“Assalamu’alaikum, salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om Swastiastu Namo Buddhaya, salam kebajikan, Rahayu!”
Demikian master of ceremony mengawali acara. Walaupun sebagian besar peserta bahkan bisa disebut semua peserta adalah muslim, namun untuk menunjukkan keberpihakan terhadap toleransi, sikap moderat dan moderasi dalam beragama, MC ataupun pembicara mengakomodasi semua jenis salam.
Salam adalah kode sapaan untuk memberikan penghormatan dan simbol kedamaian. Salam juga dapat merujuk pada simbol budaya, tradisi atau agama yang pada intinya menunjukan sikap menjalin hubungan yang baik. Beberapa kalimat sapaan salam di beberapa negara antara lain di dunia Islam atau Timur Tengah adalah “Assalamu’alaikum” berasal dari Bahasa Arab, Hello atau Hi dari bahasa Inggris. Berbeda dengan orang Inggris yang menyapa dengan kata Hallo, orang Spanyol menyapa dengan kata Hola. Untuk menyatakan selamat siang, orang Jerman menyapa dengan Guten Tag dan orang Jepang menyapa dengan kata Konnichiwa. Jika kita berada di Hawaii dapat menyapa dengan kata Aloha, tetapi sapaan perpisahan dalam bahasa Yahudi (Ibrani) dapat mengucapkan kata Shalom yang artinya damai atau kesejahteraan.
Jika meminjam ilustrasi kode sapaan di kerajaan binatang, maka singa akan menyapa sesama singa dengan “rroooaar!”, kucing menyapa kucing dengan “Miau”, dan keledai menyapa sesama keledai dengan ungkapan “Hiihaaw”. Tentu saja ketika singa ketemu kucing, ia akan menunjukkan jati dirinya dengan mengaum “rooaar!” dan mungkin kucing menjawab “Miau” Jika dalam suatu pertemuan diskusi di aula kerajaan binatang, tentu masing-masing mengucapkan salam dengan caranya sendiri. Apakah untuk menunjukkan sikap moderat, menghormati orang lain, maka dalam awal sambutannya yang dihadiri beragam binatang, singa harus menyapa “Roar, miau dan Hiihaaw?”
Demikian pula sikap moderat, dan saling menghormati tidaklah harus ditunjukkan dengan menyapa berbagai kata sapaan sehingga jika hanya menyebutkan satu sapaan akan dianggap tidak toleran terhadap orang lain?
Sikap toleran, moderat dan menghormati sesungguhnya tidak harus menghilangkan jati diri. Sebagai seorang muslim, adalah wajar jika saya menyapa dengan kata “Assalamu’alaikum” yang artinya keselamatan bagi anda semuanya. Bukankah ini nilai-nilai yang mulia, yang mengharapkan orang lain di sekitarnya mendapatkan keselamatan? Jika Anda beragama Hindu, saya tidak akan melarang Anda untuk mengucapkan Om Swastiastu Namo Buddhaya. Salam ini merupakan gabungan dari dua salam. Om Swastiastu artinya Semoga dalam keadaan selamat atas karunia dari Hyang Widhi dan Namo Buddhaya artinya Terpujilah semua Budha. Jika Anda adalah umat Konghuchu, saya sebagai muslim tidak akan melarang Anda untuk mengucapkan Salam Kebajikan, demikian pula jika Anda mengucapkan “Rahayu” sebagai ungkapan salam bahasa Jawa dan Bali.
Dengan kata lain, saling menghormati adalah menunjukkan jati diri dengan tidak merendahkan jati diri orang lain. Sikap toleran dapat ditunjukkan dengan sikap ini adalah saya tanpa memaksa kamu harus seperti saya dan tidak pula saya harus seperti kamu. Silahkan mengucapkan salam dengan caramu sendiri sesuai jati dirimu, dan aku akan menyapa dengan caraku sendiri sesuai dengan jati diriku, yang sama-sama harus saling menghormati.
Jikapun Anda mengucapkan salam dengan berbagai salam sapaan dari berbagai tradisi, agama, dan budaya, its ok, itu adalah cara Anda, yang bisa jadi berbeda dengan cara saya.
Salam toleransi!
Kreator : Iis Rodiah
Comment Closed: SALAM MODERASI
Sorry, comment are closed for this post.