lapangan lagi untuk berlatih mengatur posisi masuk teman-temannya yang nanti akan tampil di depan panggung. Setelah itu, kami pun berdiskusi lagi tentang kegiatan di acara perayaan ulang tahun sekolah nanti, dari sini dapat kita ambil pelajaran  bahwa setiap ada masalah seharusnya kita komunikasikan dulu dengan kedua belah pihak supaya tidak terjadi kesalahpahaman. Sabar dan berpikir tenang ketika menghadapi masalah itu memang mudah diucapkan, tapi sulit dilakukan. Perlu ilmu menguasai diri yang tinggi, namun pengalaman demi pengalaman bisa kita jadikan sebagai pelajaran dan semoga bisa menjadikan kita lebih dewasa lagi dalam menghadapi masalah dan mengelola emosi . 

     

    Pandih Batu, 23 November 2024 

     

     

    Kreator : Norlaila

    Bagikan ke

    Comment Closed: Salah Paham

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Part 14: Kopi Klotok Pagi hari yang cerah, secerah hati Rani dan semangat yang tinggi menyambut keseruan hari ini. Ia bersenandung dan tersenyum sambil mengiris bahan untuk membuat nasi goreng. Tante, yang berada di dekat Rani, ikut tersenyum melihat Rani yang bersenandung dengan bahagia. “Rani, kamu ada rasa tidak sama Rama? Awas, ya. Jangan suka […]

      Sep 18, 2024
    • Part 13 : Candi Borobudur Keesokan harinya Rama sibuk mencari handphone yang biasa membangunkannya untuk berolahraga disaat Rama berada di Jogja. Rama tersenyum dan semangat untuk bangun, membersihkan diri dan segera membereskan kamarnya. Tidak lupa Rama juga menggunakan pakaian yang Rapih untuk menemui Rani hari ini. Sementara Rani seperti biasa masih bermalas-malasan di dalam kamarnya […]

      Sep 07, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021