Kami tidak pernah mempermasalahkan jika masing-masing harus menolong seseorang yang membutuhkan pertolongan. Aku tak perlu minta izin Abi untuk bersedekah dengan uang gajiku sebagai ASN. Tetapi, jika aku harus mengeluarkan dari uang nafkah yang diberikan Abi, maka aku wajib meminta izin kepadanya. Alhamdulillah, sampai selama ini, hal ini tidak menjadi masalah. Insyaa Allah justru semakin mengundang rahmat dan keberkahan hidup dalam keluarga kami. Biasanya, sesampai di rumah baru kami saling bercerita kalau tadi bertemu dengan seseorang yang membutuhkan pertolongan kami. Cukup sekadar tahu tanpa menuntut penjelasan berapa nominalnya. Senyum kami merekah demi mengetahui bahwa kesempatan berbuat baik tidak kami biarkan lewat begitu saja.
Prinsip kedelapan ini, menyamankan hati dan pikiran kami karena yang jelas kami jadi jauh dari rasa saling curiga dan prasangka. Kami yakin bahwa kami sedang ‘bekerja’ untuk proyek besar kami proyek akhirat untuk dikenal penduduk langit dan membangun rumah di surga. Prinsip dan cita-cita besar yang kadang tidak dipahami dengan baik oleh keluarga dan orang-orang di sekitar kami.
Pernah suatu hari, mak Yah, Ibu pemilik rumah yang kami kontrak, yang sudah kami anggap sebagai Ibu (beliau yang menemani aku melahirkan putraku yang nomor 3 sampai nomor 7), menyampaikan pendapatnya. Menurut beliau, kami nggak usah terlalu banyak memberi bantuan kepada orang-orang karena anak-anak kami yang cukup banyak juga masih membutuhkan banyak biaya untuk kebutuhan hidup dan sekolahnya.
Saat itu, aku duduk di depan beliau dan menjelaskan dengan hati-hati dan perlahan agar beliau dapat memahaminya. Kukatakan, “Justru semakin banyak kebutuhan keluarga kami, maka kami harus semakin banyak bersedekahnya mak. Belum tentu jika kami menghitung ‘njlimet’ pengeluaran rumah tangga kami, menahannya dari membantu orang-orang yang membutuhkan di sekitar kami, maka akan tercukupi semua kebutuhan keluarga kami yang super banyak ini mak.”
Alhamdulillah sampai saat ini detik ini, kami merasakan betul bahwa Allah Maha Kaya dan Maha Mencukupi kebutuhan seluruh hambaNya. Kami juga yakin benar bahwa Allah Maha Mengganti dengan rezeki yang yang lebih-lebih baik, lebih-lebih berlipat ganda, dan lebih-lebih penuh keberkahan.
Ternyata memang benar demikianlah adanya. Rezeki yang kami yakini tidak akan selalu berupa uang/materi. Namun, ia dapat saja berupa ‘hati yang mudah menerima nasihat’, ’pikiran yang jernih dan mudah menerima ilmu’, ‘keluarga yang rukun dan saling menolong dalam ketaatan’, ‘anak-anak yang memahami kondisi orang tua dan bisa diajak ngomong’, ‘didekatkan pada lingkungan teman yang baik’, ‘dapat mensyukuri karunia walau sederhana/biasa saja’, dan masih banyak lagi.
Kreator : Maryam Damayanti Payapo
Comment Closed: Saling Percaya dalam membelanjakan rezeki keluarga untuk Sebanyak-banyak Kebaikan Akhirat
Sorry, comment are closed for this post.