Prinsip Pertama, kami berusaha untuk selalu memperbarui dan meluruskan niat hanya karena Allah dalam semua perbuatan. Menurut kami, hanya ada satu rumus untuk selamat dalam mengarungi bahtera rumah tangga, yaitu dengan menikah hanya demi mengharap ridho Allah, bukan karena niat-niat yang lainnya.
Hanya Allah yang berkuasa menjaga, memelihara, memupuk, dan menumbuh suburkan bunga cinta dalam hati setiap pasangan. Maka, Allah sebagai tujuan adalah harga mutlak. Tentu bukan tanpa alasan jika prinsip ini menjadi prinsip pertama kami. Banyak bahtera keluarga yang akhirnya berantakan dan terpaksa karam sebelum menginjak pulau impian karena tidak diniatkan mengharap ridho Allah melainkan hanya demi pandangan manusia semata. Harapan yang hanya akan menorehkan rasa kecewa demi kecewa ketika kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dan dibayangkan.
Pernikahan dapat diibaratkan seperti sebuah gunung yang dari kejauhan selalu tampak indah dan menawarkan kesejukan serta ketenteraman. Namun, setelah didaki maka ia penuh dengan aral melintang. Kadang berupa akar pepohonan yang merintangi langkah kita, membuat kita tersandung atau tersungkur dan terjerembab. Adakalanya ia berupa tanjakan yang cukup curam yang membuat kita harus mengerahkan segala daya untuk dapat mendaki atau memanjatnya untuk sampai ke atas. Tak sedikit pula, berupa turunan bahkan jurang yang dapat membuat kita terperosok ataupun terjatuh ke dalamnya.
Sungguh yang ada di depan mata sangat berbeda jauh dengan yang tampak dari kejauhan. Demikian halnya dengan sebuah pernikahan. Yang belum menjalaninya, merasa bahwa pernikahan hanya berisi kebahagiaan demi kebahagiaan. Tetapi bagi yang sudah menjalaninya akan sepakat mengatakan bahwa pernikahan itu berbunga-bunganya di awal perjalanan. Sisa waktu yang ada isinya hanyalah pengabdian, pengorbanan, dan tanggung jawab. Sebuah konsekuensi yang ternyata tak semua pasangan mampu melaluinya dengan selamat. Sungguh, hanya dengan kembali pada niat yang benar yang akan menguatkan langkah kita untuk tetap kokoh berdiri dan saling berpegang tangan walau hempasan angin dan badai silih berganti datang menyapa dan membersamai dalam perjalanan.
Sungguh, niat yang benar itu yang akan menguatkan dan mengokohkan langkah kita. Sungguh, Allah yang memelihara dan menumbuh suburkan rasa cinta yang ada dalam hati sepasang suami istri. Walau umur dan raga semakin menua, tak lagi muda nan gagah atau cantik tetapi rasa yang ada hanyalah rasa sayang dan rasa selalu ingin membahagiakan pasangan. Dengan melihat pasangan kita berbahagia, kita pun akan merasakan kebahagiaan yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Akan tercipta saling menolong dalam ketaatan, kebenaran, dan kesabaran.
Begitulah kawan yang aku rasakan dalam kehidupan berkeluarga bersama Abi anak-anak. Walau rambut Abi sudah tak sehitam legam dulu, ya karena sudah pada bermunculan helai-helai keperakan yang menghiasi rambut bagian depan beliau. Walau kulit wajah beliau tak sekencang bertahun-tahun lalu, ya karena sudah penuh hiasan gurat-gurat yang menggambarkan kedewasaan dan kebijakan beliau. Walau gerakan beliau sudah tak segesit dulu, ya karena sudah ada sunnatullah yang berlaku atas diri beliau dengan hadirnya beberapa keluhan yang membatasi gerak beliau. Walau beberapa kali beliau harus rawat inap karena beberapa kali asmanya kambuh. Sungguh, rasa yang ada dalam hatiku ternyata makin sayang saja dan pengennya cuma bisa melihat beliau nyaman dan happy menjalani hari-hari yang ada. Insyaa Allah selalu bersyukur untuk karunia dapat menua bersama ini.
Kreator : Maryam Damayanti Payapo
Comment Closed: Saling Mencintai Hanya Karena Allah
Sorry, comment are closed for this post.